KEBAIKAN YANG DATANG DARI SAMUDRA

Di depan pelabuhan malam ini sebenarnya sangat indah. Terdapat sebagian hiasan dan penerangan menjelang perayaan pasar malam yang tengah berlangsung. Sebenarnya hari ini adalah awal perayaan namun, sebagian orang di pesisir memang tidak begitu mau mendekati pelabuhan karena sebagian pertanda badai sudah mereka ketahui beberapa hari yang lalu.

Di samping tepi tempat pelelangan ikan, terdapat Kapal dagang tuan Snorsen yang cukup besar sedang di tambatkan. Untaian talinya di ikat pada penyangga besi. Banyak yang hendak mencegah kepergian kapal itu.

Tuan Federic dan kaptenAlsen adalah petugas pelabuhan yang menolak memberikan izin kapal itu untuk berlayar. Namun, tuan Snorsen tetap bersih keras untuk bisa menggunakan kapalnya itu. Dengan geram ia Melempar 7 keping emas ke tangan mereka untuk menyuruh mereka menyingkir dari sana.

Akhirnya, tuan Snorsen bersama ayah, bang Mustakin buruh pelabuhan, bang Kucai dan bang Doper, nelayan sewaan tuan Snorsen mulai bersiap menaiki kapal dagang.

Selepas  mereka naik menuju haluan dan membuka layar, Aku mendekati kapal itu diam-diam lalu memanjat perlahan ke buritan selagi tali belakang kapal belum di lepas.

Di atas, aku langsung bersembunyi pada bagian kargo karena bagian itulah yang jarang untuk di masuki orang.

Sayup-sayup aku mendengar tali kapal yang dinaikan, serta merasakan seisi kapal yang bergoyang-goyang menandakan bahwa perjalanan ini sudah di mulai. Dalam hati, sebenarnya aku menyesalkan apa yang sudah aku lakukan. Tapi Mengetahui bahaya pada ayah dan keluarga tuan Snorsen membuatku harus yakin untuk mengikuti kapal ini. Selama sekitar     15 menit perahu mulai sibuk dengan interaksi para awaknya. Sebenarnya aku juga tidak tau sejauh mana kapal ini sudah meninggalkan pelabuhan> Tiada cahaya bulan yang bisa menunjukan waktu ataupun rasi yang menunjukan arah. Sepertinya tuan Snorrsen hanya menggunakan kompas di haluan.

Dari kargo aku bisa mendengar tamparan angin di layar kapal begitu kencang sampai banyak bagian engsel kayunya yang berderat. Bisa di buktikan kalau serangan badai malam ini tidak main main. Di balik jendela kargo aku melihat awan bergulung-gulung hendak datang dan menerkam kehadiran kapal ini.

Taaarrrr. Taaaaaarr..” Kilatan dan Sambaran halilintar Menyinari jendela kargo dengan mendadak. Gelegarnya terdengar tak begitu jauh dari kapal. Mendengar itu aku nyaris berteriak dan pucat pasi.

“Semuanyaaa, pertahankan kapal, di sana aku sudah melihat kapal penyebrangan itu.” Teriak tuan Snorsen yang sedang berdiri meneropong di haluan.

Ia menatap jauh kapal yang telah berlatar belakangkan badai di belakangnya yang telah mengamuk.

“kreeeeggggg.”Layar belakang mendadak robek karena sudah tak kuat menahan derasnya angin.

Kucai, ambillah layar cadangan di kargo sekaraaang.” perintah ayah yang tak bisa lepas daritangkai kemudi.

“Bruuggg,” tumpukan peti kayu dan gulungan layar Berjatuhan saat bang kucai berusaha mengeluarkan gulungan layar baru.

“Aduuu,” sial pekik ku reflek saat kepalaku terbentur tutup kotak.

“Heei, siapa yang ada di sana?” Tanya bang kucai kaget sambil menjatuhkan layarnya lagi.

Dengan tidak enak hati aku keluar dan menampakan diri ke depan bang kucai. Ia pun semakin kaget dan menanyaiku apakah ayah yang membawaku ke kapal ini. Ketika Bang kucai menyuruhku keluar. Aku semakin Ciut saat ayah terperanjat dan menatapku dengan murka.

“Kenapa engkau tak menaati ucapan ayah hah, anak pembangkang,” Bentak ayah yang sudah kalut meremaskan tangannya di lenganku.

“Ma maaf yah,” ucapku gemetar dengan kaki yang mendadak bergetar kencang.

“udah lah nan, engkau bisa baik-baik nanti. Sekarang yang lebih penting bagaimana kita selamat membawa kapal ini,” Ungkap bang Kucai menenangkan.

Dengan perlahan ayah pun melonggarkan cengkramannya kemudian ia membawaku ke bilik kargo lagi.

“Jangan keluar sampai ayah bilang engkau boleh keluar dari sini, mengerti?”

“I iya, mengerti yah,”

Kapal penyebrangan itu terlihat semakin dekat menuju kapal kami. Teriakan para penumpang kapal itu sayup-sayup terdengar berteriak memanggil kapal kami untuk segera sampai. Sekitar 500 meter dari depan kapal kami terlihat sebuah puting beliung maha besar yang berpusar semakin dekat ke arah kami yang terombang-ambing.

Dengan sigap tuan Snorsen melempar simpul tali ke haluan kapal di depannya kemudian berhasil di tangnkap salah seorang awak kapal di sana.

Sudah tak ada banyak waktu lagi saat puting beliung itu mulai bergerak. Daya tarik kapal seakan sudah mulai kewalahan untuk bertahan menjaga ikatan tali yang ada di kapal sebelah.

Karena itu tuan Snorsen berteriak kepada semua penumpang kapal itu untuk meninggalkan kapal dan menyebrangi tali. Sambil berusaha mempertahankan ikatan tali. satu-persatu penumpang di kapal itu mulai berusaha menaiki tali yang terikat di haluan depan kapal tuan Snorsen. Mendadak, suara yang paling mengerikan pun terdengar saat tali di depan haluan putus.

“tidaaak,” teriak tuan snorsen yang menyambar ujung tali itu dengan tangannya.

Ayah dan rekan-rekan yang lain berusaha memegangi tali menyisakan 2 awak yang menjaga kemudi sekaligus di dalam kargo. Walaupun ayah melarangku keluar, untuk kali ini aku sudah tidak tahan untuk bergiam diri. Ku sambar gulungan tali tambang di kargo, kemudian aku berlari menuju haluan.

“Tangkaaaap,” sambil berusaha mengalahkan suara badai aku berusaha melempar tali yang baru.

Di sana Kembali awak kapal di seberang mengikatkan tali itu.

“Lepaskan tali itu Sir,” teriak ayah yang tangannya masih bercengkraman di antara tiang dan tubuh tuan snorsen.

“Buug,” sontak tuan snorsen dan yang lain terpental jatuh di lantai kapal.

Tambang yang baru sudah aku ikatkan di dasar tiang utama. Satu-persatu orang-orang mulai menyebrang melalui cela sempit kapal dengan berpegangan pada tali kembali.

Badai dan puting beliung mulai menggelegar. Dari Depan, mendadak sebuah ombak tinggi mengguncang cela kedua kapal sehingga ikatan talinya oleng sangat tajam.

“aaaaaah aaa, byur,” terdengar teriakan seorang perempuan dan bunyi ceburan air di bawah. Mungkinkah perempuan itu jatuh?

Aku langsung mendekati tepi kapal dan melihat gadis itu terseret pergi. mendadak, bayangan-bayangan kelam kembali hadir dalam pikiranku. Kepedihan ketika aku kehilangan kakak dan adik-adikku saat berusaha melarikan diri dari kejaran kapal perang Nedherland.
Sontak aku pun menceburkan diri dan aku mendengar teriakan yang sangat memilukan dari ayahku.

“byuur,” Dinginnya air begitu membuat aku mengerang. Sambil mengendalikan kesadaran, aku berusaha menatap ke atas air kemana anak gadis itu di seret arus. Dari jarak 7meter aku masih bisa melihat gadis itu berusaha mengapung. Akupun berusaha mengayunkan tangan dan kedua kakiku namun arus dasar sangat menyulitkanku. Gadis itu sempat melihat kedatanganku namun ia sudah hampir di ambang sadar kemudian secara perlahan ia mulai melemah. Dengan berusaha-mati-matian aku berhasil menyambar tubuh gadis itu sebelum ia tidak sadarkan diri.

Kini tenagaku juga mulai terkuras. Di depan sana kapal barang tuan Snorsen masih 8meter lagi.. Secepat mungkin aku berusaha berenang namun ternyata sudah mulai tidak memungkinkan. Semua persendianku seakan telah mati rasa dan beban tubuh gadis di dekapanku semakin berat untuk aku bawa.

“oh tuhan, apakah ini akhir dari hidupku? Ayah, aku minta maaf sudah tidak mematuhi perintahmu. sore tadi aku jadi merasa bersalah sudah tidak meminta maaf kepada ibu saat aku selalu terlambat pulang dari laut. Perlahan, cengkramanku pun mengendur dan semuanya menjadi hitam. Sepertinya sebentar lagi aku akan bisa menemui saudara-saudaraku. Beberapa detik sebelum kesadaranku menghilang, kedua tanganku seakan tak sengaja memegang sebuah benda melengkung seperti sirip yang licin namun hangat.

Apakah semua ini mimpi?
Di dalam mimpi itu aku seakan bisa melihat daratan di atas sebuah punggung yang mengendongku. Aku  ingin bersuara namun kegelapan itu datang lagi.

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Oleh Muhdi Abdillah

Pelajar bermodal mimpi

2 komentar

  1. Terima kasih sudah ikut berkontribusi. Tetap semangat dan terus produktif berkarya ya 🙂

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *