Ridwan, Tiada Kata Menyerah

Jakarta, Kartunet.com – Tidak ada seorang pun yang berharap menjadi penyandang disabilitas. Akan tetapi, jika demikian kondisi yang Tuhan berikan, manusia hanya bisa menjalaninya dengan ikhlas dan tawakal. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penyandang disabilitas pun menginginkan kesempurnaan hidup. Salah satunya adalah ketika hendak membentuk sebuah keluarga.

Ridwan Sumantri menjalani hari-harinya bersama kursi roda. Tulang belakangnya yang patah akibat terjatuh membuatnya menjadi seorang penyandang paraplegia. Ridwan yang saat itu masih duduk di bangku kelas 2 SMK terpaksa harus berhenti sekolah. Keluarganya belum memiliki cukup pengetahuan bagaimana mendampingi anak berkebutuhan khusus. Tentu saja, perubahan hidup yang terjadi secara tiba-tiba  membuat pria asal Sukabumi itu patah arang.

Tahun 2003, Ridwan merantau ke Jakarta untuk menjalani semacam rehabilitasi di sebuah panti tunadaksa. Bertemu dengan teman-teman senasib yang ceria dan bersemangat, membuat gairah hidupnya bangkit kembali. Di sana ia belajar banyak hal, salah satunya ia berlatih bermain tenis kursi roda.

Hobi olahraga tersebut membawanya pada sebuah kejuaraan tenis kursi roda di Jakarta pada tahun 2005. Siapa sangka, pada ajang itulah Ridwan berjumpa dengan Yanni, wanita nondisabilitas yang kini jadi istrinya. Saat itu, Yanni bertugas sebagai voulentir untuk HWPCI.  Ridwan menilai Yanni sebagai seorang wanita yang perhatian dan peduli terhadap penyandang disabilitas. Hatinya pun tertarik untuk mengenal wanita itu lebih dekat.

Tahun 2007, Ridwan berhasil menyunting Yanni. Bukan hal mudah untuk mendapatkan cinta dari pasangan nondisabilitas. Meski sempat ditolak karena kondisinya sebagai penyandang disabilitas, Ridwan tidak menyerah. Ia tetap gigih meyakinkan wanita pujaannya bahwa walaupun penyandang disabilitas, ia akan mampu menjadi kepala keluarga yang baik layaknya orang umum lain.

“Dulu saya juga sempat diremehkan oleh keluarga,” ujar Ridwan.

Kebanyakan orang tentu akan berpikir, bagaimana seorang pria berkursi roda akan mampu menghidupi keluarganya. Sikap dan ucapan yang cenderung meragukan kemampuan, kerap kali diterima Ridwan dari keluarga sang calon istri saat itu. Tapi, sekali lagi Ridwan tidak menyerah. Bekerja sebagai staf HWPCI sejak tahun 2005 serta bekerja sambilan sebagai disainer gravis, agaknya cukup membuktikan bahwa pria kelahiran 17 Agustus 1980 ini adalah pekerja keras. Tentu hanya pria bertanggung jawab yang tidak menyerah dengan segala keterbatasannya.

Kenyataanya, setelah ia menikahi Yanni, mereka dapat menjalani hidup normal. Meski pengguna kursi roda, sesekali ia masih dapat membantu pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring atau membersihkan lantai. Sejak Juni 2011, Ridwan bekerja sebagai program officer di AGENDA, sebuah organisasi bertaraf internasional di bawah PPCI yang focus pada bidang penerapan hak-hak politik penyandang disabilitas. Lewat kesibukannya saat ini, Ridwan telah berhasil menjalani tugas sebagai kepala keluarga. Ia telah mampu menghidupi istri dan kedua  anaknya dari hasil jerih payahnya sendiri.

Ridwan pun mengutarakan harapan kepada masyarakat pada umumnya, agar tidak menilai seseorang hanya dari tampilan luar saja. Ia meyakini bahwa di balik sosok setiap penyandang disabilitas pasti memiliki talenta masing-masing. Bagi penyandang disabilitas sendiri pun janganlah bersikap manja terhadap kondisi disabilitasnya.

“Kita tidak perlu dikasihani. Kita hanya perlu dihargai dan diberi kesempatan,” ujarnya, menutup perbincangan dengan Redaksi Kartunet.com.

Dari pengalaman hidup Ridwan Sumantri, kita dapat memetik pelajaran berharga. Pada dasarnya, kesuksesan hidup seseorang tidaklah dilihat dari kesempurnaan fisik semata. Kemauan, kerja keras, serta rasa tanggung jawab adalah kuncinya. Tuhan yang Maha adil juga telah mempersiapkan rezeki bagi setiap hamba-Nya. Siapa yang tidak pernah berhenti berusaha dan berdoa, tentu akan diberikan yang terbaik oleh-Nya, termasuk bagi para penyandang disabilitas. (RR)
Editor: Herisma Yanti

 

Last Updated on 11 tahun by Redaksi

Oleh Ramadhani Ray

Literature lover, disability issues campaigner, Interest to learn something new through reading, training, and traveling.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *