Ketidaktahuan

Dulu sebelum saya mengenal kartunet saya tidak tahu harus bagaimana untuk membantu disabilitas. Jika saya membantu takut dibilang orang yang ingin berniat jahat. Karena di Indonesia orang yang ingin bermaksud baik dibilang jahat. Dan yang akan berniat jahat dibilang orang baik.

Setelah saya membaca-membaca artikel di kartunet yang telah ditulis oleh teman-teman kartuneters. Saya baru memahami dan menyadari bahwa mindset saya yang salah selama ini.

Kartunet telah membuka mindset saya selebar-lebarnya. Walaupun saya baru bergabung beberapa bulan, namun saya menyadari bahwa kartunet telah merubah mindset saya. Dari sikap saya yang cuek terhadap fasilitas-fasilitas umum untuk disabilitas.

Namun setelah saya membaca beberapa artikel yang ada dikartunet dan disosial media lainnya. Saya menyadari bahwa disabilitas juga berhak untuk mendapatkan fasilitas umum yang selayaknya guna menunjang kemandirian disabilitas dalam menunjang aktivitas. Dari fasilitas transportasi umum, pasar, dan fasilitas umum lainnya.

Saya sekarang mulai perhatian terhadap fasilitas umum, misal saja dikampus. Ada bangunan baru dan setalah saya perhatikan ternyata di tombol liftnya terdapat huruf braile yang dapat bisa diakses oleh tunanetra. Dan tombol -tombol yang cukup pendek yang bisa dijangkau oleh tunadaksa.

Yang cukup memprihatinkan dari tombol-tombol tersebut agak terpisah dengan tombol untuk disabilitas. Kenapa tidak disatukan saja dengan tombol nondisabilitas? Samanya saja ini dengan diskriminasi.

Hak disabilitas memang sudah terpenuhi . namun yang tetap saya tidak setuju adanya perbedaan tersebut. Padahal disabilitas dan nondisabilitas sama saja, yang membedakannya hanyalah pengurangan dalam beraktivitas.

Para nondisabilitas belum tentu bisa melakukan apa yang disabilitas lakukan. Contohnya adalah tunanetra mampu menghafal dan mengingat jalan-jalan tanpa menanyakan disekitarnya. Coba bayangkan nondisabilitas, belum tentu mereka bisa berjalan dengan menutup mata lalu berjalan dengan menggunakan transportasi umum. Pasti akan kalangkabut.

Maka menurut saya disabilitas dan nondisabilitas tidak ada bedanya. Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

Saya pernah membaca tulisan tentang sebutan bagi disabilitas. Sering sekali fasilitas umum menuliskan “khusus penyandang cacat” dan sering sekali orang awam pun menyebutkan dengan “ penyandang cacat”.

Dalam artikel tersebut kata cacat merupakan kata yang pantas untuk barang yang pecah ataupun yang gagal. Masa manusia yang normal mempunyai akal, pikiran, hawa dan nafsu dibilang barang yang pecah ataupun gagal? Kan gak mungkin banget. Barang yang pecah sudah tidak memiliki nilai dan tidak mempunyai harganya lagi.

Tidak begitu dengan disabilitas. Mereka masih punya harga dan nilainya tersendiri. Ada yang mempunyai potensi bermusik, bernyanyi,blogger dan masih banyak yang lainnya. Setiap manusia sama. Allah telah memberikan potensi yang sama setiap manusianya. Tinggal kembali lagi ke diri kita masing-masing. Bagaimana kitanya dan kesempatan kita untuk maju.

Selama saya melihat-lihat dan berpetualang diblog kartunet banyak sekali yang saya dapatkan dari membaca artikel yang telah dibuat oleh teman- teman  kartuneters. Ingin sekali menulis tentang hal apa namun yang saya dapatkan hanya seberat zarrah belum ada apa-apanya dibandingkan dengan teman-teman kartuneters yang lainnya. Namun saya berusaha belajar dari kekurangan yang saya miliki.

Saya pernah menonton salah satu sinetron di stasiun televisi swasta. Sinetron tersebut menceritakan tentang seorang gadis tunanetra. Namun saya tidak senang terhadap sinetron tersebut. Mengapa demikian?

Pertama saya merasa bahwa sinetron tersebut telah menjelekkan disabilitas disetiap adegannya. Mencontohkan yang tidak baik kepada masyarakat. Masyarakat akan menganggap disabilitas emang harus dikucilkan, diolok-olokan dan masih banyak lagi yang tidak pantas untuk ditiru. Menurut saya sinetron ini tidak mendukung sekali  terhadap masyarakat yang inklusi.

Di Indonesia sudah tersebar komunitas-komunitas yang menyebarkan isu inklusi namun pada kenyataannya ada sebagian pihak juga yang tidak mendukung masyarakat yang inklusi. Bagaimana masyarakat inklusi akan terjadi jika sebagian pihak tidak mendukung? Semua ini akan terwujud jika semua pihak mendukung dan membantu untuk menyebarkan isu inklusi tersebut. Agar terciptanya masyarakat inklusi.

Last Updated on 7 tahun by Redaksi

Oleh Nazia Maulia Amini

Nama saya nazia teman-teman suka panggil saya ziul. Saya orang yang ingin tahu bukan sok tau.

15 komentar

  1. jadi selama ini kita memanggil disabilitas dengan penyandang cacat salah yah? mari kita ciptakan masyarakat yang inklusi dengan menghargai dan menolong disabilitas untuk menunjang aktivitas mereka dengan menciptakan fasilitas umum yang aksesibilitas.

    1. tidak salah sebetulnya. yang perlu diperbaiki adalah cara pandangnya. apabila sudahm enggunakan istilah disabilitas tapi cara pandangnnya masih dianggap sebagai makhluk yang rusak atau tidak sempurna, itu juga salah. Boleh gunakan istilah baru ini, dengan paradigma yang baru juga tentunya. terima kasih untuk komitmennya. bantu sosialisasi upaya kita ini ke masyarakat ya 🙂

    1. sip. bantu share tulisan2 yang ada di Kartunet biar makin banyak yang tahu soal disabilitas ya 🙂

  2. Malah tulisannya kaya gini ka “tidak dapat membuka tab karena tab yang anda buka sudah maksimum”

  3. Yaa kalau malam jaringan internet dikosan agak bapuk ka 🙁 oiya ka kalau mau share tulisan ini ke fb sama twitter gimana yah ka? Saya on di hp ka

    1. itu di bawah judul kan ada tombol2 untuk share ke google+, facebook, dan twitter

  4. Oh iya ka kalau ada kelas tulis menulis ikutan dong biar nambah pengetahuannya.
    Iya ka insyaAllah ini masih penulisan. Siap ka 😉

  5. oia, penulisan tag-nya sudah saya perbaiki ya. tadinya kamu tulis di dalam konten, sudah saya buatkan tag yang seharusnya di kolom tag. 🙂

    1. Iya ka sama-sama. Maap kalau dalam penulisan ada salah-salah kata. Maklum baru belajar nulis ka. Terus berkarya untuk kartunet. Semua yang dikerjakan tidak akan pernah sia-sia.
      Iya ka makasih banyak. Saya tadi pagi sempet kebingungan nulis tagnya dimana. 😀 saya tulis aja dikontennya hehe

      1. ga gitu. kita di sini semua sama2 belajar kok. iya, memang engine yang dipakai di Kartunet ini agak berbeda dengan Blogspot yang biasa kamu pakai. terima kasih ya.. rajin2 mengunjungi Kartunet. boleh nulis2 lagi dan juga ikut nimbrung sama teman2 lain di kolom komentar. ajain teman2 yang lain ya untuk tahu Kartunet 🙂

  6. Alhamdulillah, terima kasih Nazia akhirnya nulis juga di Kartunet. yup, memang masih banyak kekeliruan kita dalam memandang disabilitas. Tapi perlu tetap optimis bahwa hati manusia terbuat dari segumpal daging yang lunak, lambat laun tentu akan dapat diubah dan diluruskan. Jujur senang sekali membaca tulisan ini. Jadi apa yang kita kerjakan bersama sejauh ini ternyata ada manfaatnya bagi teman2 disabilitas dan non-disabilitas. anyway soal tunanetra yang bisa mengingat lebih baik itu sebetulnya tidak semuanya seperti itu. sama saja dengan orang pada umumnya, ada yang hafalannya baik, tapi ada pula yang buruk. Mungkin hafalan tunanetra terkesan baik karena memang dia harus konsentrasi penuh agar tidak nyasar. Apabila pada orang awas menghafal jalan dengan visual alias melihat tanda2 yang ada di sekitar, untuk tunanetra cara menghafalnya ya dengan merasakan suasana, jumlah belokan, dan mungkin polisi tidur. hanya caranya saja yang berbeda, tapi semua manusia sama 🙂

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *