MAKNA HIDUP PADA MANTAN PECANDU ALKOHOL YANG SUDAH MENIKAH

Depok-14/3/2014
Selamat sore WIB,
Mohon maaf atas apa yang terjadi dulu,
SSyukurnya mood saya kembali,

Sedikit kisah dari apa yang akan saya bagikan di judul dan di bawah ini adalah hasil skripsi yang saya bantu habis-habisan, seorang teman yang bisa dibilang dekat sih.

Semua terjadi kebetulan, karena dari dahulu kala saya sering sekali senang untuk membantu teman-teman dan adik-adik kelas yang meminta pertolongan untuk karya tulis mereka yang mandek.

Kenapa? Soalnya, pengalaman sih, yah sembari iseng-iseng ngisi waktu. Namun, saya sendiri juga memiliki keterbatasan tertentu dan satu orang ini pernah saya marahi supaya mandiri.

Walhasil, alhamdulillah presentasinya bisa dan sukses! Begitulah ungkapnya saat terakhir dimana gitu ya, lupa hehehe. I miss you my friend. Mayan hadiah atas jasaku, film kesayangannya dia lagi hehe.

Dan lucunya, kami lulus di tahun yang sama, 2011. Tapi berbeda waktu wisudanya, saya duluan dooong :p

Berikut:

Dwi Putri Oktivia
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

ABSTRAK
Fenomena pergaulan yang terjadi di masyarakat salah satunya adalah penggunaan alkohol secara berlebihan. Orang-orang yang menjadi pecandu alkohol disebut dengan alkoholik.

Efek yang ditimbulkan setelah mengonsumsi alkohol dapat dirasakan dalam waktu singkat, namun efeknya berbeda-beda dan beragam.

Dampak buruk dari alkohol tidak hanya merugikan orang lain, namun juga merugikan diri sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran, faktor-faktor pada mantan pecandu alkohol yang sudah menikah.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus, pengamatan dilakukan dengan wawancara dan observasi subjek yang diverifikasi dengan hasil wawancara dan observasi significant other.

Subjek adalah seorang pria dewasa yang berusia 30 tahun dan sudah menikah, pria tersebut memiliki usaha pembuatan sepatu.

Berdasarkan data yang diperoleh, subjek memiliki gambaran makna hidup, karena dilihat dari unik dan personal, spesifik dan konkrit, serta memberi pedoman dan arah.

Subjek memperoleh proses penghayatan hidup bermakna yang dilihat dari pemahaman diri, bertindak positif, pengakraban hubungan, pendalaman dan pemahaman tri nilai, dan ibadah.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa kebermaknaan hidup yang muncul dari diri subjek berkembang karena mendapat pengaruh positif dari keluarga dan orang-orang terdekat.

Kata kunci : Makna Hidup, Mantan Pecandu Alkohol, Sudah Menikah. Skripsi tidak diterbitkan.

Kita langsung masuk ke konsep ya, selamat membaca.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya jaman, banyak sekali perubahan yang terjadi. Perubahan itu menyelimuti hampir seluruh aspek kehidupan. Salah satu dari perubahan-perubahan itu adalah perubahan sosial. Hollander (1981) menyatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu proses adaptasi terhadap keadaan dan kondisi baru yang diakibatkan oleh semakin terbukanya informasi, kontak budaya dan inovasi teknologi yang terus menerus. Perubahan sosial ini ternyata juga menimbulkan akibat bagi manusia itu sendiri.

Adanya perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, juga ikut merubah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri, dan berakibat pada terjadinya pergeseran nilai-nilai di dalam masyarakat, termasuk di dalamnya masalah-masalah pergaulan dan gaya hidup. Saat ini banyak sekali orang-orang terutama para generasi muda yang membutuhkan perhatian khusus karena remaja sudah terpengaruh dengan gaya hidup yang sudah tidak benar lagi, mudah terpengaruh dengan hal-hal yang buruk dan terjerumus dalam perilaku yang negatif seperti pergaulan bebas, merokok, minum-minuman keras beralkohol, mengkonsumsi obat terlarang (NAPZA/ Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif) dan sebagainya.

Salah satu dampak negatif dari perubahan gaya hidup dan pergaulan generasi muda saat ini adalah adanya penggunaan alkohol yang berlebihan, sehingga menjadi pecandu alkohol. Orang-orang yang menjadi pecandu alkohol disebut juga dengan alkoholik (alcoholic), dan orang-orang yang alkoholik adalah mereka yang menderita akibat perilaku minum-minuman keras (Chaplin, 2000).

Kaplan dan Sadock (1997), menjelaskan bahwa alkoholisme adalah suatu perilaku atau kekacauan dan rusaknya kepribadian disebabkan oleh perilaku atau nafsu minum yang kompulsif sifatnya. Lebih lanjut Kaplan & Sadock (1997) mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena individu meminum minuman yang memiliki kadar alkohol yang sangat tinggi (terlalu banyak) dan dijadikan suatu kebiasaan.

Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka seseorang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi (Mandagi & Wresniwiro, 1996).

Psikosa alkoholik (alcoholic psychosis) adalah suatu penyakit mental parah yang ditandai dengan adanya peradangan kronis atau akut di otak, hadirnya delirium, halusinasi-halusinasi, adanya kerusakan pada daya ingat atau memori, dan individu akan mengalami kemunduran umum dalam daya pertimbangan, hal tersebut dapat terjadi jika individu benar-benar menjadi seorang alkoholik yang kronis (Chaplin, 2000). Jika dikonsumsi dalam jumlah yang kecil, alkohol dapat menimbulkan perasaan releks, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosinya, seperti rasa senang, sedih ataupun marah (Mandagi & Wresniwiro, 1996).

Menurut penelitian di Amerika Serikat terhadap para narapidana, 80% diantaranya melakukan tindak kejahatan dibawah pengaruh menuman keras beralkohol. Hal ini disebabkan karena pengaruh alkohol pusat pendidikan diri seseorang sehingga yang bersangkutan menjadi agresi (Mandagi & Wresniwiro, 1996).

Banyak sekali pandangan masyarakat yang menganggap bahwa pencandu alkohol tidak jauh berbeda dengan pecandu narkotika. Mereka sama-sama sampah masyarakat, dalam arti mereka selalu berbuat onar, meresahkan dan merugikan orang-orang di sekitarnya (Kesuma, 2004). Ini disebut juga stigma negatif/su’uzon/prasangka buruk.

Melihat hasil otopsi yang dikeluarkan oleh kepolisian Resor Indramayu, ke 6 pemuda yang tewas tersebut karena menenggak minuman keras yang dicampur dengan bahan lotion anti nyamuk (AUTAN) (Kompasonline, 2009).

Dalam sebuah contoh kasus kematian seorang pemandu karaoke di sebuah Hotel yang berada di jawa tengah diakibatkan dengan mengkonsumsi minuman keras. Dari hasil penyelidikan di dapatkan bahwa dari minuman keras itu terdapat zat yang membahayakan, yaitu campuran bahan methanol dalam minuman keras tersebut (metro.vivanews.com)
Pada kasus lain, delapan puluh orang tewas di Uganda Baratdaya setelah mereka menenggak minuman beralkohol yang dicampur dengan methanol. Sejumlah orang di negara Afrika timur itu (2002) seringkali mengkonsumsi minuman buatan lokal murah yang kadang dioplos dengan bahan kimia agar lebih keras, yang biasanya mengakibatkan kematian (www.solopos.com).

Selain itu juga banyak sekali kasus kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri dan anaknya dikarenakan pengaruh minuman keras beralkohol tersebut. Bahkan tidak sedikit dari korban kekerasan rumah tangga tersebut meninggal dunia akibat penganiayaan yang dilakukan oleh suaminya yang sedang dalam keadaan mabuk atau dalam pengaruh minuman keras (Kompasonline, 2009).

Jenuh, jengah dan bosan karena hampir setiap saat individu melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Momen ini membuat individu secara sadar mengakui bahwa perilaku buruk yang telah dilakukannya selama ini sangat tidak baik dan berdampak buruk bagi orang lain dan dirinya sendiri. Individu juga secara sadar mengakui bahwa perilaku-perilaku buruk yang dilakukannya selama ini adalah sebagai akibat dari perilaku meminum minuman keras beralkohol tinggi (Kesuma, 2005).

Para pecandu alkohol hidupnya mengalami penderitaan dan penolakan secara psikologis. Banyak dari individu yang merasa bahwa dirinya tidak berguna, frustasi, stres bahkan depresi. Individu menganggap bahwa seluruh kehidupannya tidak berarti dan tidak mempunyai makna. Banyak dari individu yang merasa bahwa hidupnya kosong dan tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena individu mengalami penolakan, disisihkan oleh keluarga maupun lingkungan sekitar (Pangky, 2003). Ini masuk ke Psikososial.

Para mantan pancandu alkohol mungkin memang tampak terlihat merasa nyaman, bahagia, berkumpul bersama teman-teman sepergaulannya atau seklompoknya, namun itu tidak menjamin bahwa individu benar-benar bahagia dengan keadaan yang sesungguhnya. Individu melakukan suatu pengalihan perasaan sedih dan menderita dengan menonjolkan perilaku yang tampak bahagia, bersenang-senang, tetapi di balik itu semua individu sebenarnya merasa kosong, hampa dan merasa hidupnya tidak berarti dan tidak bermakna (Pangky, 1993).

Individu ingin diterima kembali oleh masyarakat dan keluarganya, karena individu telah sadar akan kesalahannya di masa lalu (Pangky, 2003).

Berdasarkan fenomena diatas, Frankl (2004) mengatakan bahwa hidup bisa dibuat bermakna melalui tiga jalan, antara lain melalui apa yang dapat kita berikan kepada hidup (kerja kreatif), melalui apa yang kita ambil dari hidup (menemui keindahan, kebenaran dan cinta), kemudian melalui sikap yang diberikan terhadap ketentuan dan nasib yang tidak bisa diubah (penderitaan yang tidak dapat kita hindari). Jadi ketika individu mengalami nasib buruk atau menghadapi penderitaan dan pengalaman yang tidak menyenangkan, manusia masih bisa merealisasikan nilai yang tinggi dan menciptakan makna yang dalam, yakni makna penderitaan.

Sebuah contoh paling sederhana, mantan pecandu alkohol ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti menggalang dana bantuan untuk korban gempa bumi di Sumatra. Tidak sedikit komunitas mantan pecandu alkohol memberikan sumbangan baik itu uang, makanan ataupun pakaian bekas yang dikoordinir kemudian disalurkan ke lembaga-lembaga sosial yang menangani bantuan (Poskota, 2009). Hal ini membuktikan bahwa mereka telah mengalami perubahan yang positif, karena mereka mulai dan mau perduli terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.

Bukan hanya perduli dengan apa yang terjadi disekitar mereka, banyak mantan pecandu alkohol yang menyadari masuk pesantren atas dasar ingin memperbaiki diri dan menjadi orang yang lebih baik lagi, karena mereka individu memiliki anggapan bahwa dengan belajar agama, maka dirinya akan mendapatkan pencerahan, kebaikan dan makna hidup yang dengan sendirinya akan mengalami perubahan baik secara personal dan perilaku (Sarwono, 2005).

Banyak dari para mantan pecandu alkohol mengalami perubahan yang pesat dan positif baik dalam hal perilaku dan kepribadian mereka (Pangky, 1993).

Duran (dalam Sundari, 2001) mengatakan bahwa makna hidup adalah suatu penghayatan bermakna yang secara sadar dipahami melalui pengalaman-pengalaman hidup yang penting, penciptaan suatu hasil karya tertentu yang berharga dan sikap yang tegar dalam mengahadpi sebuah penderitaan yang tidak dapat dielakkan.
Makna hidup yang muncul pada mantan pecandu alkohol bisa juga disebabkan oleh adanya faktor keluarga.

Mohon maafkan atas kepanjangan tulisan,
Terima kasih atas ketersediannya untuk membaca,
Smeoga bermanfaat,
Salam,
Penulis,

Last Updated on 10 tahun by Dimas Prasetyo Muharam

Oleh Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono

Nama lengkap saya adalah Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono, biasa dipanggil Tyas. Sejak 2012-sekarang saya mengalami halusinasi suara, jangan takut sama saya, 2013-2016 mengalami penurunan penglihatan (low vision) dan hingga kini terganggu penglihatan. Saya ini orangnya kritis :)

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *