Cinta Tak Mengenal Kasta

NB: Kali ini gue pengen nulis dengan gaya super nyantai aja deh, lagi males pake bahasa formal, hohoho 😀

 

Btw ini tulisan judulnya udah kaya lagu tahun 90an gitu ya? Tapi emang iya sih, inspirasinya emang dari lagu itu. Lagunya Poppy Mercury (buat yang nggak tau lagunya coba cari di Youtube atau 4shared deh).

 

Nah, ceritanya di suatu malam yang gelap (ya iya lah), terjadilah percakapan antara dua orang, sebut saja Galih dan Ratna (tenang tenang, ini bukan Gita Cinta Dari SMA kok). Ini gue denger dalam keadaan 100% sadar, tanpa pengaruh obat sakit kepala, alkohol, apalagi racun tikus :p

Galih: “Kenapa kamu jealous sama si Putri, padahal temen cewek aku bukan Putri doang kan. Lia deket juga kok sama aku.”

Ratna: “Ya iya lah. Aku kenal sama Lia, lagian aku tau kok kalo dia suka sama Justin, dan Justin itu jauh lebih keren dari kamu. Lagian Lia juga lebih cantik dari Putri.”

Galih: “Oh, jadi kesimpulannya aku nggak bakal disukain sama cewek cantik gitu?”

Ratna: “Ya iya dong, biasanya cewek cantik sukanya sama cowok ganteng.”

 

Rada aneh gitu nggak sih? Gue pribadi sih, setelah baca percakapan ini berasa balik ke jaman Kerajaan Tarumanegara (apaan tuh Tarumanegara? Coba buka lagi deh buku sejarahnya). Ceritanya, dulu waktu jaman Kerajaan Hindu-Buddha orang-orang tuh dibagi jadi empat kasta gitu deh. Nah, seinget gue sih, orang-orangnya tuh nggak boleh menjalin hubungan lawan jenis dengan kasta yang berbeda (misalnya putri raja sama anak petani, nggak boleh tuh). Sebenernya bisa aja sih mereka menjalin hubungan, risikonya yaa paling banter disambit galon air mineral (emang udah ada ya?).

 

Nah, kalo diliat lagi nih percakapan tadi, si Ratna kayaknya membagi cowok dan cewek jadi dua kasta; cakep dan nggak cakep. Cowok cakep harus sama cewek cakep, gitu juga sebaliknya. Kalo gitu caranya, kasihan dong cowok-kelewat-cakep macem gue gini (hueeek), gue cocoknya sama siapa dong? :O

 

Gitu deh kira-kira. Intinya sih, jangan pernah mengkotak-kotakkan orang ke divisi cakep dan divisi nggak cakep. Kalo katanya Jamrud sih, “Ini jaman baru, bukan dunia wayang.” Dan balik lagi ke judul tulisan ini, cinta tuh nggak mengenal kasta, broh. Kalo masih punya pemikiran kayak Ratna tadi, silahkan cari mesin waktunya Doraemon, terus balik ke tahun 450 Masehi :p

Last Updated on 10 tahun by Fakhry Muhammad Rosa

Diterbitkan
Dikategorikan dalam OPINI Ditandai

Oleh Fakhry Muhammad Rosa

Fakhry Muhammad Rosa, seorang tunanetra kelahiran Pontianak, 31 Mei 1994. Alumni jurusan Sastra Jerman, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Aktif menjadi pengurus di ITCFB (IT Center For The Blind) sebagai penulis artikel teknologi (silahkan baca di http://www.itcfb.org). Aktif bermusik sebagai drummer di Mitra Netra Band dan bassist di Remikustik.

6 komentar

  1. tenang Ri, ganteng/cantik itu relatif, tapi kalo jelek itu katanya mutlak sih 😀

  2. Ganteng g ganteng itu kan relatif. Lagian, penilaian untuk memilih pasangan kan tidak hanya itu. Seperti keyakinan, keturunan, kecantikan (kegantengan) dan harta.

    1. Setuju,
      ganteng dan cantik itu bisa pudar oleh waktu, ganteng dan cantik bisa pudar oleh perilaku yang kurang baik,
      harta bisa hilang begitu saja, biasanya kalau hanya uber harta

      saat miskin/susah ditinggalin dah >.<
      biasa deh lagu lama

  3. Wah

    setuju banget mengenai cinta tidak mengenal kasta

    kasta disini bisa berupa keturunan baik itu dari kerajaan langsung/rakyat jelata

    aku ada sedikit contoh yang aku kagumi dari mbak putri dan mbah kakung yang keluar dari kasta demi cinta dan menjadi rakyat jelata serta mengabdi kepada kasta,

    contoh lain kasta bisa berupa latar belakang pendidikan berasal dari jenjang apa D3, S1, S2, S3, es teler ehehe, berasal dari Universitas mana, berasal dari ini itu terutama yang terpadang,

    karena seringkali orang memandang

    aku kan dari Universitas bergengsi masa ….,
    aku kan anak pejabat masa….,
    dan lain-lainlah

    waduh kenapa merendahkan?

    males banget sih…

    Padahal kan semua sama saja,
    semua ada kelebihan dan kekurangannya,
    tergantung dari kepribadiannya masing-masing,

    Apakah ada manusia yang sempurna selain Rasulullah SAW?

    Kalau bilang itu adalah “Aku”
    Awas tuh sombong
    hih takut,
    malah bikin kasta sendiri

    Semoga kita bukan begitu,
    amin

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *