Bandung, Kartunet.com – Dalam proses pendidikan pada anak low vision disiapkan untuk dapat mandiri dalam aktivitasnya sehari-hari dan ia dapat memasuki lingkungannya. Diharapkan pula ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan demikian ia dapat ikut andil dalam membangun bangsa. Anak low vision yang dapat terampil salah satu nya ialah keterampilan dalam menulis.
Siswa low vision menggunakan peralatan yang sama dengan apa yang biasa digunakan oleh siswa awas pada umumnya, seperti crayon, balpoint, pen, pencil, kapur tulis, spidol berbagai ukuran dan jenis, dan sebagainya.
Perbedaannya terletak pada hanya ukuran dan ketebalan tulisan yang diperlukan sehingga bisa dibaca. Dengan demikian peralatan menulis bagi siswa low vision bisa didapat pada toko buku dan alat tulis pada umumnya. Alat tulis berwarna gelap dan kertas dengan garis tebal. Kombinasi antara besarnya simbol dan kertas dengan garis yang kontras dan tebal akan menghasilkan kesiapan dan kemudahan bagi siswa low vision dalam menulis.
Mengetik adalah hal yang sangat penting bagi siswa low vision, dengan keterampilan tersebut merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dengan program menulis untuk menetapkan berhasilnya tes dan kenaikan kelas. Sebaiknya sejak kelas 3 sekolah dasar sudah dimulai menggunakan mesin tik awas. Mengetik memang akan lebih cepat dan dapat dibaca daripada tulisan tangannya. Untuk mengoperasikan mesin tik dan mengajarkan pada siswa low vision tidak berbeda dengan yang diperoleh oleh siswa yang awas.
Banyak siswa yang belajar mengetik dari membaca buku yang bertuliskan besar. Pada saat ini mengetik bisa langsung menggunakan perangkat kompiuter, ini akan memudahkan anak dalam mengikuti aktivitas belajar mengajar di sekolah umum.
Untuk itu program keterampilan menulis bagi siswa low vision harus mengandung dua tujuan yaitu :
1) Siswa low vision dapat menggunakan peralatan menulis sesuai dengan kebutuhan.
2) Siswa low vision dapat terampil menggunakan metode mengetik awas tradisional dan modern (komputer) dengan baik. (Danu)
Saya ketika kelas 1 SMP masih lowvision cukup baik. Masih dapat membaca tulisan awas meski harus menggunakan kaca pembesar +20. Tapi oleh pihak yayasan saya direkomendasikan untuk belajar huruf braille. Mereka bilang hal itu bukan sebagai bentuk “mentunanetrakan”, tapi untuk menjaga sisa penglihatan agar tidak semakin parah karena syaraf mata dipaksa untuk melihat tulisan.