Membedakan Tunadaksa dan Cerebral Palsy

Jakarta, Kartunet.com – Banyak masyarakat awam yang memahami bahwa Cerebral Palsy merupakan bagian atau salah satu jenis dari ketunadaksaan. Padahal jika kita memerhatikan sejumlah referensi Ortopedagogik (Pendidikan Kebutuhan khusus) akan kita temukan penjelasan bahwa cerebral palsy berbeda dengan tunadaksa, meskipun keduanya dibahas dalam satu bab gangguan fisik.


 


Dalam buku Psikologi Anak Luar Biasa karya Dra. T. Sutjihati Somantri, M.Si, Psi, dikatakan bahwa tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggunya tubuh sebagai akibat dari gangguan bentuk dan hambatan pada tulang, otot, dan sendi, dalam fungsinya yang normal. Sedangkan cerebral palsy adalah salah satu bentuk brain injury. Adapun brain injury adalah suatu kondisi yang memengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi (penyimpangan) dalam otak. Brain injury dapat juga diartikan sebagai suatu penyakit neuromuscular (syaraf otot) yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik.


 


Berdasarkan pengertian di atas, penyandang tunadaksa dan cerebral palsy seharusnya dibedakan. Seorang yang menyandang tunadaksa adalah mereka yang sama sekali tidak dapat menggerakkan atau memfungsikan bagian tubuh yang mengalami gangguan atau kerusakan, sedangkan seorang yang menyandang cerebral palsy adalah mereka yang masih dapat menggerakkan anggota tubuhnya meskipun gerakannya terganggu karena kelainan tonus otot.


 


Klasifikasi Tunadaksa


 


Menurut Frances G. Koening, ketunadaksaan dapat diklasifikasikan ke dalam tunadaksa sejak lahir (keturunan), tunadaksa waktu lahir, dan tunadaksa sesudah lahir.



  1. Kerusakan fisik sejak lahir adalah kerusakan yang dialami sejak anak ada dalam kandungan.

  2. Kerusakan fisik saat lahir adalah kerusakan yang diakibatkan kesalahan atau kekeliruan saat proses kelahiran.

  3. Kerusakan fisik sesudah lahir adalah kerusakan yang terjadi setelah kelahiran dan disebabkan oleh banyak faktor, seperti infeksi, sakit berkepanjangan, dan kecelakaan.

 


 


Macam-macam ketunadaksaan



  1. Club-foot atau Club-hand, yaitu kerusakan pada kaki atau tangan yang menyebabkan bentuk kaki atau tangan menyerupai tongkat.

  2. Polydastilism (jari banyak), yaitu jumlah jari tangan dan kaki lebih dari lima.

  3. Sydactylism, yaitu jari-jari tangan atau kaki saling menempel sehingga menyerupai selaput bebek.

  4. Torticolis, yaitu gangguan yang terjadi pada leher sehingga menyebabkan kepala terkulai ke depan.

  5. Spina-bifida, yaitu gangguan pada sumsum tulang belakang yang tidak tertutup.

  6. Cretinism, yaitu gangguan fisik yang menyebabkan tubuh kecil dan tidak dapat tumbuh dengan normal. Gangguan ini biasa disebut kerdil atau katai.

  7. Mycrocephalus, yaitu ukuran kepala jauh lebih kecil dari ukuran normal pada umumnya.

  8. Hydrocephalus, yaitu ukuran kepala yang besar dikarenakan kelebihan cairan pada kepala.

  9. Clefpalats, yaitu gangguan tidak adanya langit-langit mulut.

  10. Congenital hip dislocation, yaitu kelumpuuhan yang menyerang bagian paha.

  11. Congenital amputation, yaitu sebutan untuk bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu.

  12. Coxa valga, yaitu gangguan yang terjadi pada sendi paha dan menyebabkan sendi paha membesar.

  13. Erb’s palsy, yaitu kerusakan pada saraf lengan akibat tertekan atau tertarik saat kelahiran.

  14. Fragilitas osium, yaitu gangguan pada tulang yang menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah.

 


 


Klasifikasi Cerebral Palsy


 


Menurut Bakwin-Bakwin, cerebral palsy dapat dibedakan dalam kategori berikut:



  1. Spasticity, yaitu kerusakan pada korteks seribri (bagian luar otak) yang menyebabkan hyperactive reflex atau stretch reflex. Spasticity dapat dibedakan menjadi:

    1. Paraplegia, yaitu kondisi di mana bagian bawah tubuh (extremitas bawah) mengalami kelumpuhan atau paralysis yang disebabkan karena lesi transversal pada medulla spinalis. Paraplegia digunakan untuk menyebut kerusakan yang menyerang kedua tungkai.

    2. Quardplegia atau tetrapedia, apabila kerusakan menyerang kedua lengan atau kedua tungkai.

    3. Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai yang terletak pada belahan tubuh yang sama.

 



  1. Athetosis, yaitu kerusakan pada basal banglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah.

  2. Ataxia, yaitu kerusakan pada cerebellum (otak kecil) yang mengakibatkan adanya gangguan keseimbangan.

  3. Tremor, yaitu kerusakan pada basal banglia yang berakibat timbulnya getaran-getaran berirama, baik getaran itu bertujuan maupun tidak bertujuan pada hal tertentu.

  4. Rigidity, yaitu kerusakan pada bangsal banglia yang mengakibatkan kekakuan pada otot.(Nir)

Editor: Risma

Last Updated on 8 tahun by Redaksi

Oleh Lisfatul Fatinah

Guru pendidikan khusus yang senang mengajar, menulis, dan menonton film.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *