Gara-Gara Cabe (Lagi)

Masih berkaitan dengan sebuah makhluk yang bernama “C A B E”, dibaca apa anak-anak? Apa? Sambel? Anak pintaaar… Sini kepalanya papah jitak dulu biar tambah pintar 😛

 

Ini kejadiannya waktu gue semester 3. Ceritanya hari Sabtu yang mendung (bahkan waktu itu ujan deh), gue lagi jalan-jalan nyari makan siang sama pacar gue, sebut saja namanya Ica. Akhirnya kita mutusin makan mie ayam di sekitaran Margonda, Depok. Ujan-ujan makan mie ayam, mantep dong ya?

 

Singkat cerita, mie ayam gue habis dalam tempo yang sesingkat-singkatnya (namanya juga lagi laper Bung). Terus terjadilah percakapan kaya gini:

Ica: “Udah abis Ry?”

Gue: “Iya, kamu udah?”

Ica: “Nggak abis Ry, porsinya banyak banget.”

Gue: “Ah, banyak gimana? Standar ini mah.”

Ica: “Serius, ini banyak banget. Bantuin dong Ry.”

 

Kebetulan emang gue masih laper dan masih sangat kuat buat makan lagi (dan gue rasa cukup cocok kalo Ica ngatain gue “si perut kadut”). Dengan senang hati gue terima tawaran buat ngabisin mie ayamnya si Ica.

 

Ica: “Tapi ini pedes lho Ry.”

Gue: “Ya udah, santai aja.”

 

Sendokan pertama… Masih kuat. Sendokan kedua… Mulai kepedesan. Sendokan ketiga… Mulai berkeringat. Sendokan keempat… Muka mulai merah kayak kepiting rebus. Sendokan kelima…

 

Gue: “Ca, ini sambelnya berapa sendok sih? Gila bener?”

Ica: “Hmm, berapa ya? Yang jelas banyak deh, lebih dari dua sendok.”

Gue: (mikir, berapa sendokkah sambel yang dipakai? Empat sendok? Lima sendok? Sepuluh sendok? Oh no!) “Asyem, pantesan pedes banget! Udah ah, nyerah aku makan mie ayam sepedes ini.”

 

OK, ini masih dalam kondisi normal lho. Gue nggak ngerti lagi kalo suatu saat si Ica ini ngidam, kadar makan sambelnya bakalan seberapa ya? Mungkin perbandingannya adalah satu mangkok mie ayam akan menghabiskan setengah kilogram cabe rawit. Repot juga kalo harga cabe lagi naik, apalagi kalo udah mau lebaran 😛

Last Updated on 10 tahun by Fakhry Muhammad Rosa

Oleh Fakhry Muhammad Rosa

Fakhry Muhammad Rosa, seorang tunanetra kelahiran Pontianak, 31 Mei 1994. Alumni jurusan Sastra Jerman, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Aktif menjadi pengurus di ITCFB (IT Center For The Blind) sebagai penulis artikel teknologi (silahkan baca di http://www.itcfb.org). Aktif bermusik sebagai drummer di Mitra Netra Band dan bassist di Remikustik.

7 komentar

  1. anyway, sebagai orang Padang lo harus mempertahankan reputasi raja sambel dong Ry. haha

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *