Pakai Smartphone, Tunanetra Tak Takut Lagi Salah Turun Bus

Perth – Bepergian dengan kendaraan umum seperti bus merupakan tantangan tersendiri bagi seorang tunanetra. Di negara maju seperti Australia, Guide Dog atau Anjing Pemandu lazim digunakan untuk bepergian secara mandiri. Akan tetapi tak selamanya tunanetra dapat mengandalkan Anjing Pemandu, misal untuk mengetahui kapan harus turun bus. Hal ini yang mendorong seorang programer dari kota Perth, Australia Barat, menciptakan aplikasi di smartphone yang memberikan tunanetra aksesibilitas dan kemandirian ketika bepergian.

Hanya dengan beberapa dolar untuk sebuah aplikasi Stop Announcer, tunanetra tak perlu khawatir lagi akan terlewat atau salah turun halte. Harga tersebut tak seberapa rasanya jika dibandingkan dengan kemudahan yang ditawarkan, mengingat selama ini belum memungkinkan bagi seorang penyandang disabilitas untuk bepergian secara mandiri sepenuhnya.

Pencipta aplikasi berbasis Android ini adalah seorang perancang perangkat lunak dari Perth, Voon-Li Chung. Dilansir dari Global Accessibility, Chung mengaku aplikasi buatannya terinspirasi ketika mendengar siaran radio mengenai aksesibilitas kereta api di negara bagian New South Wales (NSW).

Ketika itu, komisioner hak asasi manusia  di NSW sedang menggugat pengelola kereta api. Mereka menganggap bahwa pemberitahuan suara yang ada di dalam gerbong tidak cukup untuk memungkinkan seorang tunanetra dapat berpindah secara mandiri di jaringan kereta api.

“Pada intinya Anda harus duduk dan berkonsentrasi di dalam gerbong untuk memperhatikan setiap kali kereta berhenti untuk memastikan posisi Anda berada saat itu. Ketika perhatian Anda terganggu atau lupa menghitung,maka Anda akan kehilangan orientasi,” ungkap Chung.

Lantas Chung berfikir bahwa smartphone miliknya dapat jadi sebuah jalan keluar bagi persoalan tersebut. Ia memerlukan waktu sekitar 6 bulan untuk mengembangkan aplikasi pada sistem operasi Android terbaru.

“Tantangan utamanya adalah untuk memahami cara Anda menciptakan sebuah perangkat lunak yang dapat bekerja bagi seseorang dengan disabilitas visual,” lanjut Chung.

Selesai dibuat, perlu waktu sebulan untuk menguji sisi kemudahan akses bagi pengguna tunanetra.

“Tiap halte bus di kota Perth memiliki kode nomer, dan aplikasi saya memerlukannya sehingga pengguna dapat memasukkan arah tujuannya di smartphone,” jelas Chung.

“Anda hanya perlu memberitahukan ke aplikasi rute arah tujuan Anda, dan ia akan memberitahukan di saat Anda mendekati titik tujuan”

“Selain itu, dengan aplikasi ini Anda dapat menentukan rute mana saja yang dapat dipilih dengan memasukkan informasi halte tujuan,” lanjut Chung.

Trefor Dawson telah menggunakan anjing pemandu selama beberapa tahun. Meski ia seorang tunanetra total, ia memilih untuk bepergian seorang diri tanpa anjing pemandu. Dawson sekarang tak perlu khawatir lagi karena ia dapat mengandalkan pemandu virtual yang dapat dimasukkan ke sakunya untuk memberitahu posisi ia berada. Ia sudah membuktikan aplikasi baru ini, dan menurutnya Stop Announcer mampu memberitahunya kapan harus turun bus.

“Aplikasi ini bekerja dengan sangat baik. Ia tahu letak halte bus tujuan saya. Ia akan memperingatkan saat bus mendekati tujuan. Itu merupakan tanda untuk saya menekan bel agar supir berhenti di halte berikutnya.” ujar Dawson.

Sebagai informasi, bus-bus di Australia tidak berhenti di tiap halte yang dilewatinya. Bus hanya wajib berhenti di beberapa halte yang telah ditentukan. Sedangkan untuk halte-halte lainnya, penumpang perlu menekan bel saat halte mulai dekat.

Pasca diluncurkannya aplikasi Stop Announcer di Google Play untuk Perth, Voon-Li Chung berencana untuk membuat versi bagi negara bagian lainnya di Australia.

“Saya sedang mencari orang-orang yang bersedia menjadi sukarelawan untuk mencoba versi Adelaide dari aplikasi ini,” jelas Chung.

Menyusul akan dikembangkan pula aplikasi untuk transportasi umum di kota-kota lain di Australia. Bersama dengan itu, ia bermaksud membuat aplikasi Audio Compass untuk membantu penyandang tunanetra menentukan lokasi.

“Saya memiliki sebuah gagasan dan ingin memastikan bahwa gagasan itu dapat diwujudkan dan diselesaikan segera,” pungkas Chung.(DPM)

sumber: ABC

Last Updated on 9 tahun by Redaksi

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *