BESOK LANGIT JANJI HUJAN!

“Besok Langit janji hujan!”

Teriakan itu serentak disambut gempita oleh semua. Ada yang melompat-lompat, ada yang mengucap syukur, ada yang melotot sangking terkejutnya, tetapi ada juga yang mengangkat alis, mempertanyakan kebenaran seruan yang baru disampaikan.

“Dari mana kau tahu hal itu, Du?” tanya Pak Totol pada Berudu.
“Aku dengar dari Si Pitak, ndan, iya melihat pengumuman yang ada di akuarium ajaib di rumah putih itu.”

Mendengar itu, Pak Totol pun berpaling kepada Si Pitak yang sedari tadi meloncat kegirangan. Pak Totol memaklumi prilaku Si Pitak, mungkin karena Pitak masih anak-anak. Tetapi memang bangsa mereka sangat suka melompat, dan mengoceh.

“Betul, Ndan,” Pitak pun melanjutkan, “Aye nonton perkiraan cuaca di Akuarium ajaib, katenye besok Langit janji hujan!” Ucapannya pun kembali disambut gegap gempita.
“Kamu yakin, Tak? itu kan baru prediksi? perkiraan? atau entahlah apa namanya itu.”
“100 persen, Pak Totol, aye yakin ame hal enni. Namenye jugak telnolohi, kagak akan meleset, dah!”

Pak Totol menggut-manggut, kemudian Pitak melanjutkan, “Yang janji kan Langit, jadi aye percaya. Kalau orang nyang janji, ane ga percaye, pan kalau orang mah suka boong, sama tuh kaya wakil rakyat di DPR, pas kampanye sih janjinye manis, eh pas udah duduk, sibuk dah mikirin perut kendiri!” Ucapan Pitak pun disambut gelak tawa.

Pak Totol memaklumi gairah berlebihan pada bangsanya kali ini amatlah wajar, karena sudah beberapa bulan ini mereka tak teguyur hujan. Ladang jamur kian mengering, cadangan lumut kian menipis, bahkan kolam tempat tinggal mereka pun kini hanya berupa kubangan kecil, yang memaksa mereka harus bergantian untuk mandi. Prediksinya, jika besok tak jadi hujan, maka mereka akan kekeringan, dan akan mati perlahan-lahan. Dia tak sanggup memberi tahu hal ini kepada bangsanya, dan saat dia mendengar kabar “Besok Langit janji hujan” dari Si Pitak, mau tak mau dia merasa lega, walaupun juga diiringi rasa cemas.

~

Headline news

Gubernur ibukota merasa bangga atas kemajuan putra-putra bangsa. Akibat rekayasa cuaca yang dilakukan oleh mereka, curah hujan yang semua diperkirakan akan membanjiri ibukota berhasil dialihkan ke tempat lain. Hal ini pun disambut gembira oleh warga, walaupun membutuhkan biaya yang sangat besar, yang sebenarnya uang itu uang rakyat sendiri, hasil dari membayar pajak.

“Setidaknya kami tidak menderita kerugian materi dan trauma psikis,” Ujar Ujang (tukang ojek) yang mengaku setiap tahun perkampungan tempat tinggalnya selalu dilanda banjir.

Anton menutup koran pagi ayahnya, kemudian menjumput roti bakar lalu berjalan kaki pergi kesekolah. Dia suka hujan, dia suka bau tanahnya, suka gemericiknya, suka bermain bola dikubangan, tapi keinginannya itu pun harus dipendam, setidaknya hingga tahun depan. Ia melihat sekeliling, pekarangan rumahnya yang biasanya asri kini terlihat gersang. Matanya terpaku pada kubangan kecil di sudut pagar, kubangan itu hampir kering, tetapi banyak kodok yang bertumpuk di atasnya. Mereka terlihat sudah mati, dengan mulut terbuka, mata melotot, seakan-akan berkata, “Besok Langit janji hujan!”

Last Updated on 10 tahun by Redaksi

Oleh Riqo ZHI

President of Kartunet Community 2013 - 2015, admin of Riqo.info, You can also contact me through:Twitter: @IMRiqoFacebook: Riqo ZHI.Email: Contact@riqo.info

1 komentar

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *