Bangkit dari Mental Bangsa Terjajah

Tanggal 20 Mei kembali hadir dengan membawa simbolisme magis bagi Indonesia. Setiap tahun, ia dipercaya sebagai titik tolak perjuangan cara modern melawan penjajah. Sudah hampir 103 tahun, namun pertanyaannya, apakah bangsa ini sudah benar-benar bangkit dan merdeka?

 

Secara eksplisit, Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 66 tahun silam. Revolusi telah mengganti pemimpin-pemimpin asing ke mereka yang mengaku berbangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi, dan lagu Indonesia Raya dapat berkumandang di seantero nusantara dengan bebas. Namun sekali lagi, apakah bangsa ini telah merdeka baik lahir ataupun bathin?

 

Apabila ditilik dari apa yang para elit negara tempilkan, amat tampak bagaimana bangsa ini belum merdeka secara mental. Banyak kebijakan yang dihasilkan tidak pro rakyat. Hal ini tentu tak ada ubahnya dengan masa pemerintahan kolonial Belanda dan pendudukan Jepang. Manusia dan tanah Indonesia tetap tereksploitasi, dan hanya sekelompok orang yang menikmati hasilnya.

 

Seperti polemik pembangunan gedung baru DPR. Di satu sisi, isu ini mendapat tentangan yang amat besar dari rakyat. Publik menilai pembangunan gedung tersebut tidak mendesak dan tak masuk akal dari segi biaya. Meski ditentang, rencana ini terus berjalan dengan menafikan aspirasi rakyat.

 

Dalam hubungan dengan bangsa asing, amat terlihat bagaimana bangsa ini belum menjadi tuan rumah di tanah airnya. Seperti dalam mengelola sumber daya alam, bangsa ini belum percaya pada kemampuan sendiri. Publik tentu mengenal perusahaan-perusahaan asing seperti ExxonMobil, Chevron, Total Oil, Petronas, dan serentetan nama elit lainnya.

 

Tak lain, semua kecenderungan ini adalah bukti bahwa bangsa Indonesia masih belum merdeka secara bathin. Bangsa ini masih bermentalkan bangsa terjajah yang selalu merapatkan diri pada penguasa, mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok, serta selalu merasa rendah apabila dihadapkan dengan bangsa asing. Hal-hal negatif seperti itu yang harus segera dibersihkan, terutama oleh para pemuda.

 

Dari pemuda kebangkitan nasional ini bermula, dan oleh pemuda pula kemerdekaan yang seutuhnya direalisasikan. Pola fikir sebagai bangsa yang merdeka perlu ditanamkan. Biarkan generasi tua itu dengan error mindset yang telah akut. Yang muda, perlu memiliki fikiran yang mandiri, bebas, dan kepercayaan atas kemampuan diri sendiri.(DPM)

Last Updated on 9 tahun by Redaksi

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *