Memahami Cerebral Palsy

Jakarta, Kartunet.com – Istilah Cerebral Palsy diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Winthrop Phelp pada 1957. Phelp menyatakan Cerebral Palsy adalah suatu gangguan pada gerak tubuh yang ada hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap, akibatnya otak tidak berkembang.[1] Menurut Phelp, Cerebral Palsy bukanlah suatu penyakit yang progresif, sehingga tidak mengenal istilah sembuh untuk gangguan ini.


Menurut arti katanya, Cerebral Palsy terdiri dari dua kata, serebral dan palsi. Serebral berarti otak. Palsi berarti kekakuan. Maka, arti dari Cerebral Palsy adalah kekakuan otak. Soeharso (1977) mengatakan bahwa Cerebral Palsy adalah kekakuan yang disebabkan karena sebab-sebab yang terletak di dalam otak.


Cerebral Palsy juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan kerusakan jeringan otak yang kelak dan tidak progresif, terjadi sejak individu dilahirkan dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis yang dapat berubah selama hidup, serta menunjukkan gangguan dalam sikap pergerakan, disertai gangguan neurologis berupa kelumpuhan spastik, gangguan ganglia basalis, dan serebelum.


Menurut Mc Kimslay (1983), dari segi patologis, Cerebral Palsy terjadi tergantung dari berat ringannya dangguan atau kerusakan yang terjadi pada otak. Gangguan tersebut sangat komplek, dapat  terjadi di satu bagian atau menyeluruh. Umumnya, Cerebral Palsy mengenai daerah korteks motorik, traktus piramidalis, ganglia basalis, batang otak, dan serebelum.


Dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (Mulyono Abdurrahman dan Sudjadi, 1994), Cerebral Palsy adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan ketidakmampuan fungsi motorik yang diakibatkan olrh kerusakan otak. Dengan demikian, pada dasarnya Cerebral Palsy adalah suatu masalah koordinasi otot.


Pada individu Cerebral Palsy, otak mereka sebenarnya normal. Hanya saja, otot tidak mengirim sinyal-sinyal penting untuk memerintahkan otot-otot mereka saat bergerak. (Pueschel, 1988: h. 131)


United Cerebral Palsy Associations merumuskan Cerebral Palsy sebagai suatu kumpulan keadaan, biasanya pada masa kanak-kanak, yang ditandai dengan kelumpuhan, kelemahan, tidak adanya koordinasi atau penyimpangan fungsi motorik yang disebabkan gangguan pada pusat kontrol motor di otak.


Pengertian Cerebral Palsy sebenarnya tidak sesuai lagi dengan berbagai keadaan nyata para penyandangnya, baik dari sebab-sebab gangguannya maupun gejala-gejala yang ditimbulkannya. Kondisi ini karena bagian otak yang mengalami kerusakan tidak hanya otak besar tetapi juga terjadi pada otak kecil, seperti yang terdapat pada anak Cerebral Palsy jenis ataxia. Selain itu, beberapa kasus dalam jenis-jenis Cerebral Palsy tidak hanya mengalami kekakuan motorik, sebagiannya juga mengalami kelumpuhan atau kelayuhan.


 


Berbagai Faktor Penyebab Cerebral Palsy


Secara umum semua bentuk gangguan pada anak berkebutuhan khusus, termasuk disabilitas tubuh disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor sebelum kelahiran (faktor selama masa kehamilan), faktor dalam masa persalinan (faktor saat melahirkan), dan faktor dalam masa setelah kelahiran.


Faktor pada masa sebelum kelahiran atau kehamilan. Yang dimaksud dalam masa kehamilan adalah masa di mana bayi masih kandungan (janin) hingga saatnya dilahirkan. Dalam masa kandungan ini, janin dapat saja terserang penyakit yang dapat mengakibatkan banyak hal, pun di dalamnya Cerebral Palsy.


Di masa dalam kandungan ini, setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan janin terserang penyakit atau mengalami gangguan atau kerusakan. Empat faktor tersebut adalah makanan, bahan kimia dan fisik, infeksi penyakit, dan lingkungan ibu ketika mengandung.


Faktor Makanan. Makanan ibu saat mengandung dapat memengaruhi gizi, pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan fungsi organ janin. Kekurangan bahan makanan mulai menimbulkan kerusakan terhadap perkembangan anak ketika anak sudah dilahirkan.


Komposisi makanan ibu saat mengandung juga perlu diperhatikan, karena kekurangan gizi pada ibu dapat berpengaruh pada kurangnya gizi pada janin. Terlebih lagi jika ibu yang  mengandung mengalami keracunan makanan, maka janin dalam kandungannya secara otomatis terkena racun tersebut.


Kondisi di atas memengaruhi kondisi janin dengan derajat yang berbeda-beda tergantung dengan periode kehamilan ibu. misalnya pada masa kehamlan trisemester pertama, yakni pada masa pembentukan organ otak, ibu mengalami kekurangan vitamin. Kondisi ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan otak secara sempurna, sehingga terjadi gangguan pada susunan saraf pusat di otak janin.


Faktor Bahan Kimia dan Fisika. Contoh untuk faktor ini adalah kejadian di Jepang beberapa puluh tahun silam. Pada 1950, ikan yang dimakan oleh penduduk Jepang terkontaminasi metil merkuri (air raksa) yang berasal dari limbah industri. Sejumlah 6% dari ibu yang mengandung dan memakan ikan ini melahirkan anak yang mengalami gangguan atau kerusakan otak yang serius.


Obat thalidomide yang biasa dikonsumsi ibu hamil pada masa kehamilan dua bulan pertama juga mengakibatkan risiko gangguan pada bentuk anggota gerak dan telinga. Di samping itu, ibu hamil yang merokok juga memiliki kaitan dengan bayi yang dilahirkan dengan berat badan yang rendah. Kondisi-kondisi di atas bukanlah akibat utama dari apa yang terjadi saat ibu mengandung. Akan tetapi, gangguan-gangguan di atas menjadi penyebab dan termasuk dalam hal yang memengaruhi proses perkembangan bayi hinga dewasa.


Faktor Infeksi Penyakit. Beberapa infeksi  penyakit yang menyerang ibu hamil dipercayai menjadi penyebab kerusakan atau gangguan otak pada janin dan menghambat perkembangan bayi. Infeksi-infeksi penyakit tersebut meliputi sebagai berikut.


Infeksi Cytomegalo Virus (CMV). Infeksi CMV, terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan mempunyai risiko besar untuk turut menginfeksi janin. Persentasi risiko infeksi CMV pada janin kurang lebih 30-50%. Akan tetapi, dari semua itu hanya 0.2-2.5% yang berakibat kerusakan jaringan yang dapat diketahui.


Secara klinis, sekitar 90% dari bayi baru lahir yang terjangkit infeksi ini dinyatakan normal. Bebrapa bulan setelah kelahiran, barulah ditemui adanya gangguan pendengaran dan gangguan pernafasan ringan, tetapi penurunan kecerdasan pada bayi tidak terlihat secara jelas.


Selain CMV, virus lain yang dikenal mampu mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan otak adalah jenis rubella dan varicella.


Bakteri Sifilis. Bakteri sifilis dibawa oleh ibu yang terjangkit bakteri ini karena penularan pasangan di masa muda. Ibu yang membawa bakteri ini biasanya tidak mendapatkan pengobatan.


Bakteri lain yang sejenis ini dan lebih ganas untuk merusak otak adalah bakteri histeria monocitogenes. Janin yang terkena bekteri ini dapat mengalami kematian dan pada saat lahir dan hidup dapat menyebabkan kerusakan otak yang cukup berat.


Parasit. Parasit yang dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan otak adalah Taksopalasma gondii. Protozoa jenis ini mengakibatkan penyakit taksoplasmasis yang menyebar melalui daging kambing dan babi. Parasit ini dapat menembus plasenta dan menyebabkan infeksi pada janin.


Gambaran klinik untuk faktor infeksi penyakit memang sangat bervariasi. Kerusakan dan gangguan otak yang diakobatkan juga tidak hanya Cerebral Palsy, tetapi juga bisa berupa enchepalitis, hidrosepalus, mikrosepalus, dan gangguan kecerdasan ringan hingga berat.


Faktor Lingkungan Ibu saat Mengandung. Faktor ini dapat dikarena lingkungan ibu yang kurang memadai, Bentuk dari faktor ini juga sangatberagam. Untuk lebih jelasnya, beberapa contoh kondisi lingkungan ibu yang dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan otak pada janin adalah (1) adanya radiasi yang melebihi batas normal. Hal ini menjadi perhatian khusus kepada ibu yang bekerja di lingkungan dengan radiasi yang cukup tinggi, (2) Adanya beban fisik ibu karena pengobatan tertentu, seperti pemberian hipnotika dalam jangka panjang. (3) Adanya penyakit yang menyertai ibu dan tidak memperoleh pengobatan yang memadai. Misalnya, ibu mengalami keracunan CO (karbon monoksida) yang menahun, dan infeksi penyakt lainnya yang mengakbatkan terganggunya janin.


 


Faktor pada Masa Kelahiran. Proses melahirkan setiap orang berbeda-beda, tergantung dengan kendala dan kemudahan setiap ibu. Lama proses kelahiran ternyata juga memengaruhi kesehatan bayi. Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan pada bayi adalah (1) penggunaan alat bantu seperti tang dan vacuum saat ibu kelelahan saat melahirkan, (2) bayi kekurangan oksigen (O2), (3) kelahiran premature, (4) berat badan bayi kurang, (5) kelebihan bilirubin dalam darah.


Faktor pada Masa Setelah Kelahiran. Selain dua faktor utama di atas, masa-masa bayi setelah dilahirkan hingga waktu yang tidak  tentu juga dapat  menjadi faktor terjadinya gangguan perkembangan otak. Hal-hal yang berisiko untuk menyebabkan Cerebral Palsy adalah kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi,  seperti jatuh atau terkena pukulan pada kepala bayi, dan infeksi atau peradangan yang menyerang otak, seperti enchopalitis atau peradangan selaput otak.


Berdasarkan penjelasan di atas, banyak sekali kemungkinan yang dapat menyebabkan Cerebral Palsy. Oleh karena itu, Cerebral Palsy menjadi jenis disabilitas tubuh yang jumlahnya cukup besar dibandingkan dengan jenis yang lain.(Nir)

Last Updated on 6 tahun by Redaksi

Oleh Lisfatul Fatinah

Guru pendidikan khusus yang senang mengajar, menulis, dan menonton film.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *