Sesal di Akhir Cerita

19 April 2003
20.30 wib

Dear, my new diary!
I want to tell something to you.
Saat resah merantai diri.
Aku tak dapat menghindar lagi
Apakah ini yang dinamakan cinta?
Cinta pada sesuatu yang maya.

Kisah ini berawal saat aku mengangkat sebuah telepon yang tidak jelas siapa peneleponnya.

“Hallo, bisa bicara dengan Shinta?”

“Shinta? Maaf sepertinya kamu salah sambung,”  ucapku ketus.

“Memangnya kamu siapa?” 

“Kamu sendiri?” tanyaku lagi.

“Panggil saja aku Pangeran. Lantas kamu?”

“Panggil saja aku Little Girl,” jawabku cuek, lalu mematikan telepon. 

Awalnya, aku menganggap orang ini aneh. Memangnya zaman sekarang masih ada yang salah sambung? Namun, lama-kelamaan kami saling akrab. Aku sering mengobrol melalui telepon dengannya. Kunamai dia “My Prince” sesuai dengan yang dikatakannya pertama kali.

 

03 Mei 2003

21.40 wib

 

My diary, aku kini semakin dekat dengan My Prince. Sepertinya aku sudah terpikat cintanya. Cinta yang berawal dari salah sambung, walau indahnya bukan seperti cinta yang berasal dari pandangan pertama. Jujur, sekali pun aku belum pernah melihatnya secara langsung. Sungguh, cinta ini buta.

10 Mei 2003

20.46 wib

Dan sekarang, setelah lama kami saling berbicara lewat telepon, beranjaklah cinta ini ke dunia chatroom. Aku dapat melihat wajah My Prince, ia pun dapat melihat wajahku. Meski ia tak pernah memberitahukan siapa namanya, tapi aku sudah merasa puas. Toh, aku juga tak pernah mengungkapkan identitasku.

 

20 Januari 2007

23.49 wib

Kini aku sudah menyerahkan hatiku sepenuhnya kepadanya. Aku tak perlu lagi bertanya siapa dia. Dia My Prince. Pangeranku. Aku mencintainya. Sungguh-sungguh mencintainya.

Namun kini dia menghilang. Hilang setelah aku memberikan hatiku sepenuhnya kepadanya. Ia tak pernah lagi menjawab panggilanku. Tak pernah membalas pesan singkat yang ku kirimkan. Tak pernah menampakkan dirinya lagi di dunia chatroom. Hanya yang tertinggal adalah lukisan wajahnya yang bertakhta di layar monitor komputerku dan yang ada di phone selulerku.

20 Januari 2007

01.15 wib

Hari ini, tepat tiga tahun sesudah My Prince menghilang. Namun kini dia muncul kembali. Mengusik setiap ruang di diri. Menyirnakan semua duka yang kurasa di hati. Tapi tak kunjung jua ia menyebutkan namanya.

Dear, What’s wrong with me???

Padahal sekarang aku sudah punya kekasih. Arga namanya. Ia sangat mencintaiku. Kami menjalin kasih setahun lalu. Jadi, apakah yang harus ku lakukan kini? Apa aku harus memilih My Prince yang ada namun tiada itu, ataukah Arga yang jelas-jelas nyata?
Nyatakah My Prince? Dia My Prince. Dia hanya hadir dalam mimpi. Dan aku adalah Little Girl. Apakah aku juga hadir dalam mimpinya?

******

Prince: Dear Little Girl, bagaimana kabarmu hari ini?
Little Girl: Baik. Aku sangat baik. Kamu sendiri?
Prince: Akupun begitu manis. Kamu sedang apa?
Little Girl: Chat sama kamu.
Prince: Hahaha. Kamu memang My Little Girl.
Little Girl: Bagaimana studimu?
Prince: Lancar, Manis.
Little girl: Oh, begitu! Aku tidur dulu, ya.
Prince: Ok, sampai jumpa besok, Manis. Hadirkan aku dmimpimu.

20 Februari 2007
23.38 wib

Dear, diary, aku kini bingung. Antara senang dan sedih. Di satu sisi aku bahagia karena dapat menemukan pujaan hatiku lagi. Tapi apakah ia memang nyata?

Aku baru saja chatting dengannya. Tetapi aku tak bisa melihatnya! Aku ingin tahu sorot matanya. Aku ingin tahu ekspresi wajahnya saat menjawab pertanyaanku. Aku ingin tahu apakah ia juga merasakan getaran yang sama denganku?

 Ah, andai aku punya indra keenam. Sayangnya tidak.

28 Februari 2007

22.31 wib

Dear, diary, aku makin bingung. Antara cinta dan kekasih. Jujur aku mencintainya. Aku mencintai My Prince yang selalu hadir dalam ruang maya kehidupanku. Yang ada dalam mimpi-mimpiku.

Tadi, saat kami chat, dia bertanya, “Apakah kamu mencintaiku?”.

Aku bingung. Apa jawaban yang harus kuberikan padanya? Apa aku harus menerima cintanya, atau menolaknya karena ia tak nyata?
Yang jelas kini, aku berada diantara dua pilihan. Antara Arga yang sekarang menjadi kekasihku, atau My Prince yang ada dalam mimpiku.

 ‘You have 1 new e-mail on your e-mail inbox’. Begitu saat kulihat e-mail milikku dan aku pun membuka e-mail masuk itu.

1 Maret 2007

 Dari: My prince

 Subject: Dear My Little Girl, bagaimana kabarmu hari ini sayang? Kuharap baik-baik saja. Apakah kamu tahu aku sangat rindu padamu?

Semalam aku bermimpi bertemu dengan dirimu. Kau manis sekali. Wajahmu yang bulat bersinar bagaikan bulan purnama. Mata indahmu, dan bibir cantikmu membuatku lupa diri. Tapi saat aku terbangun, kusadari semuanya cuma mimpi. Aku ingin bertemu denganmu My little girl!

 

1 Maret 2007

21.48 wib

Dear diary, hari ini ia mengatakan kalau ia ingin menemuiku. Menemui Little Girl yang ada dalam mimpinya. Tapi dimanakah dia berada? Di Jakarta atau di Surabaya? Ia tak pernah menyatakan identitasnya. Namanya, ataupun alamatnya. Jadi, bagaimanakah aku dapat menjalin hubungan dengan orang yang tak nyata? Aku bingung. Tuhan, tolonglah!

3 Maret 2007

22.23 wib

Hari ini aku bertemu dengan kekasihku Arga. Dan rupa-rupanya ia sudah dapat mencium gelagatku yang aneh akhir-akhir ini. Ditambah pula saat aku tengah bersamanya, aku mendapat sebuah pesan dari My Prince ku.

 Dear Little girl. Kamu lagi ngapain? Apa kamu tetap mengingatku?

Sender: My Prince

“Siapa itu?”

“Bukan siapa-siapa. Mungkin nomor nyasar.”

“Enggak mungkin!”

“Tapi aku enggak kenal dia!”

“Ok, kalo gitu kenapa ada namanya disini?”

“Dia itu nomor nyasar!” tegasku sekali lagi.

Diaryku, aku semakin bingung kini. Apa yang harus kukatakan kepada Arga dan My Prince?

1 Mei 2007

20.19 wib

Dear, diary, sekarang aku akan membuat sebuah keputusan. Aku tahu kalau salah satunya pasti terluka. Tapi, inilah jalan yang terbaik yang bisa kuberikan kepada kedua-duanya. Aku harus memilih salah satunya!

 “Dengarkanlah suara hati kecilmu Little Girl dan sahabatku!”.
Ok, sahabatku, akan kudengarkan nasehatmu.

Dear, My Prince yang kusayangi! Hari ini aku harus memberitahukan sesuatu kepadamu. Aku punya seorang kekasih. Disini, di sampingku. Dia begitu nyata menghiasi hati, nyata di dalam diri.

Bukan hatiku tertutup bagimu. Hanya saja aku tak tahu siapa kamu. Sekarang, lebih baik aku memilih sesuatu yang nyata, yang ada bersamaku disini, di sampingku. Maafkan aku My Prince!

 Tanganku mengklik tombol send sesaat setelah kubaca kembali e-mail itu.

2 Mei 2007

21.40 wib

Telah kukirimkan sebuah pernyataan kepadanya, Sobat. Aku telah membuat keputusan. Aku akan melupakannya. Meskipun mungkin ia akan tetap ada dalam mimpiku sampai hari tuaku.

Aku tahu ini akan menyakitinya. Tetapi, mau bagaimana lagi? Semoga saja dia bisa menerimanya, dan bisa melupakanku.

Di pagi hari yang cerah, seminggu setelah aku mengirimkan pernyataan itu padanya, sebuah koran terbitan jarak jauh singgah di rumahku. Seperti biasa, setiap pagi aku selalu membacanya.

Pagi ini sebuah headline menarik terpampang disitu.

GAGAL MEMBELI TIKET KERETA UNTUK MENEMUI KEKASIHNYA, SEORANG PEMUDA NEKAD BUNUH DIRI.

10 Mei 2007

10.11 wib

Dear diary, sebuah kenyataan pahit kudapati hari ini. Ternyata My Prince sudah meninggal. Kini aku tahu nama aslinya. Agustian Anggara Putra. Ia tinggal di Jakarta. Ia ingin menemuiku, tapi karena tak dapat tiket pesawat, ia nekad bunuh diri. Tak ada kata perpisahan darinya. Tak sempat pula aku berucap maaf kepadanya. Aku sangat menyesal. Aku telah mengecewakannya. Ia kini ada di surga barang kali.

Maafkan aku My Prince, semoga kau tenang dalam istirahat panjangmu, dan aku akan menjadikanmu sebuah kenangan. Kenangan yang akan mengisi hari-hariku, dari sekarang sampai akhir hayatku. Selamat jalan My Prince!

 

1 Juli 2007

20.49 wib

Dear, diary, hari ini hatiku sungguh sakit. Arga telah menyakitiku. Ia kupilih dengan seluruh keyakinanku. Karena dialah My Prince meregang nyawa.

Hari ini, aku melihatnya sedang bercengkrama dengan seorang sahabatku. Tanpa malu-malu lagi mereka menyatakan kalau mereka sudah jadian. Mereka bercanda riang di depanku.

 Oh, betapa sakit hati ini menerima kenyataan yang terjadi pada diriku. Setelah membuat keputusan, ditinggal kekasih semu, dan sekarang dikhianati kekasihku. Orang yang kupilih dengan mengorbankan yang satu lagi. Sakitnya hatiku!!!

Aku ingin bunuh diri. Mungkin itu lebih baik. Aku ingin menemui My Prince. Baik di surga ataupun di neraka. Tapi aku tahu, itu bukan jalan yang terbaik. Dear, My Prince, maafkanlah aku!

Bersamaan dengan kutulisnya rentetan kisahku hari ini, berakhirlah halaman-halaman diaryku. Diary yang setia menemaniku selama empat tahun belakangan ini. Berawal dari jatuh cinta pada panggilan pertama dari My Prince, hilangnya dirinya, hadirnya dia kembali, keputusan yang kubuat atas dirinya, juga pengkhianatan kekasihku yang aku pilih.

Kulemparkan pena yang kupakai untuk menulis di buku harianku selama ini ke dalam tong sampah karena sudah habis.
Aku sangat letih. Aku ingin berbaring malam ini.

Aku ingin menangis, menangisi semua keputusanku ini. Aku menyesal! Menyesal di akhir cerita.

Seperti biasa, aku keluar rumah pukul 8 pagi menyusuri jalan-jalan kota ini menuju ke kampusku. Entah mengapa hatiku sangat tak enak hari ini. Rasa penyesalan itu mewarnai seluruh air mukaku. Aku rindu padamu My Prince.

Aku tak tahu persis ketika sebuah mobil meluncur ke arahku. Ketika sudah dekat, kukenali mobil itu milik Arga kekasihku yang mengkhianatiku. Mobil itu terus meluncur dan dengan tanpa ampun akhirnya menerjang tubuhku.

Aku termangu. Dan sesaat sebelum semuanya menjadi lain, sempat kulihat senyum manis My Prince di pelupuk mataku.

Last Updated on 10 tahun by Redaksi

Oleh Ria Andriani

Kontributor Kartunet.com dari Sydney, Australia

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *