Mengawali Sebuah Cerita

Dalam diskusi sebelumnya kita pernah membahas mengenai desain dramatik sebuah cerita. Desain dramatik dibangun dari dua unsur utama, yaitu KEINGINAN dan HAMBATAN. Dua hal utama ini seperti desain penampang layang-layang dan angin yang berembus. Komposisi kekuatan dari dua unsur utama itulah yang membuat layang-layang terbang meninggi. Desain yang tepat antara KEINGINAN dan HAMBATAN tokoh dalam cerita itu yang membuat struktur dramatik naik seperti yang diinginkan.

Intinya, sebuah cerita menjadi menarik apabila tokoh utama memiliki masalah yang KUAT, dan dihadapkan pada HAMBATAN yang sama kuat. Masalah yang kuat bukan berarti masalah itu harus sesuatu yang besar, bisa jadi justru hal-hal sepele yang ada di sekitar kita. Yang jelas, tokoh utama harus “sangat terganggu” dengan masalah itu.

Dan hambatan yang kuat juga bukan berarti harus orang-orang kuat yang menghalangi keinginan tokoh utama. Bisa jadi justru masalah sepele akibat perilaku ceroboh si tokoh. Bisa jadi hal-hal lain yang unik. Yang jelas, hambatan itulah yang harus menggagalkan usaha-usaha pertama tokoh utama dalam menyelesaikan masalahnya. Malah, kadang-kadang usaha yang dilakukan tokoh utama justru melahirkan masalah baru yang lebih rumit.

Nah, bagaimana membuka ceritanya?

Misalnya kita sudah memiliki desain cerita yang besar, sering kita kebingungan cara membukanya bagaimana. Beberapa hal di bawah ini bisa dilakukan untuk Anda yang kesulitan membuka cerita.

1. Bayangkan tokoh utamanya seperti apa. Visualisasikan dalam imajinasi kita mengenai jenis kelaminnya, umurnya, wajahnya, karakternya, dan lain sebagainya.

2. Letakkan dia pada tempat yang paling dekat dengan masalah utama. Saat kita mau menulis cerita tentang jerawat, letakkan tokoh pada keadaan masalah jerawat yang mengganggu itu. Saat kita mau menulis tentang orang tua yang berjuang keras mengobatkan anaknya yang sakit, letakkan tokoh itu saat dia kebingungan mencari biaya rumah sakit. Begitu seterusnya, teknik visualisasi semacam ini banyak membantu kita menghidupkan karakter tokoh.

3. Buka dengan kalimat yang langsung pada konflik. Hindari kalimat-kalimat deskripsi yang berisi penjelasan karakter fisik atau karakter batin tokoh utama di paragraf awal. Hindari pula menggambarkan keadaan alam secara habis-habisan di awal cerita, sehingga cerita berarus lambat karena dijejali dengan informasi. Intinya, masuk langsung pada konflik. Informasi-informasi bisa diselipkan secara berangsur-angsur sepanjang cerita.

Nah… yuk kita mulai diskusikan, bagaimana cara membuka cerita yang baik. Peserta pelatihan menulis disabilitas harap absen di kolom komentar, ya? 😀

Last Updated on 6 tahun by Redaksi

Oleh Sakti Wibowo

Pegiat di FLP dan penulis buku Tanah Retak

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *