Internet, Sahabat Akrab Para Disabilitas Netra

Mungkin anda merasa terkejut atau penasaran ketika anda melihat seorang disabilitas netra yang sibuk bermain komputer, ponsel, dan sejenisnya. Dalam benak anda sejumlah pertanyaan bermunculan melihat hal tersebut. Salah satu pertanyaan yang merupakan garis besar dari sejumlah pertanyaan itu, yakni mengapa hal itu bisa? Lalu anda mendekat untuk membenarkan apa yang dibenarkan mata anda, sehingga saat itu pula anda makin terkejut ketika melihat disabilitas netra tersebut menggunakan metode mengetik sepuluh jari dan ia sedang mengakses internet, kemudian anda pun mendengarkan sebuah suara seseorang yang sedang berbicara secara cepat yang ternyata bersumber dari komputer atau ponsel tersebut. Mulut anda mungkin terasa gatal ingin menuntut jawaban dari sejumlah pertanyaan tersebut, tetapi anda urung untuk melakukannya sebab anda tidak ingin menyinggung perasaan disabilitas netra tersebut.

Ilustrasi di atas memang seringkali terjadi di tengah masyarakat awam. Bahkan, sejumlah orang memberikan cap sebagai pembohong atau pendusta terhadap sejumlah pengguna sosial media yang mengaku sebagai seorang disabilitas netra sebab mereka dapat aktif dalam media sosial, sehingga orang-orang yang awam itu mengatakan bahwa itu mustahil seperti yang saya alami dan sejumlah kawan disabilitas netra saya lainnya. Ketika anda menemukan fenomena tersebut, penjelasan dalam tulisan ini akan membantu anda dalam menjawab sejumlah pertanyaan atas hal tersebut.

Bagi kalangan disabilitas netra, kemajuan teknologi informasi sangat membantu mereka dalam aktivitas mereka. Hadirnya sejumlah aplikasi, khususnya aplikasi screen reader atau pembaca layar yang terpasang dalam ponsel atau komputer mereka telah membuat mereka menjadi lebih mandiri. Aplikasi tersebut merupakan perangkat lunak yang berfungsi membacakan setiap teks yang tertera pada layar ponsel, komputer, dan sejenisnya. Meski demikian, untuk melakukan hal itu, seorang disabilitas netra harus menguasai metode mengetik sepuluh jari dan menguasai sejumlah shortcut sebagai pengganti fungsi mouse. Setelah mampu menguasainya, para disabilitas netra harus mampu mengoperasikan sistem program yang terdapat pada komputer dan beberapa ponsel tipe tertentu.

Ketika para disabilitas netra mulai mahir dalam hal tersebut, mereka juga akan mampu mengoperasikan ponsel yang lebih rumit, seperti ponsel Android, Iphone, ataupun Apple. Tidak hanya berhenti begitu saja, ketika para disabilitas netra makin mahir dalam mengakses teknologi, sejumlah aplikasi tambahan seperti aplikasi pembaca uang, pembaca buku atau teks yang merupakan hasil scan, dan masih banyak aplikasi lain yang begitu menunjang aktifitas para disabilitas netra.

Beberapa para disabilitas netra hebat bahkan mampu memainkan sejumlah permainan yang terdapat pada ponsel dan komputer dengan mudah. Selain itu, mereka mampu membuat sebuah streaming radio dan mampu mengolaburasikan lagu-lagu maupun musik melalui teknologi. Bahkan, beberapa di antara mereka menggunakan teknologi informasi untuk menghasilkan sejumlah uang atau untuk mempromosikan usaha dan karya mereka. adalah seorang Riko yang merupakan contoh disabilitas netra yang telah sukses sebagai seorang internet marketing yang telah berpenghasilan sekitar enam puluh dollar tiap bulannya. Selain itu, ada Dimas Muharram yang juga seorang disabilitas netra yang kini sukses dan bekerja sebagai staf di Pusat Teknologi Informasi Komunikasi Nasional.

Aplikasi-aplikasi yang digunakan para disabilitas netra tersebut tersedia dan disediakan melalui internet. Artinya, internet merupakan pusat atau induk yang telah melayani penggunanya dengan baik, nonstop, dan tanpa terkecuali seperti para disabilitas netra. Internet dalam kehidupan para disabilitas netra bagaikan sahabat akrab yang selalu siap menemani dan membantu dalam mengakses beberapa kebutuhan para disabilitas netra. Google pencarian, email, google terjemahan, blog, layanan-layanan playstore, dan sebagainya menjadi tempat yang menarik, akses, dan asyik bagi para disabilitas netra untuk belajar, bekerja, menuangkan gagasan atau tulisan, keperluan sekolah atau kuliah, berdagang, bersilaturahmi, dan sebagainya. Hal tersebut membuat gerak para disabilitas netra tidak terbatas.

Saya sebagai mahasiswa disabilitas netra yang berkuliah di jurusan sastra sangat merasa terbantu dengan kehadiran internet. Sejumlah karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan sebagainya serta beberapa referensi mengenai kesustraan dapat saya akses dalam bentuk pdf, dokumen, jurnal maupun dalam bentuk ebook atau digital book. Selain penggunaannya yang akses, saya dapat mengefesienkan waktu saya tanpa harus menscan beberapa buku yang tebal ataupun tanpa harus dengan berat hati meminta bantuan kepada orang nondisabilitas netra untuk dibacakan. Di samping itu, dalam perkara ujian di kampus pun produk email yang tersedia dalam internet kerap menjadi media saya untuk menyerahkan tugas atau hasil jawaban saya dan tentunya tanpa menyontek referensi dari google pencarian. Hal ini tentu tidak hanya dialami oleh saya seorang tetapi juga dialami oleh para disabilitas netra lainnya khususnya mereka yang berkuliah maupun bersekolah di sekolah integrasi.

Peran internet tersebut tidak hanya membuat mereka seolah melihat dunia tetapi mampu membuka mata masyarakat umum dalam memandang disabilitas netra. Mata kepala maupun mata hati masyarakat akan mencoba memahami secara perlahan bahwa disabilitas netra mampu berperan aktif di tengah masyarakat, melihat potensi dan kualitas diri yang dimiliki mereka. Dengan demikian, hal itu perlahan akan menghapus stigma para disabilitas netra yang kerap dipandang sebelah mata dan dianggap tiada berdaya. Semua itu hanya memerlukan proses dan pembuktian.

Tulisan ini merupakan nominasi pada lomba esai opini Manfaat Internet untuk Kemandiriaan Difabel #12KartunetBerkarya. Silakan vote tulisan ini untuk mendukungnya sebagai nominasi terbaik.

Last Updated on 6 tahun by Redaksi

Oleh Risya Rizky Nurul Qur'ani

Penulis bernama Risya Rizky Nurul Qur’ani dengan nama pena ‘Fath Light’ , lahir pada tanggal 25 Juni 1993 di kota Makassar dan juga berdomisili di kota yang sama. Penulis yang merupakan seorang mahasiswa disabilitas netra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin ini hobi membaca, menulis, masak, nyanyi, renang, dan bermain alat musik.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *