Dunia tanpa batas

Sepertinya judul di atas sangat mewakili keadaan sekarang. Dengan bantuan internet, segala hal dapat menjadi mungkin bahkan bagi seorang penyandang disabilitas.

Apasih yang ada di pikiranmu ketika mendengar kata “difabel” atau “penyandang disabilitas” ?

Orang yang memiliki keterbatasan? Orang yang susah kemana-mana? Orang yang dunianya sempit? Orang yang nggak bisa mandiri?

Eitss tunggu dulu

Itu pasti bukan difabel jaman now.

Jaman sekarang udah bukan jamannya lagi difabel enggak bisa mandiri. Dengan bantuan kemajuan teknologi yang salah satunya adalah internet, sekarang segala hal dapat menjadi mungkin. Nggak percaya? Kalau begitu, ijinkanlah saya berbagi cerita tentang orang-orang hebat berikut ini:

Baca:  Disabilitas Ramaikan Trans Jakarta

Namanya Sri Lestari. Ia adalah seorang pekerja sosial di UCP Wheels for Humanity Indonesia. Sri sendiri juga seorang penyandang disabilitas. Sri tinggal di Solodiran, Klaten, Jawa Tengah. Sehari-hari Sri menggunakan kursi roda untuk membantunya berpergian. Kursi roda ini yang sudah menjadi bagian dari hidup Sri selama kurang lebih 20 tahun.

Meskipun memiliki keterbatasan, hal ini tidak membuat Sri menyerah. Ia kemudian belajar untuk mandiri mulai dari berpindah dari tempat tidur ke kursi roda hingga berpergian. Ketika ia mendapatkan motor yang sudah dimodifikasi, ia memiliki kebebasan lebih untuk berpergian. Meskipun begitu, ia masih sering mendapatkan kesulitan karena masih banyak tempat-tempat yang tidak ramah bagi penyandang disabilitas seperti dirinya. Berdasarkan pengalamannya ini, sri kemudian bergabung bersama Google local guide. Google local guide adalah salah satu fitur dari google maps dimana penggunanya bisa berbagi detail informasi ataupun review mengenai suatu tempat. Hal ini digunakan Sri untuk berbagi informasi mengenai tempat-tempat mana saja yang ramah bagi penyandang disabilitas. Sri berharap, dengan beredarnya informasi ini di internet, dapat menjadi referensi bagi penyandang disabilitas lain saat berpergian.

Selain Sri, ada juga Angkie Yudistia. Wanita cantik ini merupakan penyandang disabilitas pendengaran. Namun, jangan salah. Wanita ini merupakan finalis Abang None Jakarta 2008 dan juga merupakan “The Most Fearless Female Cosmopolitan 2014”. Selain itu, Angkie juga telah menyelesaikan S1 dengan cum laude dan S2 nya dengan akselerasi.Menurut Angkie, menjadi penyandang disabilitas tentu bukan hal yang mudah. Berbagai macam stigma dan pandangan negatif kerap ia terima. Meskipun begitu, ia ingin membuktikan bahwa dirinya mampu untuk berkarya dan berprestasi.

Perjuangan Angkie tentu dapat menjadi inspirasi oleh banyak orang sehingga kerap kali ia diundang menjadi pembicara bahkan Angkie pernah bekerja sama dengan L’Oreal untuk menulis buku mengenai wanita-wanita peneliti yang inspiratif. Bagi Angkie, menulis buku tersebut juga merupakan tantangan tersendiri karena ia harus mewawancarai narasumber yang berasal dari berbagai daerah bahkan di luar negeri. Kendati terdapat tantangan perbedaan lokasi yang cukup jauh, Angkie tidak menyerah. Ia menggunakan bantuan Skype untuk melakukan wawancara dengan narasumbernya. Sekarang, Angkie menggunakan berbagai media sosial yaitu instagram, twitter, dan facebook untuk berbagi kisah inspiratifnya.

Baca:  Tunanetra dan literasi digital

Sekarang Angkie merupakan CEO dari Thisable, sebuah organisasi non profit yang bertujuan untuk membantu para penyandang disabilitas yang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Dan tentu saja, dengan kekuatan internet, informasi mengenai program ini dapat dijangkau oleh banyak penyandang disabilitas lainya sehingga banyak yang akhirnya terbantu untuk mendapatkan pekerjaan.

Selanjutnya adalah Nadia. Saat dirinya masih kecil, ia terkena cerebral palsy. Hal ini mengakibatkan terganggunya syaraf motorik sehingga mengakibatkan dirinya kesulitan dalam berbicara. Meskipun begitu, hal ini tidak membuat gadis hebat ini putus asa. Nadia berhasil menamatkan pendidikan di perguruan tinggi dengan mengambil jurusan teknik informatika. Selain itu Nadia juga punya segudang prestasi saat sekolah. Dapat bekerja dan mandiri merupakan salah satu harapan Nadia.

Meskipun memiliki prestasi akademik yang cemerlang, tak lantas membuat nadia mudah diterima bekerja di perusahaan. Peluang bekerja bagi penyandang disabilitas di Indonesia memang sangat kecil. Meskipun begitu, hal ini tidak membuat Nadia patah semangat untuk mandiri. Berbekal aplikasi dan internet, saat ini nadia memiliki usaha sebagai agen salah satu penyedia layanan kurir. Dalam berkomunikasi dan menerima pesanan pengiriman dari kliennya, ia menggunakan aplikasi whatsapp. Dengan bantuan internet dan aplikasi, nadia dapat menjalankan usahanya dengan baik. Selain berbisnis, Nadia juga sering berbagi cerita melalui blog pribadinya. Ia berharap melalui tulisan-tulisannya ia dapat menginspirasi banyak orang terutama penyandang disabilitas untuk mandiri. Sekali lagi, betapa kemajuan teknologi terutama internet dan aplikasi dapat membantu penyandang disabilitas untuk hidup mandiri dan bahkan dapat melahirkan suatu karya yang berguna bagi banyak orang.

Oh, dan untuk saya sendiri? Jangan ditanya bagaimana hidup saya lebih mudah karena internet. Sebagai penyandang disabilitas fisik, sekarang saya bisa bebas berpergian dengan bantuan aplikasi penyedia jasa transportasi online. Selain itu saya juga bisa menambah skill saya dengan mengikuti seminar online dan kursus-kursus online yang bertebaran di Internet. Internet juga mempermudah pekerjaan saya. Untuk mengirim laporan kepada klien yang jauh, saya bisa mengirimkanya melalui email. Internet membantu mereka dan saya mendobrak keterbatasan kami sehingga kami bisa mandiri dan berkarya!

Tulisan ini merupakan nominasi pada lomba esai opini Manfaat Internet untuk Kemandiriaan Difabel #12KartunetBerkarya. Silakan vote tulisan ini untuk mendukungnya sebagai nominasi terbaik.

Bagikan artikel ini
Maria Ivena Amada Sari
Maria Ivena Amada Sari

saya adalah orang yang senang belajar dan berbagi pengalaman

Articles: 1

Leave a Reply