Alat Bantu Penyeberangan di Adelaide

Adelaide, Kartunet.com – Pemerintah Australia menyediakan alat bantu penyeberangan yang aksesibel bagi pejalan kaki maupun pengguna sepeda. Alat tersebut berupa tiang yang memiliki tombol di salah satu sisinya dengan anak panah timbul yang bisa diraba yang menunjukkan arah menyebrang. Kadang jika di perempatan, ada beberapa alat bantu yang digunakan untuk menyebrang ke arah yang berbeda-beda. Jika berdiri sendiri, tingginya hanya 1 meter dengan tombol terletak sekitar 80-90 cm dari permukaan tanah. Di beberapa tempat, alat ini menempel pada tiang lampu lalu lintas.

Sebenarnya alat ini tidak disediakan khusus untuk disabilitas, melainkan untuk semua pengguna jalan yang meliputi pejalan kaki, pengguna kursi roda dan skuter empat roda, serta pengguna sepeda. Akan tetapi, alat ini dibuat dengan prinsip aksesibilitas bagi setiap orang. Bagi pengguna kursi roda, alat ini aksesibel karna tingginya yang bisa dijangkau. Sekedar informasi, di Adelaide khususnya, kursi roda dan skuter empat roda bisa digunakan di mana-mana oleh mereka yang membutuhkan. Di jalan raya, scooter empat roda dan kursi roda menggunakan trotoar sebagai jalur lalu lintas. Perlu diingat bahwa trotoar di Adelaide tidak setinggi trotoar di Indonesia, ketinggiannya sekitar 15-20 cm. Selain itu, ada bagian-bagian trotoar yang dibuat sejajar dengan jalan sehingga pengguna kursi roda maupun skuter empat roda bisa menggunakannya untuk turun ke jalan maupun naik ke trotoar.

Bagi disabilitas netra, alat penyeberangan ini berbentuk tombol dengan anak panah yang dicetak timbul seperti tampak pada gambar. Anak panah yang dicetak timbul ini memungkinkan disabilitas netra untuk mengenali arah yang dituju alat tersebut. Selain itu, alat ini juga mengeluarkan dua suara yang berbeda untuk menandakan waktu menyebrang. Suara pertama dengan tempo agak lambat menandakan bahwa pengguna jalan belum boleh menyebrang. Suara kedua dengan tempo lebih cepat menandakan bahwa pengguna jalan sudah boleh menyeberang. Kedua suara ini memungkinkan disabilitas netra untuk mengetahui kapan waktunya menyeberang.

Tidak hanya suara yang dipasang dengan alat ini, tetapi terdapat pula lampu penyeberangan yang dipasang pada bagian bawah lampu lalu lintas. Lampu penyeberangan bukan hanya berbentuk lingkaran berwarna merah atau hijau seperti lampu lalu lintas, akan tetapi bergambar orang melangkah sehingga bisa dibedakan dari lampu lalu lintas. Jika lampu berwarna merah yang menyala, maka pengguna jalan tidak diperkenankan untuk menyeberang. Jika lampu berwarna hijau yang menyala, maka pengguna jalan boleh menyeberang. Jika lampu hijau berkedip-kedip, maka waktu untuk menyeberang akan segera habis. Di beberapa tempat, bahkan disediakan hitungan waktu untuk menyeberang yang ditampilkan secara visual. Lampu-lampu visual ini memungkinkan disabilitas rungu untuk menggunakan alat penyeberangan ini.

Berharap fasilitas serupa bisa disediakan di Indonesia bukanlah sesuatu yang berlebihan. Tapi untuk benar-benar mewujudkannya, tidak cukup dengan menyediakan alat bantu ini, melainkan juga dibutuhkan kesadaran setiap pengguna jalan akan hak dan kewajibannya. (MEN)

Editor: Muhammad Yesa Aravena

Last Updated on 11 tahun by Redaksi

Oleh Menik Budiati

Kontributor Kartunet.com dari Adelaide, Australia

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *