Manusiakan Kami!

Guys, banyak diantara kita saat ini kawatir dengan masa depan kita. Karna perekononian dunia yang tidak menentu, crisis yang terjadi dalam segala bidang di negri ini, krisis kepemimpinan, krisis kepercayaan dan krisis-krisis yang lain, yang semua itu membuat kita sebagai warga Negara merasa cemas dengan masa depan kita.

Apa lagi kita sebagai penyandang disabilitas yang pada kenyataannya saat ini masih banyak perlakuan diskriminatif di berbagai bidang kehidupan, yang diantaranya perlakuan diskriminatif dalam dunia pendidikan dan dalam dunia kerja. Yang itu membuat kita sering kali jauh lebih kawatir dibanding dengan kekawatiran yang dialami kebanyakan masyarakat umum. Dan saat ini kita sebagai penyandang disabilitas di kejutkan dengan adanya pemberitaan mengenai perlakuan diskriminatif terhadap kita penyandang disabilitas untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi.

Baca:  Aksesibilitas Uang Tak Cukup hanya 3D

Adanya perlakuan diskriminatif dalam dunia pendidikan ini

membuat kita sebagai penyandang disabilitas akan semakin termarjinalkan. Pendidikan adalah merupakan salah satu jalan bagi kita untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Namun saat ini jalan itu sangat sulit bagi kita para penyandang disabilitas untuk dapat menempuhnya, banyak pihak pemangku kepentingan berusaha untuk menutup jalan itu.

Kondisi disabilitas sering kali termarjinalkan karna kondisi fisik ditambah dengan kondisi ekonomi yang kebanyakan merupakan golongan ekonomi kelas menengah ke bawah. Dan ketika kita ingin berusaha mengubah kondisi itu dengan jalan berusaha menempuh pendidikan setinggi mungkin untuk dapat keluar dari golongan yang termarjinalkan ini kita sering diperlakukan tidak pada semestinya.

Ungkapan “carilah ilmu walau sampai ke negri china” ini mungkin belum berlaku bagi kami para penyandang disabilitas. Jangankan kami menempuh pendidikan sampai ke negeri China, ingin memasuki pendidikan negeri ini pun yang notabenya adalah tanah lahir kami sendiri kami harus membutuhkan perjuangan. Meski di negeri ini menjamin semua warga Negara untuk dapat berpendidikan bahkan itu tercantum dalam pembukaan Undang-undang dasar negeri ini “mencerdaskan semua bangsa”. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah kami ini termasuk salah satu warga bangsa ini?? jika hak pendidikan itu masih berlaku diskriminatif untuk kami.

Wahai para pemangku kebijakan, ingatlah disabilitas bukanlah sebuah pilihan, seperti jenis kelamin, warna kulit, suku bangsa dan berbagai keragaman yang ada. disabilitas merupakan salah satu bentuk dari keberagaman mahluk yang di ciptakan oleh sang pembuat mahkluk. Dan sebagai mahkluk yang mengakui adanya keberagaman yang telah diciptakan oleh Tuhan hendaklah kalian memperlakukan kami sama tanpa berlaku diskriminatif dalam hal apapun. Wahai kalian pemangku kebijakan, ingatlah cepat atau lambat kalian pun akan mengalami apa yang disebut disabilitas ini, sudah menjadi suatu hukum alam , dengan seiring bertambahnya usia maka kondisi fisik akan menurun dan indra yang saat ini anda gunakan pun perlahan akan menurun fungsinya. Manusia akan tersadar ketika apa yang mereka punya perlahan berkurang atau bahkan hilang.

Baca:  Peranan Media dalam Dunia Disabilitas
Bagikan artikel ini
Sapto Kridayanto
Sapto Kridayanto

Seorang tunanetra, karyawan di salah satu Bank Swasta di Jakarta. Koordinator program Kartunet Community 2013-2015.

Articles: 18

7 Comments

  1. Sedih, terharu tapi ketawa ngakak jg baca komen2nya. Yawda klo emang byk fakta yg ga sesuai di dunia sinetron n perfilm-an, smoga suatu saat nanti salah satu anggota kartunet ada yg bs jd produser yg menceritakan keadaan yg
    real. Pasti lbh menarik dr pd yg dibuat-buat.
    Mungkin seharusnya setiap orang berefleksi bagaimana jika ia ada dlm keadaan disable sperti itu, barulah ia menyadari betapa berharganya diakui dan disamakan *loh kaya status skolah ya 😀
    . Tp ga smua org acuh tak acuh ko, contohnya sy yg dulu bener 2 ga tahu ttg disable. Sy merasa akan sgt.sulit untuk berinteraksi.dgn mereka, tp smua itu ternyata hanya asumsi belaka. Kita bisa saling bertegur sapa, bercanda n bahkan berorganisasi bersama. Ini baru sy rasakan n menurut sy bukan pula salah sy klo misalkan asumsi sy masih seperti dahulu krn sy belum pernah merasakan kehidupan bersama dgn disable. Tapi skr sering ketawa bareng dgn mereka n kayanya ga ada yg beda.

  2. Sering dalam sinetron kita, kalau ada tokohnyamengalami kecelakaan lalu jadi disabilitas, misalnya tunanetra, dioperasi selalu sembuh. Yang cacat mental tiba-tiba jadi sembuh. Padahal Padahal biarkan saja tokoh ini tetap tunanetra, tapi dia berhasil. Ini bukti bahwa disabilitas masih dianggap menakutkan di masyarakat.

    • sebetulnya bukan pada masalah sembuhnya mas, tapi cara sembuhnya itu yang kadang2 gak masuk akal. Lupa ingatan kebanyakanya. habis ketabrak lagi malah sembuh 😀

  3. inilah salah satu kebijakan pemerintah yg menurut gw disable bagi penyandang disabilitas, kenapa?? Karna mereka memandang kita sebagai penyandang disable dengan pandangan sebelah mata. Bukankah itu disable jg?? karna mereka punya dua mata…

    • kesadaran akan itu masih jauh panggan dari api. konsep yang dipegang masih orang normal dunianya berbeda dengan penyandang disabilitas. padahal yang benar adalah penyandang disabilitas dan mereka yang belum jadi penyandang disabilitas. Tak ada yang tahu jalan hidup manusia bukan? Kalo maunya main hitung-hitungan, anggap saja investasi.

Leave a Reply