Ferdi Story (4-15)

Bulan-bulan berlalu, tibalah ulangan akhir semester ganjil. Siswa/siswi belajar keras Untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Tetapi Ferdi, masih asyik
Mencari keberadaan Indri. Waktu istirahat malah dia gunakan untuk mencarinya bukan untuk belajar. Dia telusuri seluruh lantai dua, kerena semua kelas 1
Berada di lantai dua. Pada saat itu memang ruang ulangan untuk kelas  1 berada di lantai dua menempati ruang kelas2.
Sekian menit Ferdi mencari, akhirnya ketemulah indri di salah satu sudut dari lantai itu. Dia sedang membaca buku pelajaran. “wah, benar-benar dia ingin
Serius belajar rupanya.” Batin Ferdi. Tapi Ferdi tidak perduli, dia pun menghampiri Indri. Indri melihat kehadiran Ferdi.
“Hai, mau kemana kamu Fer?” Tanya Indri sambil membulak-balik buku catatannya.
“Tidak. Aku Cuma mau jalan-jalan saja sekalian mau mengantarkan buku ini ketemanku. Temenin aku yuk! Aku agak malu kalau nanti aku ketemu kakak kelas di sana.” Alasan Ferdi yang sepertinya bisa diterima Indri.
Memang, Ferdi membawa sebua buku catatan geografi milik Kananto yang sengaja dia pinjam untuk bahan belajarnya.
“Temenin? Gimana yah…?” Katanya dengan bimbang.
“Ayolah In! Sekali ini… Aja.” Balasnya dengan nada memohon.
“Yaudah deh, aku temenin.” Jawabnya lembut.
“Nah gitu dong! Kamu emang the best Friend aku.” Katanya memuji.
“Ah… Kamu bisa aja.” Kata Indri dengan tersenyum.
Mereka langsung menuju ruang dimana Kananto berada.
Sebetulnya, tujuan utama Ferdi adalah mencari Indri. Maka dari itu, dia ingin berlama-lama dengan Indri. Sebenarnya nggak masalah untuk Ferdi dalam mengembalikan buku itu sendirian, tetapi Ferdi hanya ingin lebih dekat dengan Indri saja.
Saking asyik berjalan, Ferdi pun agak lupa di mana ruangan si Kananto itu berada. Menurut perhitungan Ferdi, kananto berada di IPA3, tapi, setelah di cari, ternyata Kananto berada di IPA4.
Mereka pun menuju kesana. IPA3 dan IPA4 letaknya tidak berjauhan, mereka berada bersebelahan. Sesampainya di ruangan Kananto, Ferdi menyerahkan buku itu ke kananto.
“sekarang kamu mau kemana?” Tanyanya sambil kembali membuka buku catatannya.
“Aku mau ke perpustakaan, mau belajar di sana.” Jawab Ferdi penuh alasan.
“hmmm… OK deh. Sekalian aku juga mau kekantin.” Jawab Indri seolah-olah dia tahu apa yang Ferdi mau.
Sambil berjalan, Indri tetap serius membaca buku pelajarannya sedangkan Ferdi sibuk memandangi wajah Indri yang semakin cantik. Sehingga mereka hamper Lupa bahwa mereka harus berbelok di salah satu sudut sekolah.
 
###Keterangan###
 
Ruang perpustakaan berada di lantai dasar. Jadi mereka harus menuruni salah satu dari dua tangga yang tersedia di sekolah itu. Tangga yang satu berada di samping koprasi, dan satunya lagi berada di sebelah kantor tata usaha. Mereka akan menuruni tangga yang berada di sebelah kantor tata usaha karena perpustakaan lebih dekat dari tangga itu.
 
###keterangan usai ###
 
Tetapi, ditengah perjalanan, masalah terjadi. Beberapa teman Indri memergoki Ferdi dan Indri berjalan bersama. Mereka pun kembali membuat lelucohn. Banyak pembicaraan yang muncul dari para siswa seperti:
“Cieeeh…, PJJ dong! Ehem! Udah jadian yah?”, “Oh-yah Fer, kalau loe dah kawin sama cewek di samping loe, undang-undang gue OK!”, ada lagi yang berkata,
“Wah…, ada rencana mau bikin anak berapa nech? Gue siap deh nonton pertandingan loe! Kayaknya sih akan gol 5-0 wat loe Fer!” Itulah Kata beberapa siswa yang sedang duduk-duduk di pinggir koridor.
Mereka tak menanggapinya. Malahan, Ferdi memutuskan untuk mempercepat langkahnya. Akhirnya, Ferdi menarik tangan Indri agar dia mau berjalan cepat. Indri pun menurutinya. Kembali riuh sorak-sorai dan tepuk tangan nggak jelas dari para siswa mulai terdengar. “Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu.” Kembali
Para siswa bernyanyi.
Setelah jauh dari siswa tersebut, barulah Ferdi menormalkan Langkahnya dan melepaskan tangan Indri.
“Maafin yah In, aku tidak bermaksud bikin kamu jadi malu begini. Seandainya kamu nggak menemaniku, mungkin tidak akan seperti ini.” Kata Ferdi sambil menatap wajah Indri.
“Sudahlah, nggak usah difikirkan. Itu emang udah biasa kok.” Jawab Indri tenang.
Mereka pun sampai di depan pintu perpustakaan.
“Makasih yah In! Kamu udah mau ngasih waktumu untuk nemenin aku.” Kata Ferdi sambil memandang wajah Indri.
“Iya sama-sama. Yasudah yah Fer, aku mau kekantin dulu. Laper nih!” Kata Indri dengan tersenyum.
“Oh iya silahkan, hati-hati yah!”
“OK deh.”
Indri langsung pergi meninggalkan Ferdi.
“Alhamdulillah ya Rob, Akhirnya kau mengabulkan do’ahku untuk bertemu dengannya. Seandainya dia tahu perasaanku, mungkin dia tidak akan seperti ini.” Batin
Ferdi.
Ferdi pun membaca buku pelajarannya disana, ya walau pun fikirannya melayang ke Indri, tetapi semaximal mungkin fikairannya difokuskan untuk  memusatkan
Ke pelajaran.
 
***
 
Tibalah pekan Remedial. Yang dimana seluruh siswa dapat memperbaiki nilai hasil ulangan yang mereka peroleh agar tercapai SKBM.
 
###Keterangan###
 
SKBM adalah setandar  Kopetensi belajar mengajar yang dimana setiap mata pelajaran memiliki tingkat-tingkat nilai yang harus dicapai. Jika tidak tercapai,
Maka siswa dianggap tidak tuntas. Contoh: Pada pelajaran matematika memiliki angka SKBM 62, jika ada siswa yang mendapat nilai di bawah 62, maka siswa
Itu dianggap tidak tuntas dalam materi pelajaran itu sehingga harus mengulang atau bahasa kerennya remedial.
 
###Keterangan selesai###
 
Di depan kantor guru, Ferdi kembali bertemu Indri. “Hai Indri! Gimana, apa saja yang di remedial?” Sapanya.
“sosiologi, BHS Ingris, Fisika, Matematika, dan banyak lagi. Udah yah, aku mau remedial BHS Ingris dulu di ruang Audio Visual.” Kata Indri buru-buru.
“Oh yah silahkan!” Jawabnya singkat.
Indri langsung berlari meninggalkan Ferdi.
“waduh… Payah amet kamu Indri, masa sosiologi pelajaran kayak gitu doang sampai remedial.” Batin Ferdi.
 
Tak beberapa lama kemudian, Guru sosiologi yang bernama Ibu Siska datang menghampiri Ferdi. “Ferdi, Ibu punya tugas untukmu. Ini ada beberapa soal remedial
Untukmu. Tolong dikerjakan dan kumpulkan  selambat-lambatnya besok. Karena waktunya udah sempit, dan banyak materi yang harus diremedial untukmu, jadi
Ibu memberikan semua tugas ini ke kamu.” Sapanya sambil memegang beberapa lembaran kertas soal dan semua itu langsung diberikan ke Ferdi.
“ba… baik bu.” Jawab Ferdi sambil menerima lembaran-demi lembaran tugas darinya.
“waduh beberapa soal gimana? Soal banyak begini dibilang beberapa soal. Gimana sih?” Gerutu Ferdi sambil melihat soal-soal yang tertulis diatas lembaran
Itu.
Setelah memberikan lembar soal ke Ferdi, beliau langsung meninggalkan Ferdi.
 
Dengan perasaan gundah akhirnya dia kerjakan juga soal-soal tersebut.
Karena di sekolah soal-soal itu tidak kunjung selesai juga, Ferdi melanjutkannya dirumah. Sampai larut malam dia mengerjakan soal-soal itu, tapi belum
Juga selesai. Akhirnya pada pukul 1.30 Malam, pekerjaan itu disetop dan ingin dilanjutkan besoknya.
Seharusnya, besok giliran siswa/siswi kelas satu yang libur dan bergantian dengan kelas dua. Tetapi, besok Ferdi harus masuk juga, karena dia harus mengumpulkan
Tugas yang diberikan oleh guru sosiologi.
“waduh sial, besok gue harus masuk lagi. Malahan soal-soal itu belum selesai juga. Gimana ini?” Batin Ferdi.
 
***
 
Besoknya, Ferdi berangkat kesekolah juga. Dihalaman sekolah, ternyata banyak siswa kelas 1 yang masuk, termasuk teman dekat Ferdi yaitu Aditia.
Ferdi bertemu Aditia dan terjadilah percakapan.
“Hai Fer! Lo masuk juga rupanya. Ngapain? Emangnya lo juga ada remedial hari ini?” Sapanya sambil menepuk punggung Ferdi dengan cukup keras.
“Iya Dit, gue harus ngumpulin tugas sosiologi ke bu Siska.” Jawabnya dengan nada lemas.
“yaudah, nanti aja ngumpulinnya, ngobrol-ngobrol dulu di sini OK!” Kata Aditia sambil menarik tangan Ferdi untuk duduk dan ngobrol dengannya.
Ferdi menuruti ajakan Aditia ya walau pun agak segan.
Karena di depan halaman sekolah terlalu banyak orang, Aditia mengajak Ferdi untuk melanjutkan ngobrolnya di depan musolah. Ferdi menurut saja, karena demi
 Terjalinnya sebua persahabatan.
Ketika mereka sedang asyik ngobrol di depan mushalah, Ibu siska lewat di depan mereka dan berkata: “Ferdi, sudah selesai tugas yang ibu berikan?”
“Belum Bu, masih sekitar 15 nomor lagi.” Jawab Ferdi.
 “Lekas selesaikan! Ibu tunggu. Nanti cari ibu di lantai dua.”
“baik bu.” Jawabnya singkat.
“Fer, lo mau ngerjain di manah?” Tanya Aditia sambil bangkit untuk berdiri.
“Agar lebih tenang, gue mau ngerjain di perpustakaan aja deh.” Jawab Ferdi sambil ikut berdiri.
“OK deh Fer, yuk gue antar ke sanah!”. Mereka berjalan kesana dan sampailah di tempat yang mereka tuju.
 “Fer, gue pamit yah! Gue mau remedial bahasa Ingris dulu. Maklum gue bukan orang ingris. Jadi gue remedial deh.” Canda Aditia.
” Ah nggak juga kok Dit, orang ingris juga ada yang remedial. Hehehehehe… Yah sudah kalau begitu titidj OK!” Balasnya sambil tersenyum.
“OK deh, Asalamualaikum!” Kata Aditia memberikan salam.
“Walaikum salam.” Jawab Ferdi.
Ferdi masuk ke dalam perpustakaan lalu duduk di salah satu meja yang ada di ruangan itu. Diselesaikanlah soal-soal itu dan 2 jam kemudian selesailah semua.
Ferdi bergegas keluar dari perpustakaan itu.
Ternyata beberapa meter dari perpustakaan, Indri sedang berkumpul dengan teman-temannya. Indri melihat Ferdi dan menghampiri.
“Hai Fer, dari mana?” Sapanya.
“Dari perpustakaan. Abis ngerjain tugas sosiologi. Sekarang mau mencari Ibu siska dan memberikan hasil tugas tersebut kepadanya. Mau nggak kamu  Bantuin
Aku mencarinya?” Jawab Ferdi sekaligus memohon.
“Gimana yah, yaudah deh aku bantuin.” Jawab Indri dengan penuh belas kasihan.
Mereka pun mencarinya. Mereka naik ke lantai dua, karena dari informasi sebelumnya Ibu siska sedang berada di lantai dua.
“Kamu tunggu di sini dulu OK, biar aku yang mencarinya di lantai ini.” Jawab Indri.
Ferdi setuju dan dia menunggunya di dekat tangga lantai itu. Lalu, ketika Indri pergi, seorang siswi datang dan bertanya:”hai Fer, sedang nunggu siapa?”
“Nungguin teman, lagi nyari Ibu siska. Kamu lihat nggak di mana Ibu siska?” Jawab Ferdi sekaligus bertanya.
Tak beberapa lama kemudian, Indri kembali. Indri melihat siswi itu dan mengajukan pertanyaan yang sama kepada siswi itu.
Siswi itu menjawab:”Tidak, aku tidak melihatnya.” Lalu siswi itu pergi.
“Ya sudah, lain kalih aja mencarinya. Maaf lo udah bikin repot kamu.” Jawab Ferdi sekedar basa-basi.
“oh, nggak apa-apa kok. Kalau gitu kita turun, siapa tahu dia sudah berada di lantai dasar.” Jawab Indri menanggapi.
Mereka turun dari lantai tersebut. Indri mencarinya keruang guru sampai-sampai temannya berkata:”Ya ampun Indri, Ibu siska itu dari tadi emang nggak ada
Di sini.”
Indri kembali kepada Ferdi.
“Fer, belum ketemu juga. Yasudah besok aja, mungkin dia ada besok. Sekarang mau kemana?” Jawab indri dengan putus asa sekali gus bertanya.
“Aku mau pulang. Biasa, aku nungguin jemputan dulu di halaman parkir.”
“OK deh, aku juga mau pulang. Kesanah bareng yah! Bentar aku ambil tas ku dulu.”
Setelah Indri mengambil tasnya, Indri dan Ferdi pun berjalan ketempat yang akan mereka tuju. Sesampainya di sanah, Mereka pun berpisah. Sebelum mereka
Berpisah, Ferdi menatap muka Indri. Ingin sekalih Ferdi mengatakannya tapi lidah Ferdi terasa keluh, seolah-olah berat sekalih untuk mengatakannya, dan
Akhirnya kata-kata itu hanya terucap dalam hatinya. “Indri, seandainya kau mengerti, betapa aku sangat menyayangimu. Kau mampu menumbuhkan perasaanku sehingga,
Hatiku dapat kau ambil. Tetapi, maukah kau menerima Cintaku?
Itu yang aku nggak tahu.”
Dengan kata yang lembut Indri berkata:”Fer, aku pulang dulu yah!”
“OK deh, sampai ketemu lagi. In, hati-hati di jalan  yah!”
“Yah Fer, sama-sama.”
Indri pun pergi meninggalkan Ferdi.
 
***
 
Ferdi masih belum puas menatap wajah Indri. Tapi apa boleh buat, mungkin Allah belum berkehendak.
Ferdi tidak jadi pulang. Karena, firasat Ferdi mengatakan, bahwa Ibu siska masih ada di sekitar sekolah ini. Jadi, Ferdi kembali ke dalam sekolah untuk
Kembali mencari bu Siska.
Tak beberapa lama, Bapak Guru Olah raga yang bernama Pak Yanto menghampiri Ferdi.
“Ferdi, sedang mencari siapa kamu?” Tanyanya sambil memegang bola yang sepertinya akan dikembalikan ke tempatnya.
“Itu Pak, Bapak lihat Ibu Siska tidak Pak?”
“Tadi sih sepertinya ada di perpustakaan, tetapi bentar, Bapak panggilkan. Kamu tunggu di sinih saja OK!” Jawab Pak Yanto sambil memantul-mantulkan bolanya
Lalu berjalan.
“Baik Pak.” Jawab Ferdi menuruti perintah.
Ferdi menunggunya. Lalu, beberapa menit kemudian Ibu Siska pun datang.
“Ferdi, maaf yah! Ibu terlalu serius di lantai dua sampai lupa deh sama kamu. Mana tugasnya, sudah selesaikan?” Kata Bu Siska sambil berlari-lari kecil
Ke arahnya.
“Sudah Bu, bentar saya ambilkan.” Jawab Ferdi sambil menurunkan tas yang disandangnya serta membuka seletingnya.
Ferdi mengambil beberapa lembar kertas yang berisikan hasil-hasil dari tugas tersebut lalu hasil itu diberikan kepada Ibu Siska.
“Terimakasih yah!” Katanya sambil mengeluarkan pulpen dari sakunya.
Bu Siska memeriksa pekerjaan Ferdi seperti melihat judul-judul berita di dalam koran. Hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk memeriksanya dan dia pun memberikan
Tanda tangannya diatas lembaran hasil jawaban Ferdi.
“sudah…, tuntas.” Kata Bu siska sambil mengembalikan semua hasil jawaban Ferdi.
“Hlo, kok dibalikin bu?” Tanya Ferdi heran.
“Buat belajar!” Jawab bu Siska sambil berjalan meninggalkan Ferdi.
Dengan terpaksa, akhirnya Ferdi kembali menjejalkan lembaran-lembaran itu ke tasnya yang nantinya hanya menjadi sampah saja di dalam tas itu.
Disandangnya kembali tas itu, lalu Ferdi mengambil HP dari saku celananya untuk menelepon jemputannya.
Setelah menelepon, Ferdi kembali menuju kehalaman sekolah untuk menunggunya.
20 Menit berlalu, dan jemputan pun datang. Ferdi segera tancap gas lalu pulang ke rumahnya.

Last Updated on 10 tahun by Redaksi

Oleh Wijaya

Saya adalah orang yang hobinya membaca dan menulis.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *