PERJUANGAN PARA PEJUANG

Terakhir diperbaharui 10 bulan oleh Redaksi

Hormat gerak! Tegak gerak! Matahari pagi di hari Senin bersinar begitu terik menyoroti upacara bendera yang diikuti siswa siswi, guru-guru, dan para staff sekolah SMA.

Wusss! Tiupan angin yang kencang menyadarkan Bayu dari hayalannya akan kenangan di masa sekolah dulu. Hembusan angin dan deru ombak lautan, menemaninya yang sedang melamun di teras terbuka sebuah kapal pesiar.

Ya, Bayu adalah seorang awak kapal pesiar yang saat itu sedang berlayar. Disela-sela waktu istirahatnya, Bayu memilih untuk menyendiri di sana dan ia teringat pada masa sekolahnya dulu.

“Hemm.. rasanya seperti baru kemarin.” Ucap Bayu pelan sambil menatap laut. “Dor! Lagi mikirin apa kamu sambil mandangin laut gitu?” Hentak Eka sambil menepuk pundak Bayu.

“Heh! Bikin kaget aja!” Sahut Bayu yang terkejut. “Gak mikirin apa-apa.” Lanjut Bayu.

Eka adalah kolega alias teman sesama awak kapal Bayu. Bayu dan Eka juga adalah teman satu sekolah saat SMA dulu. Merekasama-sama  bekerja sebagai awak kapal pesiar sejak 3 tahun terakhir.

Kapal pesiar tempat Bayu dan Eka bekerja adalah kapal pesiar asing yang berlayar lintas benua dan waktu berlayarnya sangat panjang. Perlu waktu berbulan-bulan dari awal pelayaran, sampai kapal itu kembali bersandar di pelabuhan tujuan.

“Cerita sini Cerita.” Ucap Eka sambil tersenyum. “Gak apa-apa. Cuma keinget zaman kita sekolah dulu pas lagi upacara. Bentar lagi juga tanggal 17 Agustus. Kan itu hari kemerdekaan negara kita, Indonesia.” Sahut Bayu tenang. “Oh iya juga. Kalau dipikir-pikir, kangen juga ya balik ke Indo, Bay.” Kata Eka sambil ikut menatap laut. “Bukan kangen lagi. Kangen sekali.” Sahut Bayu lagi.

Padahal mereka baru sekitar 2 bulan berlayar membelah samudera, dari Singapura menuju ke Paris Prancis. Itu bahkan belum stengah jalan menuju ke tujuan.

Bel pun berbunyi. Menandakan waktu istirahat telah berakhir dan para awak kapal harus kembali bekerja sesuai dengan posisinya masing-masing. Ditengah-tengah Bayu melayani para turis penumpang kapal pesiar itu, ia bertemu dengan Andi, penumpang asal Indonesia juga.

“Duh, jam berapa ya sekarang? Handphone pakai ketinggalan di kamar lagi.” Ucap Andi pelan. “Orang Indonesia juga mas?” Tanya Bayu sedikit tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan penumpang asal Indonesia. “Iya nih. Mas orang Indo juga?” Tanya balik Andi pada Bayu.

Andi adalah penumpang yang memenangkan undian yang berhadiah tiket perjalanan kapal pesiar itu.

“iya.” Sahut Bayu sedikit tersenyum. “Gak nyangka bisa ketemu sesama orang Indonesia juga di sini.” Lanjut Andi.

Mereka pun terus mengobrol sampai akhirnya menjadi Akrab. Bayu juga mengenalkan Andi pada Eka, dan mereka bertiga sering menghabiskan waktu bersama. Andi yang bukan dari kalangan menengah keatas seperti sebagian besar penumpang di kapal itu merasa kesepian dan tidak dapat menemukan teman yang cocok dengannya. Ia pun bukan orang yang suka bersenang-senang dengan menikmati fasilitas mewah yang ada di kapal tersebut. Akhirnya dia lebih sibuk menemani dan membantu Bayu dan Eka dalam mengerjakan pekerjaan mereka di kapal.

Di tengah-tengah pekerjaan rutin mereka, Andi bertemu dengan Lidya. Penumpang kapal pesiar yang juga orang Indonesia. Berbeda dengan Andi, Lidya bisa mengikuti pelayaran itu karena ia memiliki kekasih asal Prancis yang mengajaknya untuk berlibur sekaligus berkunjung ke negara asal sang kekasih, yaitu Prancis. Lidya yang tidak sombong, juga akhirnya menjadi cepat akrab dengan Andi. Andi pun mengenalkan Lidya dengan Bayu dan Eka.

“Wah. Gak mengira bisa ketemu dengan sesama orang Indo, dan bisa berteman pula.” Kata Bayu saat berkumpul dengan Eka, Andi, dan Lidya. “Iya lho. Dari awal ketemunya orang luar terus, jadi kangen ngomong dan ngobrol pakai bahasa Indonesia juga.” Sahut Lidya. “Sekarang udah tanggal 16 Agustus nih teman-teman. Besok negara kita ulang tahun nih.” Timpal Andi semangat.

Di tengah-tengah obrolan mereka di restoran kapal, tiba-tiba dari pengeras suara kapal terdengar suara keras yang berkata dengan bahasa Inggris, “Jangan bergerak! Semuanya! Tanpa terkecuali! Atau kalian akan celaka!” Para penumpang pun bingung. Mereka bertanya satu sama lain, apa yang terjadi?

Ditengah-tengah kebingungan, terdengar suara tembakan yang membuat semua menjadi panik. Di tiap sisi kapal berdiri orang-orang yang membawa senjata yang diarahkan ke arah para penumpang kapal.

“Kapal kita dibajak.
“ ucap Byu sambil berbisik pada Eka dan Andi.

Para bajak laut itu pun langsung memisahkan para penumpang dan awak kapal. Mereka mengancam apa bila ada yang melawan, maka akan mereka tembak. Andi yang mengaku sebagai awak kapal pun digiring juga bersama Bayu dan Eka. Sementara Lidya dikumpulkan bersama para penumpang lainnya di restoran kapal.

“Kita harus melakukan sesuatu.” Ucap Eka pada Bayu dan Andi. “Iya aku tahu. Tapi kita harus pikirkan dulu apa yang mau kita lakukan. Tenang dulu.” Sahut Bayu menenangkan Eka dan Andi.

Semua alat komunikasi yang dimiliki baik awak kapal maupun penumpang, disita oleh para bajak laut yang menyandra kapal itu, agar tidak ada yang dapat memanggil bantuan. Para bajak laut yang telah menyamar sebagai turis dengan sangat rapih sedari awal, tidak tercium oleh pemeriksaan pihak keamanan kapal. Mereka menyampaikan, apa bila ingin semuanya selamat, mereka meminta uang tebusan sebesar 10 juta Euro atau setara dengan 150 milyart Rupiah.

Situasi semakin pelik dan rumit disaat ada beberapa tamu dan awak kapal mencoba untuk melawan dan mereka dilukai oleh para bajak laut.

Bayu, Eka dan Andi pun merencanakan untuk melawan para bajak laut itu. Mereka sudah menyusun rencana, berbekal Bayu dan Eka yang punya pengetahuan yang sangat baik tentang denah dan tata letak ruangan-ruangan di kapal pesiar itu. Ditambah Andi yang cukup baik dalam ilmu bela diri dan menyelinap.

Di malam hari saat bajak laut yang menjaga mereka lengah, mereka pun melumpuhkan si bajak laut. Ada 2 orang yang mengawasi mereka. Ketika salah satu bajak laut keluar untuk pergi ke toilet, mereka pun mulai beraksi. Andi yang memakai jam tangan yang ternyata terbuat dari bahan yang cukup tajam, secara perlahan menggesekan jam itu ke tali yang mengikat tangannya. Hal itu telah dilakukan Andi sejak cukup lama. Jauh sebelum mereka akan mulai untuk kabur.

Setelah berhasil memotong tali ikatan secara diam2, Andi langsung melepaskan ikatan di tangan Bayu dan Eka. Saat 1 Bajak laut yang tersisa sedang memandang ke arah laut, Eka pun langsung memukul kepalanya dari belakang dengan sangat keras sampai si bajak laut itu pingsan.

Saat mereka sedang berlari dari tempat mereka di sandera, 1 bajak laut lagi yang mengawasi mereka kembali dari toilet. Bayu, Eka, dan Andi pun langsung mengeroyoknya sebelum dia sempat untuk mengeluarkan senjata. Andi lalu mengambil senjata si bajak laut yang juga mereka buat tak sadarkan diri itu, dan mereka pun berhasil kabur. Tujuan mereka adalah ke tempat nahkoda kapal yang disandera oleh si pemimpin bajak laut. Mereka berniat untuk melepaskan si nahkoda dan balik menyandera pemimpin bajak laut itu. Bukan rencana yang mudah, tapi juga bukan rencana yang mustahil.

Baik Bayu, Eka, dan Andi teringat akan masa-masa perjuangan para pahlawan di masa kemerdekaan yang berjuang merebut kedaulatan negara Indonesia dari pihak penjajah. Itu lah yang menjadi pelecut semangat mereka untuk berjuang melawan para bajak laut.

Setelah menyelinap melaui saluran udara, mereka pun sampai di dekat ruang di mana si pemimpin bajak laut menyandera nahkoda. Mereka mengintip ke dalam ruangan itu untuk memeriksa bagaimana situasi di dalam. Terlihat si nahkoda terikat di kursi di sudut kiri ruangan itu, dan si pemimpin bajak laut yang juga sedang duduk di bagian tengah ruangan dan terlihat mengantuk membelakangi pintu. Dengan hati-hati, mereka satu-persatu mencoba masuk ke ruangan itu.

Waktu menunjukan pukul 01:30 dini hari. Bayu, Eka, dan Andi memilih waktu selarut itu karena mereka telah memperhitungkan kalau di moment seperti itulah para bajak laut sedang beristirahat atau juga sedang mengendurkan penjagaan mereka, dan mereka sedang lengah.

Bayu, Eka, dan Andi pun langsung menjalankan rencana mereka. Pertama, Bayu menerobos masuk untuk mengalihkan perhatian si pemimpin bajak laut. Lalu Andi langsung menghajar orang itu disaat perhatiannya terlaihkan oleh Bayu. Si pemimpin bajak laut pun berhasil dilumpuhkan. Kemudian, Eka masuk untuk menyelmatkan si nahkoda kapal. Tidak lupa, mereka juga mengikat si bajak laut lalu memplester mulutnya sehingga dia tidak berkutik.

Bayu lalu mengambil senjata si pemimpin bajak laut untuk menjadi alat pertahanan diri. Setelah itu mereka langsung berbicara melalui pengeras suara, berkata bahwa si pemimpin bajak laut telah mereka lumpuhkan dan mereka sandera. Jika tidak ingin pemimpin mereka dalam bahaya, mereka minta para bajak laut melepaskan semua sandera. Mendengar itu, para bajak laut pun menjadi panik. Ada diantara mereka yang bingung, dan ada juga yang menuju ke ruang nahkoda kapal.

Hal itu dimanfaatkan Lidya untuk memberontak dan melawan para bajak laut. Karena penumpang lain ikut membantu, para bajak laut akhirnya berhasil dikalahkan. Beberapa penumpang pun langsung mengambil handphone mereka dan langsung menghubungi polisi laut untuk meminta bantuan.

Para polisi laut pun langsung merespon laporan mereka dengan cepat dan langsung menuju ke posisi kapal pesiar itu. Dan para bajak laut pun berhasil diringkus. Tak terasa, fajar pun tiba.

Hari itu tepat tanggal 17 Agustus. Bayu yang selalu membawa bendera merah putih pun langsung mengambilnya dan mengibarkan bendera di tiang yang ada di kapal.

“Momentnya pas banget ya, teman-teman!” Ujar Eka sambil tersenyum, dan disambut sorakan oleh Bayu, Andi, Dan Lidya.

Mereka lalu mengambil sikap hormat, sembari diiringi oleh Lidya yang menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *