Indah POV.
Aku duduk di depan cermin besar kamarku dan mengamati waja serta bentuk tubuhku di cermin.
Yang paling aku syukuri adalah wajahku cantik dan akupun senang melihatnya.
Rambutku bersih dan berwarna hitam kemilau berkat rajin membersihkan memakai jeruk nipis yang dicampur dengan lidah buaya, ramuan untuk kesehatan rambut yang aku baca dari sebuah buku.
Teman-temankupun kagum padaku karena kecantikanku. Ya teman-temanku mengatakan kalau aku ini cewek cantik dan akupun bangga pada diriku.
Temanku yang bernama Irma senang melihat alis mataku yang tebal serta bola mataku yang lentik. Sedangkan Intan senang melihat rambutku yang terurai. Tidak ketinggalan amel adik kelasku sering menemuiku dan senang mengajak aku ngobrol karena senang melihat hidungku yang mancung, bibirku dan senyumanku.
Aku punya banyak teman karena aku tidak pilih-pilih teman, aku menerima siapa saja yang mau berteman denganku.
Meski aku type cewek terbuka tapi aku merasa tidak nyaman berteman dengan para cowok karena mereka sering menggoda dan memuji-muji kecantikanku.
Aku merasa risih dan sangat bosan sehingga aku memutuskan tidak mau berteman dengan cowok-cowok.
Tapi ada juga cowok yang selalu grogi jika aku berada di dekatnya.
“Apa ada yang aneh pada diriku … atau dia yang aneh”, tanyaku dalam hati.
“Dia pasti cowok aneh kalau maco pasti tidak begitu”.
Robi POV
“Kakiku terasa sedikit bergetar diiringi jantung yang berdebar kencang tidak keruan”, desisku sembari meletakkan tangan kanan di dada sebelah kiriku dan ‘merasakan debar jantungku yang masih berdebar tidak keruan. Sementara tangan kiriku kusandarkan di tembok sekolah menopang berat tubuhku.
“Ya aku baru saja berada di dekat Inda, cewek yang entah kenapa aku selalu merasa grogi saat berada di dekatnya”.
Aku menuju warung Bu Ita di seberang jalan depan pintu gerbang dan menemui Anto yang sedang bersama susana pacarnya. Mereka berdua adalah teman akrabku di sekolah karena kami duduk di kelas yang sama yaitu kelas III-b. Aku mengambil ubi goreng di mangkok dan memakannya. Akupun menceritakan apa yang aku alami barusan.
“Wah tidak salah lagi, itu artinya kamu sudah jatuh cinta sama dia”, ujar Anto, “trus apa kamu sering mengingat dia setiap hari?” Tanya Anto penasaran.
“Ia benar aku selalu mengingat dia dan membayangkan kalau seandainya dia akrab dengan aku maka aku akan bahagia sekali”, jawabku dengan wajah polos..
“Apa yang kamu alami itu sama yang aku rasakan waktu jatuh cinta sama Susana”, kata Anto.
“Apa benar ini namanya jatuh cinta?” Tanyaku ragu-ragu. Susana pun angkat bicara, “dia itu cewek cantik loh, kalau kamu lambat ungkapin Cinta ke dia kamu bisa didahului cowok lain”.
Jantungku mulai berdebar-debar tidak keruan lagi mendengar perkataan yang dilontarkan Susana.
“Bagaimana aku bisa kalau baru dekat dia saja aku sudah gemetaran”, ujarku berharap ada jawaban yang bisa meringankan beban pikiranku.
“Nih, aku punya sedikit saran”, potong Anto,
“kamu pikir bagaimana cara bisa ajak dia mengobrol, lakukan itu pelan-pelan dan sedikit demi sedikit sampai kalian bisa akrab dulu”, kata Anto dengan ekspresi serius.
“Wah itu tantangan berat sekali”, pungkasku.
“Memang kalau dipikir itu berat tapi yakinlah kalau dilakukan dengan pelahan tidak sesulit yang dibayangkan kok”, kata Anto meyakinkanku.
Aku merasa harus mendengar sarannya karna soal ini dia sudah ada pengalaman.
Dalam perjalanan pulang sekolah aku juga mengingat cewek kelas tiga SMP, namanya Wati. Aku bersahabat dengan dia sejak kecil. Rumah tempat tinggal kami tidak terlalu jauh sehingga kami bisa bertemu setiap hari. Aku sangat menyayangi dia dan menganggap dia seperti adikku sendiri karena aku memang tidak punya adik cewek.
Perhatian dan kasih sayang yang aku berikan dengan tulus bikin dia juga sayang padaku. Tapi aku tidak pernah merasakan getaran seperti yang aku rasakan saat berada didekat Indah siswi kelas satu SMA adik kelasku.
Aku tau Wati akan kecewa kalau tau bahwa aku jatuh cinta dengan cewek lain dan bukan dirinya karena dia mencintaiku. Setahun yang lalu dia memberanikan diri mengirim surat cinta padaku tapi suratnya aku balas dengan mengatakan bahwa kita tidak boleh pacaran karena dia masih kecil dan belum bisa pacaran. Sejak membalas suratnya dia tidak pernah menemuiku lagi. Maka suatu hari saat pulang sekolah aku berinisiatif singga di sekolahnya untuk menemui dia. Ketika melihatku datang dia bersembuny di belakang Irma temannya sambil tersipuh malu.
Waktu itu aku sempat merasa aneh kenapa dia sampai sebegitunya.
Sekarang aku baru tau apa yang terjadi pada Wati itu adalah karna efek jatuh cinta pada diriku.
Sama seperti yang aku rasakan saat ini tapi melainkan dengan cewek lain bukan dengan dirinya.
Aku terus menggayun sepedaku sambil mengenang saat-saat bersama Wati.
Dia begitu tulus mencintaiku. Kadang diam-diam dia membawakan makanan kesukaanku yang dimasaknya sendiri. Kadang dia membawa gorengan dan melayaniku dengan baik dan terasa sangat spesial. Dia juga mengingatkanku jika pakaianku sudah saatnya di cuci dan banyak lagi perhatian lainnya, tapi ketika mengingat Indah entah kenapa aku merasa bahagia padahal dia tidak mengenal aku dan kita belum berteman sampai saat ini.
hampir setiap hari Wati datang di rumah mencariku. Dia sering membahas kejadian-kejadian apa yang dialami di rumahnya dan di sekolah.
Kadang aku ogah-ogahan diajak ngobrol karena sebenarnya aku lebih senang mengingat cewek cantik bernama Indah.
Hari ini pikiranku agak berat karna tantangan yang diberikan Anto. Aku bingung memikirkannya.
Wati pun pulang tanpa pamit dengan wajah kesal karna aku tidak terlalu merespon pembicaraannya.
Wati POV.
“Belakangan ini Robi sering menyendiri dan ogah-ogahan diajak mengobrol”, kataku kepada Ibu yang sedang memarut kelapa.
“berarti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya”, ujar Ibuku.
“Pikirkan apa lagi ma, orang tuanya kan termasuk petani sukses, kebutuhan Robi selama inikan terpenuhi, biaya sekolah ada, uang jajan ada, bahkan belum lama ini dia dibelikan sepeda baru yang sering dipakai kesekolah, jadi dia pusing apa lagi ma”, sahutku sembari mengiris bawang.
“Mungkin memikirkan pelajaran disekolah nak”, ujar Ibu.
Aku terdiam sejenak memikirkan jawaban Ibu lalu membenarkan, “ia ya mungkin benar”, kataku sembari lanjut memikirkan jawaban masuk akal Ibu. Aku memanaskan minyak goreng di wajan lalu memasukkan adonan untuk membuat kue.
Aku kembali membayangkan ekspresi Robi yang ogah-ogahan padaku sambil mengait-ngaitkan dengan jawaban Ibuku barusan.
Tapi semakin dipikir-pikir aku mulai merasa kurang yakin dengan jawaban Ibuku tadi kemudian bertanya-tanya, “kalau hanya soal pelajaran kenapa dia tidak terbuka kepadaku, bukankah dia sangat terbuka padaku selama ini”, Batinku.
Aku melihat jam dinding menunjukkan sudah hampir setengah delapan malam. Aku menuju kamarku. Cahaya dari lampu petromaks yang digantung di pintu dapur cukup memberi cahaya di dalam kamarku. Aku menggantung kelambu lalu menyalakan radio kecil yang selalu menemaniku setiap malam atau pada saat-saat sedang kesepian.
Aku memutar tuning radio untuk mencari sebuah siaran radio yang menyiarkan acara “bisikan kalbu”.
Diacara itu anak muda sering mengirim surat tentang kisah cintanya bersama sang kekasih yang diiringi lagu-lagu percintaan yang sesuai dengan kisah surat yang dibacakan pembawa acara.
Kadang aku terharu, kadang aku ikut merasa bahagia, dan kadang aku menangis terbawa suasana cerita sedih tentang cinta.
Surat yang berikut datang dari seorang pria bernama Yobi, kata penyiar. “Ah itu mirip nama Robi tapi yang ini namanya Yobi”, bisikku dalam hati.
“Yobi menulis surat berjudul, “kau cinta aku, tapi aku cinta dia””, kata penyiar yang membaca surat tersebut.
Musik sedihpun menghantar aku kesuasana sendu dan pembawa acara mulai membacakan isi surat dengan penuh penghayatan.
Nyaris setiap hari aku tak pernah kesepian karena kau selalu datang dan mewarnai hari-hariku.
Aku senang sekali punya teman cantik seperti kamu.
Senyuman manismu, lesung pipimu, dan tatapan bola matamu yang selalu indah di mataku menjadi bunga-bunga dihatiku.
Perasaan sayangku yang tulus padamu ku ungkapkan melalui perlakuanku padamu yang penuh perhatian dan kasih sayang, tapi atas dasar itu kau telah jatuh hati padaku.
Hai adikku yang ku sayang aku menganggap kau seperti adik kandungku sendiri. Aku tidak merasakan getar-getar cinta saat bersamamu seperti yang kau rasakan dan telah kau ungkapkan padaku melalui kertas putih itu. Getaran-getaran cinta itupun telah aku rasakan tapi dengan bunga yang lain, bukan dirimu. Kau Cinta Aku Tapi Aku Cinta dia.
Dia adalah wanita sempurna yang tak pernah aku temukan sebelumnya.
Maafkan aku adikku.
Aku harus pindah kelain hati sesuai perasaan cintaku untuknya.
Jangan bersedih apalagi menangis adikku, tapi resapilah perasaan itu karena cinta tak harus memiliki.
Kendari 4 februari 1986
tertanda, Yobi”.
Aku tersadar dari lamunan saat pembawa acara selesai membaca surat itu.”
Aku terbawa suasana sedih dengan isi surat itu karena ada kesamaan dengan yang aku alami.
Aku menarik nafas dalam lalu mengembuskannya.
Aku membayangkan bagaimana nasip seorang gadis dalam kisah yang dibacakan tadi. Gadis itu mencintai seorang cowok karna perhatian dan kasih sayang tulus yang diperoleh dari cowok itu.
“Kisah yang ini sama dengan yang aku alami saat ini, batinku lagi. Tapi kisah lain yang mungkin beda adalah cowok yang dicintainya itu jatuh cinta pada cewek lain”, batinku.
“Kalau aku berada diposisi cewek itu pasti aku kecewa sekali dan akan merasa sakit hati”, desisku dalam hati.
***
(Baca bagian selanjutnya dengan klik next)
terimakasih masukannya, ini pertama kali saya kirim cerpen untuk ikut lomba dan dengan media ini saya lebih semangat lagi menulis dan belajar untuk memperbaiki tulisan saya berikutnya.
sama-sama. Ilmu menulis itu tidak ada selian terus menulis dan menulis lagi. jadi tetap semangat ya.
saya mau tanya Admin. Apa disini bisa kirim cerpen meski tidak sedang ada lomba?
Sangat bisa. karena website Kartunet ini untuk media belajar kita bersama. Silakan ya. Langsung diposting saja di “kirim Karya”. nanti Tag bisa diisi sesuai dengan jenis teks. Misal Cerpen atau Puisi. terima kasih
Satu pertanyaan terahir, kalau saya bisa pake kode HTML apakah bisa saya sertakan atau apakah wepsite ini tidak perlu kode HTML dalam postingannya?
Terima kasih telah ikut berkontribusi. Cerita yang menarik, format penyajiannya pun juga unik. Namun harap lebih berhati-hati dalam pengetikan dan juga penggunaan imbuhan ya.
Tetap semangat dan terus produktif berkarya!