Kemerdekaan yang Terkurung berbuah Kebahagiaan
Terakhir diperbaharui 8 bulan oleh Redaksi
Di sebuah kebun binatang Ragunan Jakarta, hiduplah bermacam-macam hewan yang terdiri dari singa, cendrawasi, kangguru, kuda nil, monyet, serta lumba-lumba. Mereka adalah hewan-hewan lindung yang dijaga oleh pemerintah DKI Jakarta, sebab populasinya semakin sedikit.
Siang itu, si Singa berkata kepada hewan-hewan di kebun binatang, “Indonesia sudah merdeka, mengapa kita masih dikurung? Apa kalian gak jenuh tinggal di dalam kandang sempit selamanya?” “Ia, kita kan bukan penjahat, mengapa kita masih dikurung?” keluh si Monyet.” “Kita harus segera keluar dari sini karena pengunjung-pengunjung di kebun binatang ini tidak sopan! Mereka memprotret kita tanpa izin ketika kita sedang makan, tidur, berkembang biak, buang air besar, serta buang air kecil. Setelah itu, mereka menyebarkannya ke seluruh media sosialn,” keluh si Kangguru. “Ap ap appaaa?fo fo foto kita disebarkan di media sosial? Kurang ajar sekaliii!” marah si Kuda nil. “Memang betul, manusia itu terkenal jahat, mereka suka menyembeleh sapi, kambing, domba, ikan, serta ayam untuk dimakan, ahkan beberapa dari kaumku ditembak mati untuk dijadikan mumi hiasan,” pilu si Cendrawasi. Ia melanjutkan ceritanya, “Aku rindu sekali dengan orang tuaku dan saudaraku. Aku ingin sekali terbang menemui mereka di pegunungan Jaya Wijaya. Kami sudah tak bertemu selama 5 tahun. Semoga mereka masih hidup, hiks,hiks,” tangis si Cendrawasi.
Tiba-tiba, di ujung sana, ada teriakan yang menggemparkan, “Tolllooonngg,tollooonngg!” teriak si pengunjung di kebun binatang. Rupanya, ini ulah si Monyet yang menggigit tangan si pengunjung sambil merampas smartphone-nya dengan paksa ketika dia sedang memotret si Monyet. “Syukurin! Makanya kalau foto , minta izin dulu!” ketus si monyet dengan gembira.
Kemudian petugas kebun binatang segera menolong si pengunjung dengan mengambil smartphone-nya yang jatuh di dalam kandang. Dia berkata pada si monyet dengan lembut, “Yang ramah ya,” sambil mengelus dan memberikan sebuah pisang lezat kepadanya. Lalu dia keluar dari kandang dan berkata, “Dik, ini smartphone-mu,tanganmu gak papa kan? Yuk, kita pergi ke klinik kesehatan agar lukamu diobati.” Kemudian mereka pergi meninggalkan hewan-hewan itu.
Di dalam akuarium, terdapat seekor lumba-lumba botol yang satu matanya buta sebelah. Ia mendengar pembicaraan kawan-kawannya sejak awal. Ia berkata, “Aku mengerti keinginan kalian. Betul, manusia di luar sana terkenal jahat, bahkan mereka menjadikan anak kecil sebagai tumbal untuk mengumpan lumba-lumba. Saat itu, aku tidak tahu rencana jahat mereka dan aku langsung menolong anak kecil itu, tetapi aku ditangkap oleh jaring nelayan! Beruntung, aku selamat walau mata kananku tertusuk ujung kail saat aku berusaha keras melarikan diri dari dalam jaring.” Mendengar hal itu, si Singa mengaum sangat keras dan berteriak, “Ayo kita keluar dari sini! Mereka sudah mengurung kita terlalu lama!” Si Monyet dan hewan lainnya ikut berseru, “Ayooo bebas! Ayooo bebas!” Suasana di kebun binatang menjadi ribut. موقع الخيل Si lumba-lumba berkata, “Tapiii maaaffff, aku tak ingin ikut keluar dari sini, karena petugas itu sangat baik kepadaku. Dia rajin memberiku makanan, mengecek kesehatanku, dan mengganti air akuariumku dengan rutin, lagi pula di lautan bebas mencari makan itu sangat susah karena populasi ikan, ubur-ubur, serta cumi-cumi semakin sedikit, akibat polusi air laut dari polutan sampah, minyak, obat, serta merkuri. Selain itu, aku juga harus menghadapi banyak pemburu jahat dari Jepang yang suka membantai kaumku secara masal.” Mendengar cerita lumba-lumba itu, mereka jadi hening.
Kemudian datanglah petugas untuk memersihkan semua kandang. Setelah bersih, dia langsung pulang tanpa ingat menguncinya kembali. Si monyet yang mengetahui hal itu,langsung keluar dengan gembira. Singa berkata, “Hi monyet, tolong bukakan pintu kandangku juga!” Monyet segera membuka pintu kandangnya, lalu bertanya kepada hewan lainnya, “Hi guys, apakah kalian juga ingin bebas?” Cendrawasi, kuda nil, serta kangguru hanya terdiam meratapi cerita lumba-lumba tadi, lagi pula kalau melarikan diri , mereka tidak bisa kembali ke Australia, Papua, dan Afrika karena jaraknya terlalu jauh dari Jakarta.
Si Singa berkata kepada si Monyet, “Yuk, kita lompati tembok di pojok kanan itu, siapa tahu itu jalan keluar menuju hutan belantara,” sambil menunjuk tembok panjang di bawah pepohonan rindang. Ketika mereka melompatnya, ternyata itu adalah jalan raya. Tiba-tiba, aktivitas lalu lintas menjadi kacau dan di pinggir jalan, para pejalan kaki melarikan diri karena takut melihat seekor singa . akhirnya, si Singa dan si Monyet melarikan diri di antara kerumunan pejalan kaki. tiba-tiba, terdengar bunyi tembakan 2 kali, seketika si Singa langsung mati tergeletak. Polisi lalu lintas menembaknya karena menganggap singga akan menerkam banyak orang. Mengetahui hal itu, si Monyet segera menaiki tiang listrik tinggi di dekatnya karena takut ditembak, tetapi na’as, ia malah tersengat listrik di atasnya lalu mati seketika.
Pesan moral bagi singa dan monyet:
Tidak ada kebebasan yang absolut dan sempurna. Setiap pilihan ada konsekuensi risikonya masing-masing. طريقة لعبة البوكر في الجزائر Makhluk hidup diciptakan untuk merasakan penderitaan, tinggal sikap kalian menanggapi penderitaan itu menjadi kebahagiaan yang perlu disyukuri. Kemerdekaan bukanlah kebebasan yang sebebas-bebasnya, tetapi kebebasan yang mengikuti aturan hidup dan aturan alam untuk kebaikan bersama.
Pesan moral bagi cendrawasi, kangguru, kuda nil dan lumba-lumba :
rasa syukur telah menyelamatkan kalian dari maut sebab apa yang dipandang orang lain baik, belum tentu itu yang terbaik dan apa yang dipandang orang lain buruk, belum tentu itu yang terburuk. Memang betul hidup di dalam kandang dan akuarium menyebabkan kebosanan dan stress. Dari pada hidup bebas, tetapi jiwa terancam dan rencana tidak sesuai, pilih mana?