Ita Alimenia, Mahasiswa Difabel Penembus Batas

Ita Alimenia
Pada hakikatnya, setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Apapun keahliannya, bagaimanapun keadaannya, seberapapun kemampuannya. Pendidikan merupakan sesuatu yang tak dapat ditawar lagi. Pendidikan merupakan ujung tombak masa depan suatu negara, bekal kuat menggapai cita – cita bagi seorang manusia, siapapun termasuk mereka termasuk yang teristimewa. Selama ini, orang – orang dengan kebutuhan khusus atau penyandang disabilitas masih termarginalkan dalam masyarakat, belum terperhatikan karena masyarakat masih melihat difabel atau penyandang disabilitas sebagai individu cacat yang hanya sumber masalah sosial, bagitupun dalam dunia pendidikan. Masih banyak bentuk diskriminasi kepada kaum difabel untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Namun hal itu tidak berlaku pada Ita Alimenia, virus polio yang menyerang tubuhnya sejak usia 1 tahun, membuatnya mengalami kelumpuhan dan mengharuskannya menggunakan kursi roda untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Namun, keterbatasan fisik tak lantas membuatnya malu dan rendah diri. Semangatnya yang luar biasa dan kecerdasannya melihat peluang yang ada membuatnya menjadi wanita yang tangguh.  Dirinya percaya bahwa difabel seperti dirinya pun berhak sukses dan bahagia. Seperti arti kata dari difabel sendiri “different ability people” seseorang dengan kondisi fisik yang berbeda yang mampu melakukan aktivitas  dengan cara dan pencapaian yang berbeda pula. Terbukti dirinya kini merupakan mahasiswa aktif di Magister Sains Fakultas Psikologi UGM angkatan 2013.

Lulusan S1 Fakultas Sastra jurusan Sastra Inggris Universitas Pakuan ini menuturkan cukup panjang perjalanannya dapat sampai mengenyam pendidikan sampai sekarang. Selepas lulus dari jurusan Sastra Inggris, dirinya memberanikan diri untuk merantau ke Kalimantan tengah. Kecintaannya pada anak – anak dan keahliannya dalam Bahasa Inggris, membuatnya menjadi guru les Bahasa Inggis disana. Hampir semua anak – anak yang dia pegang menunjukkan perubahan dalam prestasi belajar. Bertahun – tahun mengajarkan anak – anak pelajaran bahasa inggis, akhirnya pada suatu kesempatan dirinya mendapakan kesempatan untuk bisa melanjutkan sekolah S2 dengan beasiswa dari Pemerintah Daerah. Awalnya banyak omongan – omonga miring bahkan merendahkan ketika dirinya hendak mendaftar di S2 Psikologi UGM tersebut. Kendala tak hanya muncul ketika dirinya ingin mendaftar, setelah berkuliah pun dirinya cukup kesulitan karena aksesibilitas terhadap difabel yang kurang memadai. Namun, dirinya tak pantang menyerah dan terus berusaha dan ingin membuktikan bahwa walaupun mempunyai keterbatasan fisik namun dirinya bisa. Dirinya juga mendorong agar fakultas memberikan akses yang memadai bagi difabel seperti dirinya.

Ketika ditanya, mengapa memilih Psikologi  bukannya melanjutkan studi Sastra Inggrisnya. Dirinya hanya berkata, “Saya ingin lebih bermanfaat”. Dia mengatakan ketika dirinya melanjutkan Sastra Inggrisnya hanya akan bermanfaat bagi dirinya sebagai dosen, namun di Psikologi dirinya berharap ilmunya dapat lebih bermanfaat untuk untuk orang lain terlebih difabel seperti dirinya. Dirinya juga berharap agar teman – teman difabel lain untuk dapat lebih percaya diri dan berjuang meraih kesuksesan.

Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari cerita Ita yang sangat menginspirasi, bahwa keterbatasan bukan menjadi alasan untuk berhenti bermanfaat dan mencari ilmu setinggi – tingiinya, serta dapat meraih kesuksesan. Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dengan kesia – sia an. Setiap manusia diciptakan kelebihan lengkap dengan kelemahannya masing – masing, tidak mungkin manusia terlahir tanpa kelebihan apa pun. Begitu pula dengan difabel, mereka sama seperti kita ciptaan Tuhan yang juga berhak bahagia dan diakui. Keterbatasan yang dimiliki tidak boleh sama sekali menghambat bakat – bakat luar biasa yang dimilikinya, karena DIFABLE ISN’T DISABLE

Last Updated on 8 tahun by Sapto Kridayanto

Oleh Maristya Lira Shabrina

Maristya Lira Shabrina, anak kedua dari dua bersaudara ini, sedang menempuh studinya di Fakultas Psikologi UGM semester 6. Ketertarikannya pada dunia wanita dan anak – anak, membuatnya bergabung dengan ke delapan anggota tim lainnya untuk membangung komunitas Women of World, komunitas mengenai pemberdayaan perempuan. Dunia komunitas dan volunteer sudah sering dijalani oleh Maristya yang sebelumnya sempat bergabung di Komunitas Anak Langit Foundation sebagai salah satu volunteer yang kerap menyambangi SLB Sutha Wijaya di Gunung Kidul. Selain itu, dirinya juga sempat menjadi volunteer dalam beberapa acara HoshiZora Foundation. Sebelum bergabung di Women of World, Maristya aktif di Lembaga Mahasiswa Psikologi UGM sebagai Kepala Departemen Advokasi dan Aspirasi Kemahasiswaan tahun 2014. Maristya juga sempat bergabung menjadi staff di Kementrian Kajian dan Strategi BEM KM UGM pada tahun 2013. Tak hanya aktif di dunia sosial dan organisasi, Maristya juga adalah salah satu awak trainer dari sebuah OpteamA Training Center yang merupakan salah satu Training Center di Jogjakarta.

1 komentar

  1. halo kak, selamat datang dan terima kasih sudah ikut partisipasi dalam Lomba Artikel Inspiratif Kartunet 2015. Sungguh tulisannya sangat menginspirasi dan memberikan pelajaran untuk kita semua. Semoga makin banyak sosok-sosok seperti kak Ita ya di Indonesia. Silakan sebarkan tautan ke artikel ini di social media ke sebanyak mungkin orang untuk ikut like dan retweet agar menjadi artikel terfavorit. Terima kasih 🙂

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *