Memahami Pengertian Anak Berbakat

Jakarta, Kartunet.com – Banyak istilah yang kerap kali digunakan untuk menyebut anak berbakat. Istilah yang digunakan sangat beragam, sesuai dengan pandangan berbagai kalangan. Perbedaan dalam menafsirkan siapa yang dimaksud dengan anak berbakat ini adalah relative, tergantung terhadap kepentingan berbagai pihak yang cukup relatif. Beberapa tokoh yang berperan dalam pendidikan anak berbakat pun memiliki pengertian yang berbeda terhadap anak berbakat, misalnya saja seperti tokoh-tokoh di bawah ini.


 


Terman berbpendapat bahwa anak berbakat adalah anak yang memiliki  IQ di atas 140 atau anak yang termasuk superior. Dari pengertian yang dikemukakan Terman, anak berbakat hanya ditentukan oleh tingkat intelektualnya, tanpa memerhatikan aspek yang lain.

Baca:  Al-Firdaus, Sekolah Inklusif Terbaik 2012

 


Utami Munandar, seorang pendidik anak berbakat di Indonesia, menyatakan yang dimaksud dengan anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi tertentu. Anak berbakat menurut Munandar umumnya meiliki IQ di atas rata-rata minimal 130.


 


US Office of Education (USOE), dalam Marland (1971), menyepakati yang dimaksud dengan anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, di mana anak tersebut karena kemampuannya yang sangat menonjol dapat memberikan prestasi yang tinggi. USOE menekankan bahwa anak berbakat diperkrakan mampu menunjukkan prestasi keberbakatannya dan mampu mengaplikasikan keberbakatannya untuk sekitarnya. Sehingga, keberbakatannya dapat membawa manfaat untuk negaranya.


 


Dalam Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Luar Biasa yang dilakukan 15-17 September 1980 silam, dibuat suatu kesimpulan bahwa yang masuk dalam kategori anak berbakat adalah anak yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampuan yang unggul. Anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferesiasi (berbeda) dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan keberbakatan mereka terhadap masyarakat maupun pengembangan diri sendiri dalam bentuk kemampuan dan prestasi.


 


Berbeda dengan beberapa tokoh dan pengertian di atas, Renzulli mengemukakan bahwa yang termasuk dalam kategori anak berbakat adalah anak yang harus memiliki tiga kemampuan yang disebut The Three Ring Conception of Giftedness. Tiga kemampuan ini adalah anak yang memiliki kemampuan umum di atas rata-rata (melalui tes IQ), kreativitas di atas rata-rata, dan memiliki komitmen yang tinggi teerhadap tugas (task commitment).


 


Pengertian yang dicetuskan Renzuli di atas, hingga saat ini menjadi suatu acuan bagi para guru kebutuhan khusus (ortopegagog). IQ di atas rata-rata, kreativitas yang tinggi, dan komitmen dalam mengerjakan tugas, diuji oleh para pakar pendidikan khusus, psikolog, orang tua, guru, dan berdasarkan keterangan lingkungannya.

Baca:  Mengenal Penyandang Hambatan Majemuk/Tuna Ganda

 


Bakat, Kemampuan, Prestasi, dan Kecerdasan


 


Banyak kesalahpahaman masyarakat dalam mengartikan bakat, kemampuan, prestasi, dan kecerdasan. Hal-hal ini kerap dianggap sama, padahal keempat hal di atas memiliki kriteria yang membedakan satu sama lain.


 


Bakat atau aptitude mengacu pada kemampuan bawaan atau khusus yang spesifik, yang dibawa sejak lahir sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Oleh karena itu, adanya pendidikan kebutuhan khusus untuk anak berbakat adalah untuk membantu anak berbakat mengembangkan potensi yang sudah ada pada anak berbakat agar menjadi wujud yang positif.


 


Kemampuan atau ability adalah suatu daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari bawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan suatu tindakan yang dapat dilakukan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendididk agar bakat tersebut dapat dimanifestasikan di masa yang akan datang. Dengan demikian, butuh waktu yang tidak sebentar untuk menunjukkan secara nyata hasil dari bakat (potensi bawaan) yang melekat pada anak berbakat. Misal, seorang anak dengan bakat bermain musik tidak mungkin dapat terlihat keberbakatannya dengan sekali melihat cara anak bermain musik. Ketika anak sudah sering mengasah keberbakatannya dan mampu memainkan musik dengan kualitas tingkat tinggi pada usia muda (misalnya pada usia 5 tahun), maka akan terlihat kemampuan dari keberbakatan anak.


 


Kecerdasan, menurut Wechsler, adalah kumpulan atau keseluruhan kapasitas seseorang untuk bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan bertindak secara efektif terhadap lingkungan. Jadi, intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang dibawa oleh individu sejak lahir dan dapat digunakan untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru, serta untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat.

Baca:  Kurikulum Berdiferensiasi untuk Anak Berbakat

 


Keberbakatan, Kemampuan, dan kecerdasan sama-sama miliki ciri-ciri prestasi. Prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang menonjol dalam bidang tersebut. Akan tetapi, apabila seorang anak berbakat tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak dapat mewujudkan kemampuannya, kemungkinan besar anak akan sulit meraih prestasi, sehingga anak menjadi underachiever. Jadi, bakat dan kemampuan menentukan  prestasi seseorang.


 


Hubungan Intelegensi dan Bakat


 


Hubungan anatara intelegensi dan bakat akan positif apabila seorang anak memiliki IQ tinggi dan memiliki bakat dalam bidang tertentu di bimbing dengan pendidikan yang sesuai dengan keberbakatannya. Jadi dengan IQ tinggi yang dimilikinya, anak dapat mencapai hasil yang lebih tinggi pula secara kuantitas dan kualitas. (nir)


editor: Herisma Yanti

Bagikan artikel ini
Lisfatul Fatinah
Lisfatul Fatinah

Guru pendidikan khusus yang senang mengajar, menulis, dan menonton film.

Articles: 40

Leave a Reply