Pemuda Berkalung Hawa

Pada jiwa mana kau harus berteduh
Tak ada lain jalan
Memang itu yang seharusnya
Mana kala gumpal telah mencair
Tetespun bisa saja menjadi embun

Kadang pemuda itu rindu akan buih
Mana kala ia telah menenang
Berhambur ranju pada pita-pita satu ketukan

Tapi, pemuda tetaplah manusia
Jika temannya cerita elok rinjani
Maka aku bisa lebih dari everest
Jika sudah,
Maka lengkap sudah muka pendosa muda

Hawa….
Lagoon dari kisah yang disengaja
5 persen yang mengatakan aku tulus
Pelengkapnya, semua pemuda sama saja
Makanya, aku tak suka pemuda-pemuda itu

Manamacam tyas 10 Kilo meter
Bisa mengasuh paruh baya pelengkapnya
Bukan salah,
Menang adalah keinginan yang menderu
Tipis antara deru mesin dan kocaknya rantai
Sak kan badai menuju hitam beraroma rindu
Bernama Hawa lain yang malam pasti tahu akan pembeda dari balik selimut yang menderu

PranataWahyu

Last Updated on 10 tahun by Wahyu Dwi Pranata

Diterbitkan
Dikategorikan dalam KARFIKSI

Oleh Wahyu Dwi Pranata

simple, but enerjik. suka nulis dan suka berbagi, aktif di Muria Research Center Indonesia. kunjungi di MRCindonesia.com

1 komentar

  1. wah, perlu konsentrasi ekstra nih buat intepretasi. thanks anyway sajak-sajaknya 🙂

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *