Berawal dari Kasih

Cinta. Kata itu adalah salah satu kata yang sangat sulit didefinisikan. Kadang kata tersebut dapat membuat seseorang jadi bahagia, atau bahkan bisa buat sakit hati. Malah kata itu bisa datang pada saat, tempat, dan keadaan yang sangat tidak disangka-sangka.

“Brengsek!, Brengsek!”.
“Gimana mas, Bisa enggak?”.
“Ah, sialan!. Bannya kempes lagi”.
“Terus gimana nih mas, jadi enggak kita shoppingnya?”.
“Kalo begini ya gimana ya say, emangnya kamu mau gw anterin pake tuh kendaraan supersonic?”.
“Ah, kendaraan apa tadi kamu bilang?”.
“Super sonic… yang gw maksud bajaj”.
“Ah kalo gitu, kita lain kali aja dech. Tapi janji ya bakalan nemenin aku shopping ke mall!”.

Kutinggalkan Mersi dua pintu dan cewe yang katanya pacarku itu. Heh, katanya ya. Aku juga enggak tahu mana dari kedua barang itu yang lebih pantas ku cintai, itu juga kalo cewe itu boleh ku sebut barang atau benda. Ya mau gimana lagi, itu cewe emang cewe paling cantik and sexy di sekolah ini. Waktu itu gw ndapetin dia dengan cara yang mudah banget. Pas lagi ketemu di kantin, terus gw tembak aja tuh cewe, eh ternyata dan pasti gw diterima. Soalnya tuh cewe emang udah terkenal suka gonta-ganti cowo dan yang penting tuh cowo tajir and berduit pula. Ya, kaya gw ini. Setelah kira-kira sebulan ini aku menjalin hubungan dengan tuh cewe, enggak tau deh perasaan apa yang ada di hatiku. Entah nafsu atau cinta. Tapi sich, yang gw tahu ini sih sepertinya lebih banyak ke nafsu belakanya doang. Karena saat ketemu atau berduaan sama tuh cewe, kayaknya enggak ada rasa bergetar atau perasaan menghargai. Yang ada Cuma rasa kagum dan pengen menikmati tubuh indah itu. Ya kalau boleh memilih, gw sih lebih memilih tuh mobil, dari pada tuh cewe. Karena sama-sama biayanya mahal, tapi tuh mobil lebih setia menemani gw selagi nih kantong lagi tebel atau lagi kanker. Dasar cewe matre zaman sekarang.

Aku berdiri di bawah terik panas jam pulang sekolah menunggu angkutan kota yang siap mengantarku sampai ke rumah walaupun dengan rasa yang sangat terpaksa. Aku berkata dalam hati : “Pulang sekarang, walaupun panas banget pasti di dalam angkot, langsung istirahat dan suruh supir bawa tuh mobil ke bengkel, langsung tidur buat persiapan nanti malan clubbing. Let’s go to party guys!”.

Angkot yang ku nanti tapi tidak juga sich akhirnya tiba, kemudian aku mengambil tempat duduk di dekat pintu agar mudah dapat angin. Sambil nungguin tuh angkot ngetime, aku terus mainin salah satu buku di tasku yang memang Cuma satu-satunya itu untuk mengipasi tubuhku yang sudah basah dengan keringat. Pada saat angkot itu mau berangkat, ada seorang perempuan yang ku kira siswi sma yang sama dengan ku lari tergopoh-gopoh menuju ke angkot yang sudah hampir berangkat. Perempuan itu duduk tepat di hadapanku dengan wajahnya yang cukup cantik tapi memancarkan cahaya keanggunan dan dengan tanpa ekspresi cemberut atau yang masam sedikitpun. Terus kupandangi wajahnya dengan penuh perhatian tiba-tiba rasa panas dan gerah berubah menjadi kesejukan dan getaran-getaran yang aneh di dalam hatiku. Sepertinya di dalam diri perempuan itu terdapat sesuatu yang istimewa dari pada perempuan cantik lainnya. Wajah perempuan itu selain cantik, sepertinya juga memiliki kesan kecerdasan di otaknya itu. Tidak seperti perempuan-perempuan cantik lainnya, yang biasanya otaknya rada kosong dan manja serta bisanya Cuma shopping dan menghambur-hamburkan uang.

Last Updated on 13 tahun by Dimas Prasetyo Muharam

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

3 komentar

  1. Semangat menulisnya patut diakui jempol. Tapi sebelumnya, posisikan saya sebagai perwakilan dari orang-orang yang membaca cerita ini. So, excuse the critic ya 🙂

    Menurut saya ceritanya simpel, apalagi cara menceritakannya seperti anak SMA yang lagi nulis Diary (No offense). Ceritanya terlalu monoton, dari awal mayoritas pembaca pasti sudah bisa nebak alur dan endingnya. Self impression atau penggambaran diri sendiri terlalu dominan dan cenderung berlebihan. Jika kamu terus menulis dengan cara seperti ini, maka hasilnya akan seperti ftv di SCTV.

    Saran, coba sering-sering baca Novel seperti karangan dari Ika Natassha (contohnya), pembaca cenderung lebih suka cerita yang natural atau apa adanya. Jika penguasaan kamu lebih luas dan cara kamu menceritakan karakternya lebih apa adanya, saya yakin cerita kamu bisa jadi sekelas Critical Eleven dll

    But Overall, people makes progress, semua penulis hebat pernah ada di posisi kamu saat ini, terus berlatih dan saya tunggu cerita kamu selanjutnya 🙂

    1. hai terima kasih sudah membaca. Sangat apresiasi sekali komentarnya. Betul sekali, cerpen atau cerita bersambung ini memang saya buat ketika masih SMA. makanya khas sekali tulisan-tulisan diary anak SMA. hehe. Saat ini setelah beberapa tahun, bahkan kuliah di jurusan sastra, anehnya malah ga pernah lagi menulis cerpen atau fiksi. lebih ke artikel dan esai2. Mungkin karena referensi makin banyak dan sudah tahu karya2 bagus, jadi ingin menulis yang sebebas dan sepolos dulu jadi ada beban mental. Terima kasih ya sudah membaca 🙂

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *