Kenangan Dalam Novel Trio Detektif: Misteri Puri Setan

Saya pertama kali membaca buku ini pada tahun 1999, yaitu pada saat menginjak usia sepuluh tahun. Kisah detektif yang menarik ini membantu saya mengatasi kebosanan karena harus terbaring di ranjang untuk menjalani pemulihan setelah operasi tumor otak. Pengalaman tersebut sering membuat saya tersenyum geli jika mengingatnya. Betapa tidak? Karena buku ini dan buku-buku lain yang dibelikan keluarga sebagai pembunuh waktu, saya sering harus berbantahan dengan perawat karena tidak mau tidur tepat waktu.

Buku ini adalah buku pertama dari serial Trio Detektif dan AlfredHitchcock. Gara-gara judul ini, banyak pembaca yang terjebak. Mereka mengira bahwa serial ini ditulis oleh Alfred Hitchcock. Padahal jika kita meneliti covernya, kita akan menemukan nama pembuat teks buku ini. Untuk Misteri Puri Setan sendiri penulisnya adalah Robert Arthur, Jr. Sedangkan untuk seri Trio Detektif selanjutnya penulisnya berbeda-beda. Di Indonesia, novel Trio Detektif yang merupakan novel terjemahan ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama.

Dalam kisah ini, Alfred Hitchcock sendiri berperan sebagai penulis kata pengantar, sekaligus pemberi tugas kepada Trio Detektif atau yang dalam versi bahasa Inggris disebut The Three Investigators. Dalam serial ini, Trio Detektif selalu membawakan kisah mengenai petualangan yang baru mereka selesaikan ke kantor Alfred Hitchcock di Hollywood. Termasuk di dalam Misteri Puri Setan ini.

Dalam buku ini, kisah awal pertemuan Trio Detektif dengan sutradara terkenal ini cukup kocak. Mr. Hitchcock yang melihat Jupiter yang merupakan pimpinan Trio Detektif menirukan dirinya ketika masih muda marah-marah dan meminta Jupiter agar tidak melakukannya lagi. Maka Jupiter pun mendapat angin. Ia setuju untuk tidak menirukan Mr. Hitchcock lagi, asalkan sutradara itu mau menuliskan kata pengantar untuk kasus-kasus mereka.

Misteri Puri Setan ini menceritakan mengenai tiga remaja laki-laki yang berencana membuat biro penyelidik. Mereka adalah Jupiter Jones, Pete Crenshaw, dan Robert Andrews. Jupiter Jones atau yang biasa dipanggil Jupe oleh kedua temannya adalah pemimpin Trio Detektif. Tubuhnya gempal dan tidak terlalu tinggi, sedangkan wajahnya bulat seperti bulan purnama. Jika mau, ia bisa terlihat seperti orang tolol. Padahal bisa dibilang ia adalah otak Trio Detektif.

Ia tinggal bersama paman dan bibinya yang mengelola sebuah perusahaan jual beli barang bekas karena kedua orang tuanya sudah tiada ketika ia masih kecil. Jupiter yang pandai namun agak terlalu percaya diri ini juga pandai berakting. Kepandaiannya ini didapatkan ketika ia memainkan tokoh Baby Fatso dalam sebuah serial televisi ketika masih kecil. Kepandaian ini sangat berguna di dalam kasus-kasus yang ditangani oleh Trio Detektif, dimana ia mampu mengecoh para penjahat dengan bakat aktingnya.

Di dalam kartu nama perusahaan Trio Detektif, Jupiter Jones tercatat sebagai Penyelidik Pertama. Sedangkan posisi Penyelidik Kedua dipegang oleh Pete Crenshaw. Pete adalah seorang pemuda atletis yang aktif sehingga Jupiter selalu memberikan tugas-tugas yang memerlukan kemampuan fisik kepada Pete.

Anggota yang terakhir bernama Robert Andrews atau biasa dipanggil Bob. Pemuda langsing yang memakai kacamata ini adalah kutu buku sehingga Jupiter memberinya tugas menangani data-data dan melakukan riset bagi kepentingan Trio Detektif. Pekerjaannya di perpustakaan sedikit banyaknya membantu tugasnya ini. Jika dibandingkan dengan kedua rekannya, ia terlihat paling kecil. Kendati demikian, ia sangat pemberani. Hal ini sering membuat saya geli karena Pete yang handal dalam kegiatan fisik seringkali tidak seberani Bob.

Ketiga remaja ini bermarkas di sebuah karavan tua yang terletak di Jones Salvage Yard, perusahaan jual beli barang bekas milik keluarga Jones. Karavan itu tersembunyi di balik tumpukan barang bekas yang menggunung sehingga tidak terlihat dari luar. Paman Titus yang merupakan paman Jupiter semula membelinya untuk dijual lagi. Namun, karena karavan tersebut tidak kunjung terjual, maka ia mengizinkan Jupiter dan teman-temannya menggunakannya. Trio Detektif kemudian menata karavan itu menjadi sebuah kantor yang dilengkapi oleh berbagai perlengkapan untuk menunjang kegiatan mereka, lengkap dengan beberapa jalan rahasia yang hanya diketahui oleh mereka bertiga.

Di buku ini Trio Detektif menghadapi sebuah misteri tentang sebuah kastil berhantu yang dijuluki sebagai Terror Castle. Puri itu terletak di sebuah ngarai yang sunyi dan terpencil. Bagi saya waktu itu deskripsi mengenai Terror Castle yang terdiri dari ruangan-ruangan seperti labirin mampu membangkitkan ketegangan saat membacanya. Saya dimanjakan dengan imajinasi mengenai sebuah bangunan yang menimbulkan suasana yang mencekam.

Apalagi ditambah dengan adegan-adegan yang terjadi kemudian seperti saat munculnya Hantu Biru, sebentuk kabut bercahaya biru yang tampak seolah-olah sedang memainkan sebuah orgel tua. Dan yang lebih seram lagi, orgel itu benar-benar membunyikan sebuah musik yang mendirikan bulu roma. Saya yang menyukai cerita-cerita berbau horor benar-benar terlarut dalam cerita sehingga waktu terlewat begitu saja tanpa terasa.

Sebagai novel yang ditujukan kepada pembaca anak-anak, trik-trik yang digunakan di dalam buku ini sederhana, namun berguna untuk meningkatkan pengetahuan seperti penggunaan proyektor untuk menampilkan bayangan hantu dan orgel yang mengeluarkan getaran subsonik yang menimbulkan perasaan gelisah yang berlarut-larut menjadi kengerian bagi yang mendengarkan. Selain itu, kreativitas Jupiter untuk mendaur ulang barang bekas menjadi barang-barang yang menunjang aktivitas mereka mampu menginspirasi para pembaca.

Amanat atau pesan yang disampaikan dalam Misteri Puri Setan ini adalah untuk mengetahui sesuatu diperlukan kegigihan untuk memperjuangkan pengungkapan misteri tersebut. Selain pesan utama tersebut, banyak juga ditemukan nilai-nilai persahabatan dan kekompakan di antara Jupiter, Pete, dan Bob. Selain itu, dari tokoh Stephen Terril juga bisa diambil suatu pelajaran bahwa suatu kebohongan suatu saat akan terungkap, seperti kata pepatah “sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga.”.

Last Updated on 7 tahun by Redaksi

Oleh Cchrysanova Dewi

Chrysanova Prashelly Dewi adalah alumni Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang. Gadis yang mengalami ketunanetraan sejak berusia lima belas tahun ini gemar menulis, membaca, dan mendengarkan musik

1 komentar

  1. seru ya. Komik atau buku cerita semasa kanak-kanak memang biasanya kisah-kisahnya akan membekas dan berpengaruh untuk kehidupan kita di saat dewasa. Semoga terus menerbitkan tulisan-tulisannya di Kartunet ya.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *