Akhirnya Ku Menemukanmu

Suasana masih lengang saat aku tiba di gedung sekolahku. Seperti biasanya, aku pergi untuk membenahi diri di dalam kamar mandi. Maklum cewek. Aku menatap wajahku di cermin dan membersihkan kulit mukaku dengan cairan pembersih. Kemudian ku sisir rambutku yang panjang terurai dengan sebuah sisir mungil yang selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi. Dan, hmmm, sempurna… Lanjutkan membaca Akhirnya Ku Menemukanmu

Masterpiece

“Setiap seniman mesti memiliki masterpiece,” ujar Wira dalam hati. Ia punya hobi membuat cerpen-cerpen. “Aku mau membuat sebuah Masterpiece” ujarnya lagi. Wira teringat tentang sebuah film yang pernah di tontonnya. Kabarnya, film tersebut merupakan masterpiece sineasnya. “Eiffel I’m in love” yang menurut Wira sih kurang menarik. “Kok yang gituan bisa jadi ‘masterpiece’ sih?” Wira bertanya-tanya… Lanjutkan membaca Masterpiece

Badai Tak Kunjung Lalu

Merepresentasikan keadaan dua purnama telah berlalu sejak aku duduk bersama kekasihku di tepi sungai dekat rumah kami. Suasana sunyi senyap. Tidak ada bulan malam ini. Bintang-bintang pun lenyap diselimuti awan hitam yang menggumpal-gumpal di langit gelap. Angin dingin berhembus ke dalam kamarku melalui jendela yang terbuka sedikit. Kamar ini terlihat sama. Buku komik bertebaran di… Lanjutkan membaca Badai Tak Kunjung Lalu

Sesal di Akhir Cerita

19 April 2003 20.30 wib Dear, my new diary! I want to tell something to you. Saat resah merantai diri. Aku tak dapat menghindar lagi Apakah ini yang dinamakan cinta? Cinta pada sesuatu yang maya. Kisah ini berawal saat aku mengangkat sebuah telepon yang tidak jelas siapa peneleponnya. “Hallo, bisa bicara dengan Shinta?” “Shinta? Maaf… Lanjutkan membaca Sesal di Akhir Cerita