NENEK SI MANTAN PREMAN KAMPUNG

Tesa dan Tesi berjalan kaki menuju pasar. Di tengah perjalanan, mereka melihat nenek-nenek berkacamata hitam dan bertongkat kayu membungkuk-bungkuk sambil berjalan perlahan-lahan menggerakkan badannya. Melihat hal tersebut, Tesa dan Tesi merasa bingung dan iba. Mereka memutuskan untuk menghampiri nenek itu dan membantu jika diperlukan. Mereka menghampiri sang nenek, berhenti di depannya.

Tesa : “Nek, sedang mencari apa?”

Tetapi si nenek tidak menghiraukan. Nenek itu malah berjalan berputar perlahan-lahan.

Tesi : “Nek! Nenek lagi cari apa?” suara Tesi menyapa dengan lebih keras dari Tesa.

Tetapi si nenek tidak menghiraukan Tesi dan masih berputar-putar di tempatnya. Lalu mereka memanggil si nenek bersamaan seraya berteriak. Si nenek masih juga berputar-putar sambil menggoyangkan badannya perlahan ke kiri dan ke kanan.

Tesi : “Wah, Tes, kayaknya Nenek ini tidak hanya buta tapi juga tuli.”

Tesa : “Iya nih. Kasihan si Nenek. Mungkin kalau kita sentuh, dia akan tau kalau ada orang di depannya.”

Lalu mereka berdua menyentuh lengan tangan nenek sambil memanggil sang nenek. Alangkah terkejutnya mereka melihat reaksi si nenek.

Nenek : “Wuatchaaaaaa!!!” Sambil mengangkat tongkatnya, bergaya ala Bruce Lee. “Ngapain elu pegang-pegang gue, cari mati lu?”

Tesa dan Tesi ketakutan melihat si nenek.

Tesa dan Tesi : “Kami kira Nenek sedang mencari sesuatu dan kami ingin membantu.”

Nenek : “Huwa…sembarangan! Gua lagi ngedance ni, gangguin orang aja.” Sambil menunjukkan earphone yang dipake si nenek. “Elu ngga tau ya gua ini siapa,? Gua preman kampung ini dulunye. Jadi jangan macem-macem lu ama gua. Uda, lu pergi sana! Gangguin orang aja. Pergi nggak…hayo, pergi!” sambil mencincing lengan baju dan memperlihatkan tato donal bebek miliknya.

Lalu Tesa dan Tesi lari terbirit-birit.

Last Updated on 10 tahun by Redaksi

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *