Hari Aksara juga Milik Huruf Braille

Jakarta, Kartunet.com – Hari aksara sedunia yang diadakan di gedung D, KEMENDIKNAS RI, Jl. Jend. Sudirman pada tanggal 20 – 22 Oktober 2011 diikuti pula oleh para tunanetra yang secara fisik tak mampu melihat tulisan, tapi punya huruf braille sebagai aksaranya.

 

Acara yang diselenggarakan selama tiga hari ini terdiri dari 57 stan. Khusus untuk Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Tunanetra Indonesia (DPD PERTUNI) DKI Jakarta dan Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (DPW ITMI) DKI Jakarta membuka stan dengan memamerkan peralatan yang diperlukan oleh tunanetra seperti buku Braille, Al-Quran Braille, mesin printer Braille dan lain sebagainya.

 

Pameran yang bertema “aksara membangun perdamaian dan karakter bangsa” ternyata sudah menjadi acara tahunan di Kemendiknas RI. Untuk tahun ini merupakan yang ke-46 kalinya diselenggarakan.

 

Menurut penuturan Eka Setiawan, Ketua Umum DPD PERTUNI DKI Jakarta, dari 800 orang anggota PERTUNI Jakarta, 90%-nya sudah dapat dipastikan mampu membaca Braille. Berdasarkan hasil pendataan PERTUNI Jakarta tahun 2010 ini, maka DPD PERTUNI Jakarta dapat dikatakan berhasil memberantas buta aksara Braille khususnya di DKI Jakarta.

 

Walaupun demikian, Eka Setiawan juga menjelaskan bahwa factor lokasi keberadaan perpustakaan buku Braille yang masih sangat sedikit dan jauh, membuat minat membaca buku Braille menurun. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya keluhan yang sering disampaikan para anggota yang ingin mendapatkan buku Braille tetapi harus jauh-jauh dating ke daerah Lebakbulus.

 

Mengingat perkembangan teknologi yang semakin canggih, Eka juga beroptimis bahwa huruf Braille yang menjadi identitas tunanetra tidak akan hilang eksistensinya dengan berkembangnya alat-alat Bantu tunanetra yang berbasis screen reader. “Pasti ada keilmuan-keilmuan yang tidak dapat tergantikan oleh perkembangan teknologi, seperti tanda-tanda matematika, kimia dan lain sebagainya. Hal ini hanya dapat dibantu dengan huruf Braille, bukan dengan screen reader yang hanya mampu beroreantasi secara tekstual” Tegas Eka.

 

“Semoga pemerintah dan masyarakat mensuport lembaga-lembaga ketunanetraan termasuk pertuni untuk memperbanyak percetakan-percetakan dan perpustakaan buku braille, mengingat dua fasilitas tersebut masih sangat sulit dijangkau oleh tunanetra. Paling tidak di lima wilayah DKI Jakarta punya minimal satu percetakan dan perpustakaan buku Braille” Ungkap Eka Setiawan.

 

Lain halnya dengan perkembangan membaca Al-Qur’an Braille di Jakarta, Ajad Sudrajat selaku Ketua Umum DPW ITMI DKI Jakarta mengatakan bahwa saat ini ORMAS Islam ketunanetraan ini sudah memiliki 100 set Al-Qur’an Braille yang siap disebarluaskan di Jakarta. Hanya saja dengan minimnya minat para anggota untuk belajar membaca Al-Qur’an Braille, untuk itu sudah dapat dipastikan hanya 100 dari 400 orang anggota yang mampu membaca Al-Qur’an Braille dengan baik.

 

Ajad menjelaskan, Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya biaya hidup di Jakarta yang mencekik. Pada akhirnya memaksa para tunanetra lebih mendahulukan mencari nafkah daripada meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an Braille.

 

Namun respon masyarakat sangat tinggi untuk membantu ITMI dalam memberantas buta aksara Al-Qur’an Braille di Jakarta. Hal ini terbukti ketika di pameran banyaknya LSM-LSM yang mengajak bekerja sama kepada DPW ITMI Jakarta dalam hal pendanaan maupun penyebarluasan Al-qur’an Braille.

 

“Harapan saya agar para anggota dapat lebih memahami makna hidup yang sebenarnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa mencari nafkah itu memang salah satu kebutuhan yang harus dipriyoritaskan, namun tidak dapat dibenarkan juga bila kebutuhan rohaniah dinomorduakan dalam kehidupan ini” Tegas Ajad.(Rafik)

Last Updated on 6 tahun by Redaksi

Oleh Rafik

Tiada Mata Tak Hilang Cahaya

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *