Red Feather, Toko Kerajinan Disabilitas

Jakarta, Kartunet.com – Penyandang disabilitas juga bisa memproduksi kerajinan tangan dan kerajinan kayu yang berkualitas. Tidak percaya? Kunjungi saja Red Feather Shop, sebuah toko berlokasi di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Toko yang terletak di dalam Wisma Cheshire—sebuah residensi bagi para pengguna kursi roda—tersebut  menjual hasil karya para penyandang tunadaksa.

Ellih, sang manager toko yang juga menyandang paraplegia, bercerita banyak hal tentang Red Feather Shop. Barang yang dijual  di sana terbagi menjadi wood work atau kerajinan kayu dan handicraft atau kerajinan tangan yang didominasi oleh produk-produk jahitan. Untuk kerajinan kayu, Red Feather Shop menyediakan rumah Barbie, benteng kayu, hiasan kayu, rak buku, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kerajinan tangan tersedia berbagai kebutuhan rumah tangga seperti taplak meja, cassroll carrier dan lain sebagainya. “Casroll carrier ini barang favorit pelanggan. Kalau datang ke sini, pasti ada aja yang mencari,” cerita Ellih.

Soal harga pun bermacam-macam. Untuk kerajinan jahitan berkisar antara 10 ribu sampai 300 ribu rupiah per item, sedangkan untuk kerajinan kayu berkisar 20 ribu hingga dua juta rupiah. Barang-barang tersebut telah tersedia di toko,  namun jika pelanggan kurang cocok dengan ukuran dan warna, mereka juga dapat meminta pesanan khusus. “Untuk rumah barbie dan benteng, biasanya dikerjakan selama dua minggu,” jelas Ellih.

Semua kerajinan tersebut dikerjakan oleh para penghuni Wisma Cheshire. Menurut Ellih, mereka yang tinggal di sana memang diberikan pelatihan khusus untuk dapat menghasilkan barang-barang kerajinan dan mengelola Red Feather Shop. Dari sekitar 27 orang yang tinggal di Wisma Cheshire saat ini, para penghuni laki-laki mengerjakan kerajinan kayu, sedangkan yang perempuan mengerjakan kerajinan jahitan.

Bukan hal mudah bagi penyandang paraplegia untuk menghasilkan kerajinan-kerajinan tersebut. Kondisi fisik mereka memang tidak sebaik orang kebanyakan, sehingga cepat lelah dan butuh lebih banyak istirahat. Padahal, setiap produk tentu harus diselesaikan tepat pada waktunya. Terkadang sulitnya memperoleh material kayu yang berkualitas pun menjadi tantangan tersendiri. “Pernah juga diprotes pelanggan karena waktu itu kebetulan kami dapat material yang kurang bagus, jadi hasilnya juga kurang memuaskan,” ujar sang manajer.

Pelanggan Red Feather Shop didominasi oleh orang asing. Harga yang terbilang tinggi mungkin menjadi salah satu kendala bagi masyarakat Indonesia untuk membeli produk-produk tersebut. Ellih berharap, Red Feather Shop dapat memiliki lebih banyak lagi pelanggan berkebangsaan Indonesia. “Setidaknya itu bisa menunjukkan bahwa orang Indonesia juga peduli dengan karya-karya yang diproduksi oleh penyandang disabilitas,” katanya.

Sejauh ini Red Feather Shop telah memasarkan produknya lewat berbagai bazaar. Salah satunya, bazaar tunggal mereka diadakan di Hotel Chrystal pada bulan Oktober tiap tahun. Menurut Ellih, bazaar tunggal tersebut merupakan bazaar yang paling ditunggu-tunggu tiap tahun karena merupakan sumber penghasilan terbesar bagi mereka. Tahun 2012 lalu misalnya, dalam satu hari bazaar saja mereka mampu memperoleh penghasilan 80 juta rupiah. Ellih pun menuturkan satu lagi harapannya untuk Red Feather Shop, bahwa ia ingin suatu hari nanti Red Feather Shop dapat memiliki toko di tepi jalan raya agar dapat lebih dikenal oleh masyarakat. (dani)

Berikut ini adalah beberapa contoh kerajinan produksi Red Feather Shop (searah jarum jam: kerajinan rak,  mainan, kain hias, rumah boneka, rumah mainan):

       

Red Feather Shop- Yayasan Wisma Cheshire

Jalan Wijaya Kusuma No. 15 A, Cilandak Barat,

Jakarta Selatan 12430

Telpon: 021 – 7502059

www.wismacheshire.com 

Last Updated on 5 tahun by Redaksi

Oleh Ramadhani Ray

Literature lover, disability issues campaigner, Interest to learn something new through reading, training, and traveling.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *