Engkaulah Guardian Angelku

Di suatu pagi yang indah, hiduplah seorang manusia yang bernama Bunga. Ia bertubuh semampai seperti biola, yah tentunya ia adalah seorang wanita yang berambut tebal seperti sapu ijuk.

Bunga adalah seorang gadis remaja yang bisa menari tarian tradisional dan modern, menyanyi semua lagu dan bermain semua alat musik.

Selain itu, dia juga berprestasi di kelasnya. Berbagai perlombaan telah ia juarai, banyak guru yang memujinya dan banyak teman yang menyukainya.

Dia juga punya sahabat setia, salah satunya Bayu anak tertampan disekolah itu.

Hingga membuat Widia cewek yang jadi pesaing Bunga ini jadi cemburu, dan berbagai cara ia lakukan untuk mengalahkan Bunga.

Bayu dan Bunga sudah bersahabat dari kecil karena rumahnya yang bersebelahan dan ke dua orang tua mereka sering saling berkunjung dan saling menyahabati sesama bahkan terkadang saling memberikan makanan atau minuman sesaat setelah mereka selesai masak di dapur mereka masing-masing.

Bayu selalu ikut orang tuanya saat ke rumah Bunga, begitu juga sebaliknya dan setiba di rumah masing-masing saat mereka saling berkunjung, Bayu maupun Bunga selalu mengikuti satu sama lain, kecuali saat ke kamar mandi. Saat Bayu makan di meja, Bunga menemani. Mereka hanya sahabat.

Bunga sering main ke rumah Bayu sepulang sekolah, bahkan belum sempat mengganti seragamnya, kemeja berwarna putih dan rok berwarna merah. Bahkan, Bunga sering berteriak “Bayu, main yuuk!”, “Main apa?” dan mereka pun berunding.

Bunga dan Bayu sering bermain di danau yang jauh dari rumahnya, di dekat danau tersebut ada rumah mungil. Mereka sering bermain di sana. Rumah mungilnya terbuat dari kayu, berwarna biru muda seperti langit.

Di rumah mungil itu tempat rahasia bagi mereka, bahkan mereka menulis khayalan dan cita-cita mereka ketika dewasa nanti dalam sebuah diary.

Disebelahnya, duduklah pria yang bernama Bayu, ia bukanlah manusia, namun ia berparas tampan dan berpenampilan oke bangetlah pokoknya seperti brad pit eh siapa artis pavoritmu?
Bajunya merah dengan motif garis-garis, dengan berbalut celana jeans.

Rambutnya lurus seperti snack lidi-lidian, hidungnya mancung seperti buah jambu monyet, wajahnya bersih dari janggut dan kumis.
Mereka berdua adalah pelajar di suatu sekolahan yang bernama Larut.

Aku berjalan ke arah mereka. Setiba dihadapan mereka “Hai….”
Namun aku terdiam melihat mereka sedang asyik bercanda dan saling memanggil dengan akrabnya, akupun menunggu dengan duduk di tengah-tengah mereka.

Bayu “Eh ada kamu toh”,”Iya, maap ya dicuekin” Bunga, Aku “Iya, santai aja”
Sesuatu mengalihkan pandanganku. Sebuah sapaan memanggilku “Selamat pagi….” yang membuatku menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang mencari-cari suara itu berasal dari mana ya?
Sesuatu menepok bahuku, tangan. Tangan ini memiliki badan tentunya, sempurna, alamak pak guru! Sontak kamipun berteriak “Selamat pagi Pak guru” sambil menyalami tangannya.
“Pak guru mau kemana?” Bagus, “ke kelas, kita belajar yuk anak-anak yang cantik, tampan dan pintar-pintar”, “Yuuuk”.
Berasa ada yang janggal! Apaan tuh yang ngegelinding? Bola!

Sampai akhirnya Bunga pergi berlibur bersama orang tuanya ke puncak, tapi nasib naas menimpa Bunga dan keluarganya dijalan.
Mobil yang mereka naiki tergelincir dan masuk jurang.
Orang tua Bunga meninggal seketika itu, Angga adik Bunga pun terluka.

Sedangkan Bunga mengalami luka parah, dan mereka berdua pun dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Semenjak Bunga ditinggal orang tuanya, ia diasuh oleh orang lain yakni tetangga di dekat rumahnya. Mereka adalah sosok yang sering melihat Bunga dan sudah mengerti wataknya Bunga, dan mereka sangatlah menyayangi Bunga. Apalagi, mereka tidak di karunia anak oleh Tuhan.

Mereka berkata “Bunga, jadilah anak kami, anggaplah kami seperti orang tuamu, panggillah dan gantilah posisi mereka dengan kami.” “Baik om, baik tante, mulai sekarang kalian akan Bunga jadikan orang tua, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.”. Semenjak itu, Bunga memiliki orang tua, betapa bahagianya.

Bunga bernyanyi dengan menggunakan kecapi, alat musik favoritnya. “Bunga terakhir, ku persembahkan kepadamu yang terindah, sebagai satu tanda cinta untuknya….” sambil membayangkan kedua orang tuanya yang telah meninggalkannya dengan menumpahkan air mata pelan namun pasti semakin lama semakin deras dan ia terhenti, lalu Bayu datang menghampiri. “Bunga, jangan sedih lagi dong, orang tuamu pasti ikut bersedih melihatmu dari atas sana, coba lihat di langit itu, bayangin perasaan mereka gimana”.

“Begitu ya Bayu, ya sudah, mulai sekarang, aku akan berbahagia.” Ujar Bunga sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan.

Akan tetapi, ternyata ujian Tuhan untuk Bunga belum juga berakhir, ia mengalami kelumpuhan.

Bunga begitu putus asa, impian dia seakan hancur semua.
Beruntunglah dia mempunyai sahabat-sahabat yang selalu setia menghibur dan mensupport dia untuk tabah dalam hadapi cobaan hidupnya.

Situasi tersebut dimanfaatkan Widia untuk menghina dan mengganggu Bunga yang duduk dikursi roda tak berdaya. Widia “Cih, dasar perempuan rendahan! Sampah! Tidak berguna! Bisa apa sih kamu? Buat berjalan saja tidak bisa, ahahahah!” namun Bunga hanya terdiam dan tersenyum dengan lembut dan kalem mendengar hinaan itu.

Tiba-tiba bu guru menyahut “Widia sayang, kamu tidak boleh berkata seperti itu, biar bagaimanapun ia masih saudara kita, kalau kamu ada di posisi dia gimana rasanya?”.

“Aku juga tidak percaya” sahut Andi sambil menggelengkan kepala dan melihat ke arah Bunga.

Bahkan semua kemenangan Bunga dulu, berhasil direbut Widia.
Tanpa sepengetahuan Bunga dan yang lainnya, Bayu tiba-tiba mengalami sakit kepala yang hebat hingga akhirnya Bayu jatuh pingsan.

Oleh keluarganya dibawa ke rumah sakit, dan divonis terkena kanker otak.

Tapi apa yang dialami Bayu ini, tidak diketahui oleh Bunga dan yang lainnya.

Berbagai cara telah ditempuh untuk penyembuhan, tapi tetap tidak ada harapan.

Bayu yang dulu selalu menjaga dan menghibur Bunga, kini kondisinya makin menurun.

Walau begitu, Bayu tetap berusaha ceria dan selalu ada untuk menemani Bunga.

Namun kondisi Bayu makin lemah, hingga akhirnya orang tua Bayu mengajak Bunga dan yang lain untuk menengok Bayu.

Disitulah orang tua Bayu menceritakan apa yang sedang dialami oleh Bayu selama ini.

Betapa sedih hati Bunga, dia merasa Tuhan tak adil padanya.
Karna Tuhan telah mengambil banyak hal darinya yang semakin membatasi dirinya, air matapun menitip di mata dan turun di pipinya, tik tik tik seperti air hujan yang jatuh membasahi bumi.

Setibanya di rumah sakit, barulah orang tua Bayu menceritakan tentang kondisi Bayu yang divonis tinggal beberapa hari lagi bisa bertahan hidup.

Sedih hati Bunga melihat kondisi Bayu yang dalam kondisi lemah dan pucat.

Dia menangis, kenapa Tuhan mengambil kebahagiaan dan orang-orang
yang dia kasihi.

Dia berharap Tuhan mengambil nyawanya, jangan nyawa Bayu yang diambil.

Namun takdir Bayu tidak bisa dirubah, disaat menjelang ajalnya Bayu sempat minta maaf kepada Bunga dan yang lainnya.

Bayu juga berpesan agar Bunga tak mudah putus asa, dan tetap menjadi Bunga seperti yang dulu.

Tidak lama setelah itu, Bayu mulai tidak sadarkan diri. Saat Bayu koma di Rumah Sakit, Bunga sempat bermimpi. Dalam mimpi itu Bayu menunggangi seekor kuda Pegasus berwarna putih sejernih awan, lalu Bayu menghampiri Bunga dan mengajaknya untuk ikut terbang bersama Pegasus putih itu mengelilingi taman bunga yang indah di awan nan putih bersih.

Bunga mendengar suara ringkikan kuda hiiik dan kepakan sayap Pegasus plak, plak yang diiringi dengan nyanyian burung cuit cuit dan suara kucing Meooong.

Akhirnya Bayu menghembuskan nafasnya yang terakhir, Bunga dan yang lainnya pun menangis.

Saat dipemakaman pun, Bunga masih tidak ingin beranjak dari sana.
Suasana sedih masih menyelimuti keluarga Bayu dan teman-teman Bayu, termasuk Bunga.

Tidak terasa tiga hari sudah kepergian Bayu, Bunga pun kembali ke sekolah bersama teman-temannya.

Saat mereka sedang ngobrol, Widia pun datang mengganggu Bunga dan teman-temannya tersebut.

Tapi untunglah, ada guru yang melihat kejadian itu dan menghukum Widia.

Kejadian tersebut membuat Bunga menjadi enggan kesekolah lagi, Bunga sudah capek dihina dan diremehkan oleh Widia.

Dia juga tidak ingin merepotkan orang lain lagi, maka diambilah jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.

Dia ambil pisau yang ada di atas meja di tengah piring yang berisi buah-buahan.

Dan tak lama kemudian Bunga terletak pingsan di kursi roda dengan tangan terluka dan darah menetes dilantai.

Melihat hal itu, bibi teriak panik memanggil pak sopir “Pak supir! Bunga jatuh! Tolong! Tolong! Ya ampun non, non Bunga! Bangun!” sambil mengguncangkan badannya dan Pak supirpun membawa Bunga kerumah sakit.

Saat pingsan dan dalam perawatan dokter itulah Bunga serasa bertemu dengan orang tuanya dan Bayu.

Lalu mereka pun bercakap-cakap, sedangkan dirumah sakit semua teman-teman Bunga terus menangis memanggil nama Bunga. “Bungaaaa…bungaaa huuuu huuu hu!”.

Sedangkan dialam lain, Bunga merasa bahagia bisa bertemu dengan orang tuanya dan Bayu.

Akan tetapi ada sesuatu yang mendorong Bunga untuk kembali ketubuhnya.

Saat itulah Bunga tersadar dan semua orang yang disana pun tersenyum senang.

Sejak kejadian itu, ada yang aneh dalam diri Bunga.
Dia seperti melihat demensi lain, dia pun bisa melihat hal-hal aneh disekitarnya.

Dia tak tau apa yang terjadi, bahkan dia bisa melihat orang-orang yang telah tiada termasuk Bayu.

Hingga akhirnya dia menceritakan hal tersebut kepada Ina sahabatnya, dan diajaklah Bunga ke tempat tante Ina yang bernama tante Mila yang mempunyai keistimewaan bisa melihat dimensi lain.

Sejak itu Bunga tidak lagi terkejut melihat hal-hal aneh disekitarnya, bahkan bisa ngobrol dengan orang tuanya dan Bayu.

Walau beda dunia, tapi support untuk Bunga membuat Bunga kembali ceria dan selalu optimis.

Bunga kembali ke sekolah penuh semangat, kini dia tak perduli lagi jika Widia datang mengganggunya.

Bahkan strategi Widia untuk mencelakai Bunga pun selalu gagal, karna ada Bayu yang selalu menjaga Bunga dan berhasil membuat Bunga kembali meraih ranking satu di kelasnya.

Bunga pun kembali bermusik, bernyanyi dan menari walau dengan kursi roda.

Hal itu membuat Bunga kembali meraih berbagai penghargaan kembali, bahagianya orang tua Bunga melihat anaknya kembali meraih berbagai penghargaan.

Bahkan Bunga mau menjalani terapi untuk kesembuhan kakinya itu, dan hasilnya pun mulai ada kemajuan.

Selain itu, Bunga juga aktif di komunitas para Disabilitas, sehingga Bunga tak lagi merasa sedih.

Aktivitas Bunga di komunitas disabilitas ialah menulis, membaca, mengemong anak, mendongeng, memberikan ceramah dan motivasi ke disabilitas lainnya.

Karna di luar sana banyak yang mengalami seperti Bunga, bahkan tidak seberuntung Bunga.

Saat ujian akhir pun tiba, Bunga dan sahabat-sahabatnya pun mulai sibuk mengerjakan soal tes ujian selama tiga hari.
Setelah selesai menjalani ujian, sembari menunggu hasil tes.

Bunga dan teman-teman yang lain pergi ke tempat wisata.
Lagi-lagi Widia berusaha mencelakai Bunga dengan cara medorong kursi roda Bunga agar terjatuh dikolam.

Namun justru Widia yang tercebur ke kolam, Bunga pun selamat dari kejailan Widia.

Pada saat perayaan ultah Bunga yang dirayakan begitu mewah, Bunga mengundang semua teman-teman sekelas, saudara dan bahkan teman-teman komunitasnya itu juga diundang, bahkan orang tua Bayu pun datang.

Mereka sangat menyayangi Bunga, dan mereka bersepakat menjadikan Bunga dan adiknya sebagai anak mereka.

Tentu hal ini membuat Bunga senang dan terharu, begitu juga dengan Bayu serta orang tua Bunga.

Karna Bunga telah mendapatkan keluarga baru yang sesungguh.
Melihat kebahagiaan Bunga, Widia pun makin kesal.

Kali ini Widia berusaha mendorong Bunga agar jatuh dari panggung.
Namun sebelum niatnya terlakna, pada saat menuruni anak tangga.
Gaun yang ia kenakan tersangkut oleh sepatunya, dan akhirnya Widia terjatuh ke lantai, kepalanya terbentur anak tangga.

Akhirnya Widia dibawa kerumah sakit, setelah mejalani pemeriksaan.

Widia pun telah siuman, tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat disekitarnya gelap gulita.

Widia pun teriak histeris, lalu dokter memeriksa keadaan Widia.
Setelah memeriksa, dokter mengatakan bahwa Widia mengalami kebutaan.

Bunga pun mendengar kabar itu dan menjenguknya, tetapi Widia salah paham dengan niat tulus Bunga dan mengira Bunga akan menertawakan dirinya yang buta.

Tak lama kemudian, pengumuman hasil ujian pun tiba dan semua murid dinyatakan lulus.

Semua murid besuka ria, disitulah Widia dibantu teman-temannya menghampiri Bunga untuk meminta maaf dan mereka pun berbaikan.

Nada kurang suka sama Bunga, ia mengadukan curahan hati Bunga ke orang tuanya, terbesit dalam pikirannya anak ini harus di hukum dan di rubah sesuai keinginannya dan memaksakan dirinya untuk menjadi sama seperti orang normal.

Namun, Bayu membantunya dengan mengirimkan energi, doa dan teman-temannya untuk mengeluarkannya dari kesedihannya dengan memberikannya secercah harapan untuk mengangkat dirinya yang direndahkan itu.

“Heh dia lewat tuh teriakin tuh, speak-speak tanya apa kek” ujar Gagas saat Bunga melewatinya.

“Gang senggol dimana ya Bunga?” tapi Bunga hanya berlalu dalam diam karena perasaannya mengatakan untuk diam saja.

Bunga berjalan ke etalase bunga, dan berkata “Mbak, ada bunga mawar?””Tidak, eh ada tidak mbak?” tanya SPG ke SPG lain “Ada” sambil menunjuk dengan jempol kanan ke arah bunga. “Psst mbak kenapa di tunjukin? Aku tidak mau toko kita dibeli sama dia”,”Tidak boleh begitu, rezeki tidak boleh ditolak”, tapi Bunga hanya bisa menahan dirinya, terdiam saat SPG disana bisik-bisik dan Bunga merasakan ia dibicarakan, yah mungkin hanya perasaan saja ujar Bunga di kepalanya sambil mencoba menghibur diri. Dan ia melihat Bayu sebentar ditengah-tengah mbak SPG. Kaget! Dan buru-buru Bunga menghubungi temannya untuk ditutup kembali, namun setelah ditutup, ia pun kembali melihat Bayu di rumahnya. Pelan-pelan Bunga menerima ini.

Disaat Bunga mulai menerima bisa melihat Bayu, pengasuhnya merasakan tingkah lakunya yang aneh seperti bicara sendiri, lebih banyak diam dan menyendiri. Ini membuat mereka malu, soalnya berbeda dari orang lain dan mereka merasa malu saat dikatai “Ih punya anak gila, udah gila pakai kursi roda lagi”. Rasa malu ini membuat mereka mengurung Bunga di kamar setelah pulang sekolah dan memutuskan untuk menikahinya dengan seorang pemuda buruk rupa yang kaya raya dan memutuskan supaya Bunga hanyalah menjadi ibu rumah tangga saja dan berhenti sekolah. Bunga mendengar pernyataan ini hanya bisa menangis sendirian di kamar, tidak ada teman buat menyurahkan isi hatinya. Ia merasa kesepian.

Berjalanlah Bunga ke Jembatan penyeberangan, ia bercerita sama orang yang berlalu lalang disana. “Eh aku kesepian, aku bisa melihat dan mendengar suara” tapi hampir semua menyuekinya, menganggapnya tidak pernah ada disitu. Namun, ada satu orang menghampiri “Mbak, terkena Schizophrenia itu”,”Apa itu?”.
“Mohon maaf mbak, saya tergesa-gesa” sahut pria itu sambil berlari menghampiri soerang wanita yang terlihat marah menatap mereka saat bicara, “Iya tida apa-apa”, perasaan Bunga kurang enak, wanita itu cemburu. Sambil dalam pikirannya berdoa “Ya Tuhan, tolonglah mereka, kasihilah mereka, damaikanlah mereka. Amin”.

Bayu mencoleknya “Psst Bunga cantik, sini dong, ngobrol yuk!” tapi dicuekin sama Bunga karena masih bingung mikirin apa itu ya yang tadi?

Bunga berjalan dengan gontai hingga ke rumah dan menerima takdirnya bahwa malam ini ia akan dinikahkan.

Bayu “Bunga, janganlah bersedih, siapa tau dia bisa membahagiakanmu dan mengeluarkanmu dari masalah”, dan air mata yang menitik pun berhenti yang disambut dengan senyuman.

Kakaknya Bunga masuk “Rasain loh, nanti kamu akan diberlakukan sama seperti yang telah kamu lakuin ke keluargamu sendiri, kena karma deh tuh!”. Namun, ternyata selama perjalanan hidupnya hingga kini sudah mempunyai cucu dua orang dari anaknya yang hanya semata wayang tidak terjadi apapun yang buruk.

Bunga memainkan sebuah alat musik dengan empat nada yang dibagi menjadi empat dan sisa satu dibawah, alat ini memiliki senar banyak, beralaskan empat kaki mungil yang kuat, terbuat dari kayu jati. Alat ini bersuara nyaring mengiringi suaranya yang sedih….

Alat musik ini kalau di Jepang dimainkan oleh Geisha, di negeri kita tercinta sering buat pengiring tarian tradisional yang Bunga tarikan saat les di TK buat mengikuti lomba yang adain di Taman Mini Indonesia Indah.

Alat apa sih? coba tebak apa? hehe…Oh iya, dasar kecapi berwarna-warni, ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, orange, pink, biru dalam bentuk titik, garis yang indah..aaah…

Bunga bernyanyi : “Engkau lilin lilin kecil….dst” > lagi Chrisye, apalagi yang melow? Suaranya sengau, air mata mengalir di pipinya terjun bebas dari mata saat Bunga sedih sambil bernyanyi. Terkadang Bunga harus berhenti di tengah lagu, dan menangis dengan kencang hu hu hu hu….

Bunga tidak pernah bisa lepas dari Bayu hingga kini, mereka saling membutuhkan. Rasa yang Bunga rasakan berupa cinta, secara perlahan-lahan berubah rasa sayang itu menjadi suatu hal yang biasa saja, perasaan seperti saat mereka bersahabat dulu dari kecil.

Mereka telah terpisah oleh alam yang berbeda, sehingga Bayu hanya bisa jadi sahabat dan malaikat pelindung yang selalu melindungi Bunga sampai akhirnya Bayu sudah saatnya berenkarnasi kembali.
Dalam kebersamaan itu, ada kalanya mereka juga saling bercanda dan saling menggoda.

Mereka berlarian di bawah rintiknya hujan, dan mereka pun sama-sama terkena demam karna hujan itu.

Diarynya tebal, berwarna kuning cerah dengan gambar hati di depannya.

Saat Bunga membuka Diary, ia membayangkan Bayu di masa itu, sesuatu yang ada di tulisan. Ia membaca sambil membuka Diary secara perlahan, kertas tua yang dulu pernah mengisi hari mereka. Bayu kecil kini ada di pelupuk matanya sedang bermain game online yang diciptakan oleh ayahnya yang seorang psikolog klinis.

Ayahnya memperhatikan anak-anak di zaman sekarang yang cenderung psyco, melakukan kekerasan baik secara verbal, tulisan ataupun perilaku. Maka ayahnya yang merasa bertanggung jawab untuk menerapi banyak orang tanpa adanya ketergantungan atau kecanduan.
Lembaran ke sepuluh di diary itupun terbuka, Bunga terhentak pada tulisan Bayu. Ia menulis “Aku menghargai perasaannya yang suka sama diriku, namun aku takut ini merusak persahabatan kami, dan saat ini aku sedang menyukai seorang gadis yang bernama Lili, ia adalah seorang gadis yang baik dan cantik jelita serta memiliki latar belakang keluarga yang mengagumkan!”.

“Oh jadi begini, pantas Bayu sempat menghindari dan malas berbicara sama aku, aku mengerti, dan mungkin ia hendak menjaga perasaan itu.” Gumam Bunga sambil membuka lembaran ke 20.
Disitu, Bunga mendapatkan tulisan yang membuatnya tersenyum.
Kisah perjalanan dirinya yang membuat aku yang sedang duduk disampingnya menemani mendengarkan gumaman, dan ekspresinya yang lugu.

Ia memulai menulis saat ada perlombaan di sekolahnya, dan ia langsung mendapatkan juara pertama! Dan seseorang menulis surat cinta untuknya “Bunga, aku suka kamu, maukah kamu menjadi kekasihmu? Aku mengagumimu, kamu cantik, dan berprestasi”.
Dalam bayangannya seorang pria mengenakan baju kemeja putih dan celana panjang berwarna biru tua berdiri di sampingnya dengan wajah yang merah merona seperti tomat.

“Terima kasih atas surat dan kedatangannya, hanya saja kamu belum mengenal aku ini seperti apa, bagaimana bisa langsung memintamu menjadi kekasihmu? Aku takut kamu hanya akan sedih, marah dan kecewa melihat keadaan aku yang sesungguhnya. Dan, mohon maafkan aku, siapa namamu? Kamu dari kelas mana?” Ujar Bunga dalam tulisan di Diary itu.

“Kenalkan, namaku Jali. Aku sering melihatmu karena kelas kita bersebelahan. Aku selalu mencari tahu informasi mengenai dirimu dari awal saat kita tidak sengaja tertabrak di lorong saat terburu-buru karena terlambat upacara, apakah kamu masih ingat kejadian itu?”

“Oh iya, saat kita pertama masuk sekolah ya?” sahut Bunga yang dibalas kembali oleh Jali “Iya, lalu, maukah kamu menjadi pacarku?”. Bunga diam sejenak selama beberapa menit dan kemudian menjawab “Terima kasih, namun aku memohon maaf karena menolak yang namanya pacaran, soalnya aku diamanahi oleh orang tuaku begitu,. Jadi ya aku harus taat. Tidak apa kan ya?”. “Oh gitu, kamu semakin cantik deh, baiklah aku menghargai keinginanmu, dan aku akan tetap mengejarmu, mungkin kelak nanti kita bisa menikah”.

“Terimakasih, namun aku ini biasa saja, bukanlah seorang wanita yang cantik dan cobalah untuk membuka dirimu. Aku sendiri kurang bisa menjanjikan untuk bisa menikah bersamamu. Besar kemungkinan, ada wanita yang lebih baik dari aku yang patut kamu pertimbangkan menjadi pasanganmu. Semoga perkataan ini tidak menyinggung perasaanmu ya” ujar Bunga. Sang lelaki yang perlahan mengangguk, berjalan menjauh dan tersenyum karena kagum. Dalam pikirannya hebat ini perempuan! Semoga ia berbahagia dengan kehidupannya.

Akupun membantu Bunga membukakan halaman 40 di diary, oh iya, dulu ia pernah menulis mengenai sesuatu. Bunga karena sebuah kebencian, mencela, memukul dan menyuruh orang diam dan saat ia diperlakukan begitu, rasanya ternyata sakitnya bukan main. Namun, karena sudah merasakan sakitnya, maka Bunga memilih untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan menyakiti orang lain.

Created by AnNa OktaVia dan saya

Last Updated on 9 tahun by Sapto Kridayanto

Oleh Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono

Nama lengkap saya adalah Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono, biasa dipanggil Tyas. Sejak 2012-sekarang saya mengalami halusinasi suara, jangan takut sama saya, 2013-2016 mengalami penurunan penglihatan (low vision) dan hingga kini terganggu penglihatan. Saya ini orangnya kritis :)

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *