Seragam bhakti selimuti sang pemimpi
Kian hangatkan mimpi yang bersemi sejak dini
Atribut tersemat tak sekedar tuk ragawi
Lebih dari itu, lebih dari skedar cirikan jati diri
Justru ia sematkan dalam hati, iringi langkah berani mati
Posisikan diri sebagai prajurit sejati
Tak lagi pandangi Sang Imajinasi yang tegak penuhi kompi
Karena cita telah berganti janji mengabdi hingga nadi terhenti
Semangat juang pemuda tangguh menjulang pagari negeri
Strategi bersinergi jadi energi tuk lumpuhkan target operasi
Malam tetap disusuri, tak peduli timah panas bersarang di kaki
Nyeri seakan tak berarti demi bhakti pada Ibu Pertiwi
Itulah bukti akan janji tuk kibarkan Merah-Putih hingga tiang tertinggi
Namun Sang Macan tak selamanya mengaum di medan perang
Wajahnya tak lagi garang termakan senja yang menjelang
Katanya tak lagi lantang terkikis riak gelombang
Tubuhnya gersang tersudut di hamparan padang ilalang
Yang tersisa hanya kenangan berbingkai yang usang namun tak lekang
Dan tahukah kau, wahai Pejuang?
Kisah lorengmu kan selalu terngiang meski senjata tak lagi kau pegang…
Untuk Bapak yang tak lagi bergerilya di medan perang