Penggunaan Tanda Baca Lainnya

Home Forum Kedai Menulis Penggunaan Tanda Baca Lainnya

  • This topic is empty.
Melihat 1 tulisan (dari total 1)
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
  • #11221

    Makassar, Kartunet – Selain tanda titik dan koma, ada beberapa tanda baca lain yang kerap digunakan. Untuk penulis yang tunanetra, penggunaan tanda baca terkadang jadi kesulitan karena lebih banyak mendengar bacaan lisan ketimbang membaca sendiri dengan huruf braille. Semoga beberapa panduan berikut dapat bermanfaat.

    Tanda Titik Koma ( ; )
    1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
    Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
    2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
    Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran
    pilihan pendengar.

    Tanda Titik Dua ( : )
    1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
    Contoh:

    • Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
    • Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

    2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
    ‘pemeran’ Contoh:
    Ketua : Borgx
    Wakil Ketua : Hayabuse
    Sekretaris : Ivan Lanin
    Wakil Sekretaris : Irwan Gatot
    Bendahara : Rinto Jiang
    Wakil bendahara : Rex
    3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
    Contoh:
    Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!”
    Rex : “Siap, Boss!”
    4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan
    anak judul suatu karangan.
    Contoh:
    (i) Tempo, I (1971), 34:7
    (ii) Surah Yasin:9
    (iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
    5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
    Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
    6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
    Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

    Tanda Hubung (-)
    1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
    Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
    Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
    2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
    Contoh:

    • p-e-n-g-u-r-u-s
    • 8-4-1973

    3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
    Bandingkan:

    • ber-evolusi dengan be-revolusi
    • dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
    • Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

    4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an,
    (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
    Contoh:

    • se-Indonesia
    • hadiah ke-2
    • tahun 50-an
    • ber-SMA
    • KTP-nya nomor 11111
    • sinar-X
    • Menteri-Sekretaris Negara

    5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
    Contoh:

    • di-charter
    • pen-tackle-an

    Tanda Pisah (–, —)

    1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
    Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
    1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
    Contoh:
    Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
    2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
    Contoh:

    • 1919–1921
    • Medan–Jakarta
    • 10–13 Desember 1999

    2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (-).
    Contoh:

    • dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
    • antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
    • -4 sampai -6 °C, bukan -4–-6 °C

    Tanda Elipsis (…)

    1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
    Contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
    2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
    Contoh: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
    Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
    akhir kalimat.
    Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….

    Tanda Tanya (?)

    1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
    Contoh:

    • Kapan ia berangkat?
    • Saudara tahu, bukan?

    Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

    2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
    Contoh:

    • Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
    • Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

    Tanda Seru (!)

    Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
    yang kuat.
    Contoh:

    • Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
    • Bersihkan meja itu sekarang juga!
    • Sampai hati ia membuang anaknya!
    • Merdeka!

    Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau
    transkripsi drama.

    Tanda Kurung ((…))

    1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
    Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
    2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
    Contoh:

    • Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
    • Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

    3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
    Contoh:

    • Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
    • Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

    4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
    Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
    Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
    Contoh:

    Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
    Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
    Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

    Tanda Kurung Siku ([…])

    1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
    itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
    Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
    2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
    Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

    Tanda Petik (“…”)

    1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
    Contoh:

    • “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
    • Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.”

    2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
    Contoh:

    • Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
    • Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
    • Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

    3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
    Contoh:

    • Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
    • Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.

    4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
    Contoh: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
    5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
    pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
    Contoh:

    • Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
    • Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

    Tanda Petik Tunggal (‘…’)

    1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
    Contoh:

    • Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
    • “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

    2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
    Contoh: feed-back ‘balikan’

    Tanda Garis Miring (/)

    1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
    Contoh:

    • No. 7/PK/1973
    • Jalan Kramat III/10
    • Tahun anggaran 1985/1986

    2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
    Contoh:

    • harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
    • kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
    • 7/8 atau 7/8
    • xn/n!

    Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
    Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
    Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.

    3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

    Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)

    Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
    Contoh:

    • Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
    • Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
    • 1 Januari ’88 (’88 = 1988)

    Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
    Sumber: berbagai sumber

    ada pertanyaan? mari shareing di kolom komentar.

Melihat 1 tulisan (dari total 1)
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.