Mengajar Anak Membaca

Jakarta, Kartunet.com – Membaca merupakan kegiatan yang secara tidak langsung dibutuhkan oleh semua orang. Selain karena semua informasi berkembang melalui tulisan dan bacaan, membaca memiliki dampak yang cukup besar pada kehidupan seseorang. Dalam Gerakan Pemasyarakatan Budaya Baca (Edi Santono, dkk, 2005), disebutkan bahwa membaca bermanfaat mengembangkan pola pikir kreatif dan rasa kebahasaan murid, memperkaya wawasan dan cita-citanya, serta menghindarkan murid dari rasa tidak percaya diri.

Manfaat membaca seperti yang disebutkan di atas, dapat diperoleh ketika murid tidak hanya bisa membaca tetapi juga memahami apa yang dibacanya. Konteks membaca seperti ini disebut ‘membaca pemahaman’. Joyee S. Choate dkk (1995) mendefinisikan membaca pemahaman sebagai tujuan dari membaca itu sendiri.

Banyaknya murid yang tidak gemar membaca kerap menjadi pembahasan utama antar guru, yang kemudian melabeli murid tersebut “anak yang malas membaca”. Sebenarnya, ada beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa murid tidak ingin membaca, salah satunya adalah murid tersebut memiliki hambatan dalam membaca. Sehingga, hambatan tersebut menyebabkan murid menjadi tidak percaya diri dan memutuskan untuk lebih baik tidak membaca. Bagaimana cara mengetahui kendala membaca yang dimiliki murid? Untuk menjawab pertanyaan ini, hendaknya terlebih dahulu kita memahami apa itu membaca pemahaman dan komponen-komponen apa saja yang ada di dalamnya.

 Menurut Heilman dkk (1994), disebutkan bahwa membaca pemahaman merupakan proses konstruktif yang mana melalui bacaan tersebut pembaca mampu menghubungkan pengetahuan dan pengalamannya untuk membangun atau mengkonstruksi sebuah pemahaman baru. Masih menurut Choate dkk (1995), membaca pemahaman dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yakni (1) pemahaman literal, (2) pemahaman interpretasi, (3) pemahaman kritis, dan (4) pemahaman makna kata dalam konteks bacaan atau kalimat.

Membaca pemahaman literal.

Kemampuan membaca pemahaman literal umumnya dianggap sebagai kemampuan memahami yang paling dasar.  Murid dianggap menguasai tahap ini apabila murid dapat membaca dan mengerti kalimat untuk membangun rincian fakta dan rangkaian kejadian dalam bacaan. Pada tahap ini anak harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan eksplisit yang jawabannya terdapat dalam teks bacaan. Umumnya, murid sudah mampu mambaca pemahaman literal sejak pertama kali murid bisa membaca, yakni pada kelas 2 SD.

Untuk mengetahui kemampuan murid pada tahap ini, guru bisa memberikan anak suatu bacaan sederhana yang mengandung kalimat sederhana. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan yang jawabannya tersurat atau dapat ditemukan hanya dengan membaca bagian bacaan tersebut yang berupa detail fakta dan urutan kejadian. Apabila anak mampu menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang dibacanya, artinya murid memiliki kemampuan membaca pemahaman literal.

Membaca pemahaman interpretasi.

Kemampuan membaca pemahaman interpretasi didefinisikan sebagai membaca makna di balik bacaan (between the lines), yang melibatkan kemampuan berpikir lebih tinggi dibandingkan kemampuan membaca literal. Maksudnya, pada tahap ini murid tidak hanya mampu memahami informasi yang tersurat dalam teks bacaan, tetapi juga dapat memahami informasi atau arti yang tersirat dalam teks bacaan. Dengan demikian, pada tahap ini hendaknya murid sudah mampu memahami ide utama, hubungan sebab-akibat, kesimpulan, serta mensintesiskan informasi dari pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh murid sebelumnya.

Guru dapat mengetahui kemampuan murid pada tahap ini dengan memberikan murid sebuah teks bacaan. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan ide utama bacaan, hubungan sebab-akibat yang tersirat dalam bacaan, serta kesimpulan yang dapat murid ambil dari bacaan tersebut. Sama seperti kemampuan membaca literal, kemampuan membaca interpretasi ini hendaknya sudah dimiliki murid sejak kelas 2 SD. Hanya saja, semakin tinggi tingkat kelas seorang murid, semakin tinggi pula tingkat kemampuan interpretasinya.

 Membaca pemahaman kritis.

Kemampuan membaca pemahaman kritis merupakan hasil dari membaca di balik dan di luar bacaan (behind and beyond the lines). Kemampuan membaca kritis lebih mengarah pada kemampuan murid mengevaluasi atau mengomentari sudut pandang penulis, memahami bacaan dengan menyortir informasi yang relevan dan tidak relevan, berpendapat, dan memahami teknik propaganda yang digunakan penulis dalam tulisannya. Dengan kata lain, kemampuan mambaca pemahaman kritis ditekankan untuk mengembangkan kemampuan murid dalam membaca dan bertanya.

 Untuk mengatahui kemampuan murid pada tahap ini, guru dapat memberikan murid teks bacaan dan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat menstimulus kekritisan anak. Misalnya saja pertanyaan “Apakah kamu setuju dengan yang dituliskan penulis?”, atau “Mengapa kamu setuju dengan yang dikatakan penulis?”, atau “Apa alasanmu tidak setuju dengan yang dikatakan penulis?”, dan pertanyaan lainnya yang membuat murid menyampaikan pendapat mengenai apa yang dibacanya.

Membaca pemahaman makna kata dalam konteks bacaan atau kalimat.

Kemampuan membaca pemahaman makna kata dalam konteks merupakan tingkat terakhir dalam membaca pemahaman dan merupakan lanjutan dari kemampuan murid mengenal kata yang secara langsung membantu murid memahami apa yang dibacanya.

Seorang murid mungkin bisa memahami kata yang tidak disandingkan dengan kata lain. Akan tetapi, murid akan menemukan rangkaian kata yang menjadi kalimat dalam sebuh teks bacaan. Rangkaian kata inilah yang harus dimengerti murid dalam membaca, sehingga murid dapat menerima informasi dari teks bacaan secara utuh. Tanpa kemampuan ini, murid tidak akan mampu memahami konteks bacaan secara keseluruhan dan murid dapat dikatakan memiliki keterbatasan yang pada pemahamannya.

Demikianlah, kemampuan membaca pemahaman terbagi ke dalam empat bagian yang cukup kompleks, sehingga seorang murid dapat dikatakan mampu mambaca tidak hanya lewat kemampuan membaca tulisan atau sebuah teks bacaan. Akan tetapi, murid dapat dikatakan bisa membaca apabila ia mampu memahami apa yang dibacanya, mulai dari memahami secara eksplisit (tersurat), memahami hal-hal implisit (tersirat), hubungan sebab-akibat, menyimpulkan isi teks bacaan, hingga mampu memberikan kritik pada isi teks bacaan.

Berdasarkan penjelasan tentang kemampuan membaca  pemahaman ini, guru hendaknya memahami setiap tingkatan pada kemampuan membaca pemahaman. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat mengetahui apakah murid malas membaca atau memang tidak bisa memahami bacaannya, sehingga guru bisa memberikan penanganan yang tepat pada murid.(nir)

Editor: Muhammad Yesa Aravena

Last Updated on 9 tahun by Redaksi

Oleh Lisfatul Fatinah

Guru pendidikan khusus yang senang mengajar, menulis, dan menonton film.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *