Perlunya Gotong Royong dan Pemanfaatan Teknologi Untuk Mencapai Inklusifitas

Perkembangan teknologi dewasa ini semakin mengalami peningkatan. Akibatnya, berbagai kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui pemanfaatan alat-alat yang canggih dan serba teknis. Misalnya jenis kendaraan yang semakin hari kian bertambah dan berbagai kemunculan alat-alat kantor yang wajib dilengkapi. Transmisi informasi yang begitu cepat dan mampu menjangkau seluruh penjuru bumi serta alat-alat industry yang banyak menggantikan peranan buruh. Semua itu adalah gaya hidup yang membentuk sebuah peradaban yang kita sebut dengan era modern.

Pada tahun 90-an, surat kabar menjadi sumber informasi yang sangat diandalkan untuk mengetahui kabar terkini terkait suatu peristiwa, kebudayaan, pemerintahan, bahkan sampai informasi lowongan pekerjaan. Namun seperti yang dapat kita temukan saat ini hanya dengan satu buah gawai dan dilengkapi dengan fasilitas sambungan internet, Maka kebutuhan manusia akan informasi dapat dipenuhi bahkan mampu mengerjakan berbagai fungsi sesuai dengan perintah yang dimasukkan.

Berbagai upaya pemutakhiran yang terus dilancarkan oleh perancang perangkat keras maupun perangkat lunak semakin memberikan manfaat untuk seluruh kalangan masyarakat. Yah, seluruh kalangan masyarakat menjadi objek dari kemudahan-kemudahan tersebut. Sebut saja penyandang disabilitas. Mereka yang secara sensorik ataupun fisik mempunyai keterbatasan dalam melakukan aktivitas tertentu, pun dapat terbantu dengan keberadaan aksesibilitas yang diintegrasikan ke dalam perangkat lunak.

Tentu saja hal ini dapat dijadikan peluang bagi para penyandang disabilitas untuk mengaktualisasikan dirinya di tengah masyarakat. Sedikit mengurai mengenai salah seorang tokoh bernama DR. Saharuddin Daming, S.H, M.H. yang merupakan seorang disabilitas sensorik netra dengan segala keberanian dan usaha yang dikobarkan telah berhasil mengantarkan dirinya memasuki gerbang kesuksesan. Namanya yang tercatat sebagai mantan anggota Komisioner Hak Asasi Manusia pada tahun 2009 telah berhasil menjadi inspirasi bagi penulis untuk bersaing dengan teman-teman awas di bangku perkuliahan.

Tentu peranan teknologi tidak dapat dipisahkan dari perjuangannya dalam menempuh pendidikan dan mengembangkan karirnya. Dengan memanfaatkan kaset pita yang sedang popular pada zamannya, dapat membantu banyak untuk menyimpan file rekaman pelajaran di sekolah. Media radio pun juga kerap digunakan sebagai sumber berita terpopuler saat itu dan bahkan untuk mengikuti pertandingan sepakbola.

Hingga kini jejak perjuangan penyandang disabilitas masih terus berjalan dan kian mudah seiring berkembangnya teknologi. Jika pada masanya DR. Saharuddin Daming, S.H, M.H. lebih memanfaatkan sarana kaset pita dan radio untuk mendukung aktivitasnya di sekolah, maka beda halnya dengan pemuda disabilitas yang kini menempuh pendidikan formal di SMA dan Perguruan Tinggi. Program pembaca layar yang dirancang khusus untuk pengguna disabilitas sensorik netra menjadi pamungkas dalam mengakses computer dan gadget. Pengguna dengan keterbatasan penglihatan sekalipun dapat mengoperasikan computer dan gadget secara mandiri setidaknya untuk menulis naskah, mengakses internet, dan berkomunikasi.

Tidak luput sebuah program pembelajaran secara online juga menjadi dukungan kepada penyandang disabilitas netra dalam mengikuti materi dan mengakses tugas-tugas dari pengajar. Pemanfaatan sebuah aplikasi internet yang bertujuan untuk menjadi media pembelajaran yang telah diterapkan oleh beberapa sekolah dan perguruan tinggi khususnya di Kota Makassar sangat membantu penyandang disabilitas netra dalam menerima materi dan mengumpulkan tugas di sekolah. Mengingat mereka sekarang ini telah mampu mengetik dan membaca naskah secara mandiri melalui computer.

Namun, sepertinya masih memerlukan usaha yang lebih giat dalam mensosialisasikan eksistensi penyandang disabilitas di tengah masyarakat. Pasalnya, terkhusus di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri masih kerap kali terjadi penolakan terhadap calon siswa disabilitas yang ingin melanjutkan pendidikan di SMA Reguler. Selain itu, akses ke pekerjaan khususnya di bidang swasta yang mengcover penyandang disabilitas netra masih terbilang kurang. Belum lagi fasilitas public seperti infrastruktur, pelayanan kesehatan, akses politik, dan pendataan masih menjadi pokok permasalahan yang tengah dihadapi oleh kelompok masyarakat yang termarginalkan ini.

Hal tersebut kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi penyandang disabilitas dalam mengaktualisasikan dirinya di tengah masyarakat. Bagaimana meyakinkan lingkungannya bahwa dia bisa menyatu dengan sistem yang ada. Bagaimana kemudian membuktikan talenta dan kemampuan yang dimiliki. Bagaimana dia menyuarakan haknya akan fasilitas penunjang baik dalam kegiatan publik maupun privat.

Bagi penulis, dalam mengakomodasi aksesibilitas bagi penyandang disabilitas tidaklah cukup diperankan oleh satu pihak saja. Semua pihak bahkan penyandang disabilitas itu sendiri semestinya mengambil peran dalam hal ini. Keberadaan teknologi bisa dimanfaatkan sebagai media dalam meningkatkan kualitas diri.

Sebut saja, dalam upaya terjun ke dunia kerja, para penyandang disabilitas mesti mempertaruhkan skill yang dimiliki. Apalagi di era yang serba teknologi saat ini, perusahaan yang membutuhkan karyawan yang tanggap teknologi menjadi alasan untuk lebih mempertajam kemampuan agar bisa bersaing memperebutkan kuota kerja yang terbatas.

Jadi, semangat belajar oleh para pelajar dan calon tenaga kerja disabilitas juga sangat diperlukan. Semakin banyak penyandang disabilitas yang hadir dalam kancah pembangunan, semakin berpotensi pula penerimaan masyarakat dan peluang tercapainya aksesibilitas yang sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas.

Sementara pihak pengambil kebijakan, tentunya dengan berpedoman pada mekanisme yang berlaku di negara kita tercinta, yang menyadari akan keberagaman perbedaan baik segi fisik, budaya, gagasan, maupun kemampuan. Secara demokratis kami berharap banyak kepada pemegang amanah dalam merealisasikan cita-cita bangsa.

Tulisan ini hanyalah sekadar gambaran ideal dalam menciptakan lingkungan yang inklusif bagi seluruh elemen masyarakat. Tentu atas dasar semangat partisipatif yang penulis jelaskan di atas. Bahwa seluruh pihak hendaknya pro aktif dalam membentuk tatanan masyarakat yang inklusif. Salam partisipatif!

Rujukan:
https://www.coretanpartisipatif.web.id/2020/02/tingkatkan-sdm-tugas-siapa.html
https://www.coretanpartisipatif.web.id/2020/05/pancasila-untuk-semua-adakah.html

Last Updated on 4 tahun by Redaksi

Oleh Ismail Naharuddin

Seorang tunanetra yang senang blogging dan coding.

1 komentar

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *