Kurikulum Berdiferensiasi untuk Anak Berbakat

Jakarta, Kartunet.com – Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh siswa di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat serta yang membantu mewujudkan potensinya.


 


Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.


 


Kendati demikian, pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


 


Berdasarkan penjelasan di atas, Semiawan (1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah dideferensiasikan.


 


Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa pada saat-saat tertentu siswa merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya.


 


Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat dirancang dengan cara sebagai berikut.


 


Pertama, kurikulum berdiferensiasi dengan cara menyesuaikan dengan kurikulum umum. Hal ini bisa dilakukan dengan (1) menambah hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki anak berbakat. (2) Mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakat lebih menyesuaikan kemampuan anak. Sehingga, ada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat. (3) Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum. Jadi beberapa kegiatan atau pelajaran dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya dikurangi. (4) Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam.


 


Kedua, kurikulum berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang baru atau khusus. Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.


 


Demikianlah kurikulum untuk anak berbakat dimodifikasi atau dideferensiasikan agar proses pembelajaran memenuhi kebutuhan keberbakatan dan kekhususan anak guna tercapainya tujuan pendidikan yang sebenar-benarnya. (nir)

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Oleh Lisfatul Fatinah

Guru pendidikan khusus yang senang mengajar, menulis, dan menonton film.

5 komentar

  1. Anak berbakat bukan disabilitas, anak berbakat masuk dalam katagori Anak Berkebutuhan Khusus yang terminologinya mengacu pada kepentingan pendidikan.

    Semoga semakin jelas ya istilahnya 🙂

  2. setuju. anak berbakat jika tidak diberikan kurikulum yang sesuai, maka potensinya akan terbuang percuma. anyway, apakah anak berbakat masuk kategori disabilitas?

    1. Menurut saya, kalau boleh membantu untuk menjawab, anak berbakat bisa dan tidaknya masuk dalam kategori disabiitas itu tergantung dari anaknya sendiri, butuh tenaga profesional seta proses yang panjang untuk menentukan ini. maaf bila salah, terima kasih.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *