Mengenal Penyandang Hambatan Majemuk/Tuna Ganda

Individu penyandang Hambatan Majemuk adalah individu yang memiliki hambatan lebih dari satu seperti kombinasi hambatan penglihatan dan hambatan pendengaran, hambatan penglihatan dan hambatan intelektual, hambatan penglihatan dan motorik, dan lainnya. Pembagian dikategorikan berdasarkan kelainan fisik, sensoris, intelektual, emosi dan sosialnya yang meliputi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras. Individu ini disebut juga dengan istilah anak luar biasa (ALB).

Hambatan majemuk dapat juga terjadi dengan kombinasi hambatan penglihatan yang ringan (low vision) dan hambatan pendengaran yang berat.

Hambatan ini dapat terjadi karena penggunaan obat-obatan yang salah oleh ibunya pada saat kehamilan, pada masa setelah kelahiran seperti terjadinya encephalitis, stroke, meningitis atau terjadinya trauma pada kepala.

Untuk bekerjasama dengan individu penyandang Hambatan majemuk dalam mengembangkan perilakunya, orang lain harus terlebih dahulu meninjau kembali cara kerja perilaku secara umum dengan
Perilaku muncul karena ada even yang mendahului
Kajadian tersebut melatarbelakangi permunculan perilaku
Ketika perilaku muncul maka lingkungan akan memberikan tanggapan dari perilaku tersebut
Perilaku dapat bertahan jika mendapat tanggapan yang menyenangkan, begitu juga sebaliknya.

Sekolah khusus :

Sekolah Rumah Sakit “Hospital School”

Pendidikan di sebuah rumah sakit karena memerlukan perawatan secara intensif untuk jangka waktu yang cukup lama dan menempuh pendidikannya di dalam sebuah rumah sakit. Pihak RS menyediakan dokter dan guru khusus untuk bekerjasama dalam memberikan layanan pendidikan antara pihak sekolah dengan rumah sakit. Di Indonesia, masih jarang dilaksanakan.

Sekolah khusus berasrama “residential school”

Pendidikan di sekolah khusus dengan bimbingan instensif dari ibu asrama atau pembimbing yang betugas memberi bimbingan kepada individu dengan hambatan setelah jam sekolah selesai.

Sekolah khusus harian “Day School”

Setiap hari pergi ke sekolah dan pulang ke rumah masing-masing. Sekolah khusus untuk individu ini sering disebut dengan sekolah luar biasa bagian G atau SLB/G. dalam keputusan Menteri Pendidikan dan kebuayaan nomor : 0491/U/1992 tentang pendidikan luar biasa, telah ditetapkan bentuk satuan persekolahan khusus meliputi :TKLB, SDLB, SLTPLB, SMLB.

Kelas mandiri
Kelas khusus yang dipisah organisasi, administrasi, kurikulum, tenaga kependidikan, dan memisahkan dengan siswa lain. Kelas ini bertujuan yang tidak mengalami hambatan dapat berintegrasi dan dapat saling bekerjasama, dapat saling belajar, tetap mengelompok dalam kelompoknya sendiri.

Kelas khusus
Sering mengalami kegagalan dalam mengikuti kelas mandiri. Instruksi presiden nomor 4 tahun 1983 mengenai pendirian sekolah-sekolah dasar luar biasa di setiap kabupaten dan atau kotamadya di seluruh Indonesia. Dalam system itu, semua anak yang mengalami kelainan.hambatan menempuh pendidikan dalam satu sekolah dasar. Selain itu, ada layanan bagi individu yang merupakan system pendidikan terpadu/inklusif.

Sekolah inklusif
Tidak semua palajaran diikuti.

Gambaran orang tua yang memiliki anak penyandang buta-tuli
Menurut Kubler Ross (1969) ada 5tahap dukacita yang biasa terjadi pada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus :
-Menyangkal (menolak dan menutup diri karena keterbatasan) dan mengisolasi diri
-Marah atas semua yang terjadi
-Tahap tawar-menawar (mencoba menemukan alas an yang tepat atau pembenaran terhadap sikap dan perasaan yang dimiliki saat itu)
-Tertekan (depresi)
-Menerima secara pebuh dan sipa menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua dengan anak buta-tuli.

Winter (2006) dalam buku Breakthrough Parenting for Children with Special needs Raising the Bar of Expectation ada 10 tahap pada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus termasuk buta-tuli :
-Keterkejutan (menolak atas kenyataan yang tidak diharapkan Karena anaknya mengalami keterbatasan)
-Kemarahan (marah dan menolak dengan berbagai perasaan bersalah, menyalahkan, depresi, dan sulit tidur)
-Penolakan
-Pencarian bantuan : institusi pelayanan preventif, dukungan keluarga, teman, orang tua lainnya, mulai menghubungi dokter serta ahli terkait
-Kesadaran terhadap realita (seringkali hanya bersifat sementara, orang tua merasa dapat kembali ke kondisi sebelum anaknya lahir namun dengan segala keterbatasan, kehidupan keluarga dapat berubah)
-Pengambilan keputusan (berhenti dari pekerjaan)
-Pengambil alihan tanggung jawab
-Persiapan (menentukan kebutuhan anak saat ini dan yang akan datang, tahap awal memperjuangkan hak anak)
-Penerimaan (menyadari bahwa mencintai apa adanya dan melakukan apapun untuk anak. Tahap awal perjuangan sepanjang hidup dan cinta tidak terbalas)
-Pertumbuhan (orang tua mulai menikmati hidupnya bukan sebagai beban serta mengganggap sebagai bagian dari keluarga)
-Penerimaan penuh (tidak menyerah dengan tantangan, menjalani peran yang serius untuk tidak mementingkan diri sendiri, merasa anak sangatlah berharga)

Peranan sudara kandung dalam keluarga anak dengan buta-tuli :

Dalam bukunya Hames ada berbagai tips
-Saudara kandung perlu memahami keterbatasan, bertanya kepada orang tua, mencari tahu melalui media, mencoba bertemu dengan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus buta-tuli yang serupa
-Saudara kandung dapat merasakan aktivitas bersama dengan saudaranya, komunikasi yang baik antara orang tua dan Saudara kandung dari anak dengan buta-tuli
-Ketika Saudara kandung merasa tersakiti oleh Saudara kandungnya terutama gangguan perilaku, mereka dapat memberitahukan kepada orang yang lebih dewasa dan menghindari penyebab atas perilaku saudaranya yang mengganggu tersebut
-Ketika Saudara kandung anak dengan buta-tuli merasa kehilangan atas saudaranya, misalnya ketika anak buta-tuli tersebut ada di rumah sakit, mereka dapat mengatakan bahwa mereka merindukan dan menanyakan kebutuhan saudaranya tersebut
-Jika mereka merasa malu kepada teman karena memiliki Saudara kandung yang buta-tuli, mereka tidak perlu khawatir. Mereka perlu mengatakan yang sejujurnya dengan tenang kepada teman-temannya menyenai keadaan dan mereka tidak perlu merasa bersalah.
-Jika anak merasa terganggu karena saudaranya yang buta-tuli sering membuat kegaduhan di malam hari, anak perlu berkata jujur pada orang tua dan guru kalau ia merasa terganggu serta seringkali terbangun dan menyesuaikan tempat untuk mendapatkan istirahat yang lebih tenang
-Anak tidak perlu merasa khawatir ketika saudaranya terlihat sakit, mereka dapat meminta keterangan kepada orang tua dan keluarganya yang lebih dewasa
-Anak perlu merasakan manfaat menjadi Saudara kandung dari anak buta-tuli yakni menjadi lebih memahami orang yang beragam, mengetahui berbagai perlakuan untuk anak berkebutuhan khusus, terlatih untuk bisa bertanggung jawab, bersyukur karena diberikan kesehatan dan kecukupan untuk melakukan apapun
-Saat anak kesulitan berkomunikasi dengan saudaranya yang buta-tuli, mereka perlu diajarkan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan anak buta-tuli yang sangat tergantung pada indera taktil
-Penting bagi orang tua untuk dapat memberikan waktu khusus untuk Saudara kandung dari anak buta-tuli, jangan sampai timbul cemburu, kurang perhatian
-Jika anak menjadi korban kekerasan karena memiliki saudara kandung buta-tuli, tenangkan dan upayakan agar tidak merasa sedih, minta teman terdekatnya untuk mendukung. Katakan supaya mengatakan yang sebenarnya terjadi pada orang tua dan orang dewasa lain yang terpercaya
-Sertakan anak dalam diskusi mengenai masa depan saudaranya yang buta-tuli dan sertakan dalam kegiatan menyenangkan.

Peranan nenek-kakek pada anak buta-tuli :

Membantu pengasuhan anak, menghabiskan waktu banyak untuk cucu, penyesuaian harapan terhadap cucu, memberikan dukungan pada orang tua dalam mendampingin anak dengan buta-tuli, berdiskusi dengan orang tua untuk menyelaraskan pemikiran, perasaan, dan tindakan yang harus diberi, persamaan perlakuan terhadap anak akan sangat membantu belajar tentang keberadaan orang lain disekitarnya dan cara berkomunikasi dengan anak buta-tuli sehingga anak tidak merasa sendiri dalam dunianya, konsistensi dalam pola pengasuhan agar dapat memahami berbagai konsep dalam perkembangan anak buta-tuli.

Sumber :
Dokumen kerja : Pendidikan Individu dengan Hambatan Majemuk
Juang Sunanto, Ph.D
Dr.Sari Rudiyati, M.Pd
Arif Taboer, M.Pd
Tolhas Damanik, M.Ed
Diterbitkan oleh Helen Keller International Indonesia dan didukung oleh USAID Indonesia.

keterangan : buku bisa dibaca di Perpustakaan Fakultas Psikologi UI.

Last Updated on 8 tahun by Redaksi

Oleh Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono

Nama lengkap saya adalah Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono, biasa dipanggil Tyas. Sejak 2012-sekarang saya mengalami halusinasi suara, jangan takut sama saya, 2013-2016 mengalami penurunan penglihatan (low vision) dan hingga kini terganggu penglihatan. Saya ini orangnya kritis :)

1 komentar

  1. Ping-balik: Pendidikan Anak Dengan Hambatan Majemuk | Anakku Harapanku Dunia Akhiratku

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *