Ikatan Cinta Antar Berbagai Keunikan

Jakarta, Kartunet.com – Banyak orang di dunia ini yang mencari pasangan berdasarkan kesamaan atau kemiripan karakteristik. Menyukai hal yang sama, mempunyai karakter yang serupa, berasal dari kelompok sosial yang sama, menekuni bidang yang sama dan sebagainya. Namun, tidak sedikit pula pasangan-pasangan yang diwarnai berbagai perbedaan di antara mereka. Walaupun demikian, perbedaan yang mencolok atau tidak biasa seringkali menjadi buah bibir orang lain di sekitarnya. Misalnya, seorang dokter spesialis penyakit dalam terkemuka di ibukota yang menikahi seorang gadis desa berpendidikan SMP, atau seorang wanita kaya raya pemilik beberapa restoran ternama yang menikahi seorang pria pegawai kantor pos. Pasangan-pasangan ini seringkali mendapatkan berbagai komentar dari keluarga, teman-teman atau orang lain di sekitar mereka.

 

Misalnya kita sedang berjalan di sebuah mall dan kita melihat sepasang kekasih, di mana si wanita berpenampilan sangat anggun, berwajah cantik, berambut panjang dan lurus, berkulit kuning langsat dengan bentuk badan yang seksi, sementara si pria berpenampakan gemuk dengan pakaian lusuh dan wajah pas-pasan. Ketika melihat hal ini, mungkin cukup banyak dari kita yang secara spontan seperti tergelitik dan muncul berbagai pemikiran di kepala, seperti “ pria itu tidak sebanding dengan pacarnya. Dia pasti kaya raya sehingga wanita itu mau pacaran dengannya ”, atau “ wanita itu pasti melihat inner beauty dari pria itu, sehingga walaupun penampakannya kurang oke, ia tetap mau menjalin hubungan dengan pria itu ”.

 

Hal serupa seringkali terjadi pada pasangan penyandang disabilitas dan non-disabilitas. Banyak orang takjub melihat pasangan tunanetra dengan orang awas berjalan di pusat kota, atau terharu ketika menghadiri pernikahan seorang wanita tunadaksa dengan pria tanpa kekurangan fisik. Ketika melihat hal ini banyak orang yang terenyuh mengagumi si non-disabilitas. “Dia baik sekali, mau hidup bersama pasangannya yang cacat seumur hidup”, mungkin seperti ini kalimat yang terlintas di kepala banyak orang. Tapi, apakah benar begitu? Apakah dalam pasangan penyandang disabilitas dan non-disabilitas yang melulu berkorban adalah si non-disabilitas? Apakah si penyandang disabilitas merasa begitu bahagia dan bangga bisa menikahi non-disabilitas? Rasanya tidak selalu, semua tergantung pada bagaimana dinamika hubungan mereka.

 

Dalam ikatan cinta baik pacaran maupun pernikahan, karakteristik fisik bukanlah sebuah patokan. Ada makna yang lebih mendalam dan berarti di luar itu. Setiap orang yang diciptakan Tuhan adalah unik, memiliki berbagai karakteristik yang bervariasi dan semua berharga. Pasangan penyandang disabilitas dan non-disabilitas sebenarnya sama seperti pasangan-pasangan lainnya. Mereka sama-sama perlu saling memahami, menerima, mendukung dan membangun satu sama lain.

 

Penyandang disabilitas memang memiliki ketidakmampuan tertentu, tapi bukan berarti ia tidak memiliki berbagai kelebihan yang memukau. Sebaliknya, pasangannya memang tidak menyandang disabilitas, tapi bukan berarti ia  lebih baik dari si penyandang disabilitas sehingga penyandang disabilitas adalah pihak yang beruntung mendapatkan pasangan yang “sempurna”. Mungkin saja si penyandang disabilitas ini tidak dapat melihat, mendengar, berbicara, berjalan atau bersosialisasi dengan baik, namun ia memiliki karakter yang menyenangkan, sangat cerdas, dapat bermain musik dengan sangat indah, memiliki bisnis yang berkembang atau menguasai berbagai bahasa di dunia. Dan mungkin benar si non-disabilitas ini tidak memiliki ketidak mampuan fisik atau mental tertentu, namun mungkin ia memiliki beberapa kebiasaan buruk, penyakit tertentu, masa lalu yang buruk, situasi keluarga yang tidak menyenangkan, kondisi finansial yang kurang baik atau karakteristik lain yang sulit diterima orang-orang lain, namun dapat ditolerir oleh si penyandang disabilitas yang menjadi pasangannya tersebut.

 

Jika dimaknai dengan lebih mendalam, maka kunci sebuah hubungan adalah sama, baik antara penyandang disabilitas dengan non penyandang disabilitas, antara orang kaya dengan orang miskin, antara orang berpendidikan tinggi dengan orang berpendidikan rendah, antara orang Batak dengan orang Betawi, atau antara orang Muslim dengan orang Kristen. Setiap pasangan perlu melihat karakter pasangannya sebagai sebuah keunikan dan berusaha beradaptasi dengan kelebihan dan kelemahannya. Dengan memahami dan menerima setiap kelebihan dan kelemahan sebagai keunikan, maka pasangan dapat sama-sama saling melihat karakter masing-masing sebagai potensi yang dapat didukung, dibangun dan dikembangkan, dan hubungan mereka dapat dimaknai sebagai hubungan yang perlu dipertahankan dan senantiasa dibawa ke arah yang lebih positif.(Maria)

 

Konsultasikan problematika Anda soal edukasi, kebutuhan khusus, anak, cinta, pekerjaan, dan sisi-sisi hidup lainnya dengan para konselor kami via email ke redaksi@kartunet.com

Last Updated on 6 tahun by Redaksi

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *