AWAS ADA TRANTIB

Aman, dan Amun adalah tiga orang sahabat Netra yang setiap sore mengamen di sekitar Blok M. Tuntutan hidup dan nasib, mendorong mereka lebih memilih mencari uang ketimbang sekolah. Aman menjadi netra sejak usia dua Tahun, ia terkena mal praktek. Amin mengalami kecelakaan ketika pulang kampung bersama keluarganya, ayah dan ibunya selamat namun penglihatannya berkurang sejak saat itu. Sementara Amun, netra gara-gara glukoma.

Sore ini mereka menjual suara di metro mini jurusan Blok M pulogadung. Seperti biasa, basa-basi merayu penumpangpun Amun lontarkan.
”Masak air! Biar mateng! Masak air biar mateng! Biji ketapang rasanye manis, beli sekarung di toko lowak. Duh penumpang numpang nyanyi nih, moga terhibur kaga bikin kuping rusak!” Aman bermain gitar, Amin main gendang, Amun mulai bernyanyi.

Jeruk purut ya nona bukan tempat serem
disana tempat ya nona buat ngadem
jangan cemberut ya nona mukanya asem
kalau asem ya nona, saya jadi gak kesemsem

andecu, ya dola! Dola doli!
Andeca andecu! Ya dola, dola doli!
Jalan-jalan ya nona kepasar minggu
beli paya ya nona di Haji Somat
sungguh saya ya nona cinta padamu
izinkan saya mengucap I love you somuch!
Andeca andecu! Ya dola! Dola doli!

Ketika mereka menyanyikan pantun bait ketiga terdengar peluit, ketiga sahabat itu panik.
”Trantib!” teriak Amun, mereka segera meraba-raba tangga metro dengan tongkat. Tiba di jalan mereka tergesa-gesa lari sampai menabrak beberapa orang yang usai berbelanja. Sebagian belanjaan orang-orang itu tumpah, namun ketiga sahabat itu tak ambil perduli.
”Drrrhhh! Drrrhh!” telinga Amun menangkap suara bus. Ia menarik tangan kedua sahabatnya.
”Ada bus! Naik aja yo!” Aman dan Amin segera mengikuti.

“Kok sepi Man!” tanya Amun.
”Belum ada yang naiklah! Lagi ngetem kayaknya.”
Seorang perempuan naik, mereka mengenali dari minyak wanginya. Kemudian sejumlah penumpang naik sehingga bus itu penuh.
”Akhirnya penuh juga!” gumam Amun di kuping Amin.
”Coba tanyain ini jurusan mana.” Kata Aman menyuruh Amun. Amun menyenggol bahu orang disebelahnya.
”Maaf ini bus jurusan mana ya?” yang menjawab adalah suara perempuan.
”Bus?” perempuan itu nampak heran.
”Inimah bukan bus jurusan mana-mana, inikan mobil trantib!” ketiga sahabat itu kaget.

Last Updated on 11 tahun by Redaksi

Oleh Senna Rusli

Guru ngaji pesantren Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *