Pembelajaran Matematika Anak Kesulitan Belajar

Jakarta, Kartunet.com – Dalam membahas pembelajaran anak kesulitan belajar, kita perlu mengambil satu sampel murid kesulitan belajar sebagai contoh. Hal ini dikarenakan anak kesulitan belajar memiliki karakteristik  kasus yang berbeda antar satu anak dengan anak yang lainnya.

Untuk pembahasan pembelajaran matematika untuk anak kesulitan belajar kali ini, kita ambil sampel seorang anak yang duduk di bangku kelas 3 Labschool PGSD UNJ, Setia Budi yang bernama Shahrul. Shahrul adalah anak yang menunjukkan sikap-sikap kesulitan dan belajar matematika dengan ciri sebagai berikut: ketika mengerjakan soal yang menurutnya sulit, Shahrul akan sangat mudah menangis dan marah. Selain itu, Shahrul sulit menerima perintah lebih dari dua perintah dalam satu waktu, juga sulit mengerjakan soal yang mengandung dua indikator sekaligus.

Kendala lain yang dimiliki Shahrul adalah sering tertukar antara perkalian dan penjumlahan. Shahrul juga hanya paham penjumlahan dan pengurangan sampai pada bilangan puluhan dan kesulitan mengubah angka menjadi nama bilangan ketika bilangannya ratusan dan ribuan.

 Selain hal di atas, Shahrul juga sering keliru saat menulis soal atau angka yang ada di papan tulis atau buku, belum bisa membedakan jumlah yang lebih bnayak atau lebih sedikit, dan lambat dalam mengelompokan benda berdasarkan bentuk dan warna, seperti persegi, segitiga, lingkaran dan lain-lain.

Kendati banyak kelemahan dan ketidakmampuan Shahrul dalam matematika, Shahrul memiliki bakat dalam mewarnai dan menggambar. Karena kegemarannya pada gambar yang tinggi, Shahrul kerap kali lebih mudah memahami suatu materi jika dijelaskan menggunakan media gambar.

Kelebihan Shahrul ini dimanfaatkan oleh gurunya. Setiap pembelajaran matematika, guru menggunakan media gambar untuk mempermudah Shahrul memahami pelajaran. Misalnya saja, untuk memahami penjumlahan 7 + 8 = 15, guru memberikan gambar 7 buah bola dalam satu kotak dan 8 buah bola dalam kotak yang lainnya. Dalam kasus ini, Shahrul akan menghitung jumlah bola yang ada di dalam dua kotak. Begitu seterusnya dalam mengerjakan soal.

Selain dengan gambar, guru juga menggunakan aneka kertas warna dalam mengajar Shahrul.  Contohnya, saat mengajarkan bentuk bangun datar dan bangun ruang, guru tidak hanya memberikan media berupa gambar polos tetapi menggunakan berbagai macam warna untuk menarik perhatian Shahrul.

Untuk permasalah belajar lainnya, seperti kesulitan membedakan perkalian dan penjumlahan serta kesalahan dalam menyalin soal, guru mengatasinya dengan pengulangan. Dengan bantuan guru pembimbing khusus (GPK), guru kelas membuat program khusus Shahrul untuk membangun konsep pemahaman bentuk dan bilangan agar Shahrul tidak lagi tertukar dalam menulis atau menyalin soal.

Contoh kasus di dalam artikel kali ini tidak bisa disamaratakan dengan kasus anak kesulitan belajar lainnya, karena setiap anak kesulitan belajar memiliki kesulitan di ranah berbeda. Hanya saja, artikel ini setidaknya bisa memberikan gambaran tentang bagaimana menginisiatifkan pembelajaran yang tepat untuk anak kesulitan belajar tanpa memaksakan kehendak guru atau orangtua.(Nir)

Editor: Muhammad Yesa Aravena

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Oleh Lisfatul Fatinah

Guru pendidikan khusus yang senang mengajar, menulis, dan menonton film.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *