Bangkit dari Putus Asa, Akbar Jadi Content Writer Untuk Pejabat Tinggi

Akbar Ega (kanan) dan Yudo Widiyanto (kiri), berfoto bersama usai wawancara.
Halangan bukan menjadi alasan untuk berkembang. Tampaknya pepatah lama ini masih ampuh menempa hidup M. Reza Akbar, 30 tahun. Lahir dalam kondisi fisik yang normal, namun satu peristiwa menyebabkan Akbar menjadi berubah total. Bertahun-tahun

Ia harus berjuang melawan jerat keputusasaan dan rasa minder. Suatu hari di tahun 2010, dokter menyatakan bahwa jaringan pembulu darah kedua bola mata Akbar pecah. Keluhan nyeri sepele pada kedua bola matanya selama beberapa mingggu ternyata membuahkan vonis “mematikan”. Indera pengeliatan yang paling dianggap berharga tersebut sudah tak berfungsi lagi.

“Saya menangis, ini sangat menyakitkan bukan cuma karena mata saya tapi saat semuanya menjadi gelap seperti enggak ada lagi harapan untuk melanjutkan hidup, hilang semua mimpi-mimpi,” kata Akbar saat berbincang kepada penulis di Jakarta.

Bagi penyandang gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti Jakarta angkatan 2002, cita-cita sebagai konsultan keuangan yang ia impikan sirna seketika. Tidak ada lagi teman dan sahabat, bahkan kemesraan sebagai pasangan pengantin baru yang terjalin sejak 2009 hari demi hari diganti tangis kesedihan.

Ia-pun sempat “menggugat” Tuhan, mengapa dirinya dibiarkan mengalami cobaan ini. “Aku mengurung diri, menghilang dari pergaulan bak ditelan bumi. Hanya dirumah makan tidur dan ngobrol dengan orang tua dan hiburannya adalah main gitar dikamar,” ujar anak bungsu dari tujuh bersaudara ini.

Akbar berusaha mencari cara untuk penyembuhan dari pengobatan dari medis hingga alternatif. Kondisi ini ia jalani hingga selama empat tahun lebih. Pada tahun pertama pengobatan, Akbar mengajukan cuti ditempatnya bekerja. Namun karenakondisinya tak kunjung pulih, akhirnya perusahaan tersebut mem-PHK akbar.

Cobaan lain datang, karena tekanan psikis yang tak surut, bahtera rumah tangga yang baru menjelang dua tahun terjalin akhirnya kandas. “Saya tidak mau menyalahkan istri saya ketika itu, situasinya benar-benar sangat berat. Kami memutuskan untuk pisah secara baik-baik,” ujarnya.

Kini hilang sudah semua harapan. Tidak ada lagi semangat dalam menjalin hidup. Beban makin berat karena status sebagai penyandang tunanetra makin membebani. Namun ditengah-tengah situasi tersebut. “Saya akhirnya sujud berdoa kepada Tuhan, saya pasrah sekali saya tidak mau mengandalkan kekuatan sendiri,” kata pria kelahiran Jakarta 18 April 1985.

Suatu ketika, ia akhirnya menemukan salah satu yayasan yang menaungi komunitas tunanetra di daerah Lebak Bulus, Jakarta. Pada mulanya malu, namun ia akhirnya mau datang. Saat datang Akbar terkejut, ternyata banyak orang-orang yang mengalami nasib serupa.

Pada awal tahun 2014, ia pun akhirnya bergabung dalam yayasan tersebut dan belajar banyak hal. Diantaranya adalah belajar mengoperasikan komputer dengan bantuan suara dari program pembaca layar, huruf Braille, hingga bahasa Jerman. Akbar juga mulai mendalami manfaat tren sosial media untuk keperluan branding dan komunikasi.

Dengan perkembangan teknologi, Akbar juga makin terbantu. Ia juga coba belajar mengoperasikan hendset smartphone dengan satu program khusus yang mengandalkan indra pendengaran. Awalnya memang sulit, namun Akbar tidak menyerah. Akbar dengan penuh semangat berharap dirinya bisa mengukir mimpi bahkan lebih tinggi lagi.

“Saya berjuang dengan penuh keyakinan, saya berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan, puasa Senin-Kamis tidak pernah absen,” katanya sambil tersenyum.

Dan terbukti dengan semangat juang yang tinggi, Akbar mulai lincah menggunakan berbagai gadget. Ia mengenal banyak program dan aplikasi penting untuk berbagai keperluan. Dengan kemahirannya ini, Akbar kerap diminta rekan-rekannya untuk berbagi ilmu tentang cara menggunakan gadget untuk tunanetra.

“Saya beberapa kali diminta untuk membantu kalangan tunanetra,” katanya.

Dengan kesabarannya, Akbar dipercaya untuk memegang akun salah satu pejabat tinggi di Indonesia. Ketika itu, sang pejabat meminta Akbar untuk memperkenalkan dirinya dan program-progam instansinya kepada masyarakat melalui sosial media. Tidak mau kehilangan kesempatan, Akbar langsung menerima tawaran ini.

Kebetulan pada awal 2014, sang pejabat tersebut akan mencalonkan sebagai Presiden dari salah satu partai. Akbar yang semula tidak mengenal dunia politik, mulai mempelajari banyak hal dibidang tersebut. Ia bergaul dengan sejumlah pejabat eselon dan staf birokrat di instansi tersebut.

Saat itu, Akbar dipertemukan sosok sahabat baru Yudo Widiyanto yang kebetulan punya pengalaman dibidang jurnalistik. Akbar banyak bertukar pikiran dengan Yudo tentang dunia tata tulis dan perkembangan tren media di Indonesia. Ia makin menyadari bahwa tidak ada halangan untuk maju sekalipun dengan keterbatasan.

“Kami banyak berdiskusi banyak hal layaknya sahabat, dan parner yang solid, kami saling mendukung terutama dalam program-program yang berhubungan dengan kampanye di sosial media,” imbuhnya.

Sekarang, Akbar piawai membuat konten akun sosial media yang menarik. Ia mengelola salah satu akun twitter dengan tema-tema yang bertemakan motivasi. Ia mengatakan, sebagian besar postingan di sosial media terispirasi perjalanan hidupnya selama menderita kebutaan. Postingan Akbar banyak disukai.

“Setiap satu kali “berkicau”, selalu direspon positif lebih dari 15.000 akun,” katanya. Saat ini akun tersebut mempunyai lebih dari 2 juta pengikut.

Ia mengatakan, mimpinya kedepan menjadi profesional dibidang content writer. Saat ini, menjadi penulis konten sangat dibutuhkan karena makin berkembangnya dunia digital, dan beragam jenis sosial media. Banyak perusahaan yang membutuhkan untuk keperluan publikasi dan kampanye.

“Aku percaya saat aku terjatuh dan menderita, Tuhan akan datang dan mengangkatku. Terimakasih Tuhan, sebab sampai hari ini aku tetap dapat berdiri tegak,” ujar Akbar yang kini rutin berlatih olahraga Golf setiap minggunya.

Last Updated on 9 tahun by Redaksi

Oleh Yudo Widiyanto

Yudo Widiyanto banyak menulis untuk surat kabar dan media massa. Hobi bercocok tanam dan olahraga.

26 komentar

  1. Real survivor. Artikel yang sangat menarik, serta sosok yang sangat inspiratif. Bisa menjadi contoh bagi para saudara kita penyandang disabilitas.

  2. Saya seorang penyandang disabilitas. Sekian lama saya terpuruk, tapi sekarang semangat saya tinbul kembali setelah membaca artikel ini. Benar-benar artikel yang sangat inspiratif dan mampu memotivasi pembacanya.

  3. Hebat semangatnya. Ga banyak orang yang bisa bangkit dari kondisi terjatuh. Teruslah berjuang. Kamu sosok yang menginspirasi, mana ganteng pula. Hehe

  4. Semangat bar… lo bisa menjadi motivator buat orang lain.. maju terus dan tetap berkarya..

  5. Itu Akbar yang ini ya? Cool, so inspiring http://m.detik.com/inet/read/2015/06/05/071512/2933967/455/akbar-tunanetra-di-belakang-akun-medsos-pejabat

  6. Kebetulan anak saya mengalami kondisi yang hampir mirip. Setelah baca artikel ini anak saya jadi termotivasi. Dan hari ini, untuk pertama kalinya dia mau keluar rumah lagi. Terima kasih banyak mas akbar atas sharingnya.

  7. Sangat menarik dan inspiratif. Semoga kita semua bisa memiliki semangat juang seperti Akbar.

  8. Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan dengan sebenar-benarnya sembuh, insya Allah

    Semangat bro

  9. halo kak, selamat datang dan terima kasih sudah berpartisipasi dalam Lomba Artikel Inspiratif #Kartunet 2015. Sungguh sosok yang mengagumkan dan sekiranya dapat jadi teladan untuk teman-teman penyandang disabilitas lainnya. Silakan inspirasi ini disebarkan via social media dan ajak sebanyak mungkin orang untuk beri Like, Retwit, atau +1 ya kak. terima kasih 🙂

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *