Sekejap, diri terlena dalam pusaran memori
Berkelebatan seperti cahaya yang menembus kegelapan pekat,
Seperti petir yang membelah bumi dengan sinarnya.
Kau yang kuukir dalam arsip terindah,
Nama yang tak pernah menghilang dari lembaran hati yang telah lama tertutup,
Wajah yang terlukis dalam samarnya bayang masa lalu.
Gejolak rindu tak mampu kuhalau,
Bukan tentang hasrat ingin memilikimu lagi,
Tapi rasa tulus ingin memperbaiki apa yang telah rusak.
Kecamuk batin terus meracau,
Mengisahkan kau dan aku di masa dahulu,
Saat sebelum perpisahan itu terjadi.
Hatiku pedih dan sakit,
Bersetubuh dengan penyesalan dan rindu,
Meratapi yang seharusnya bisa kembali, cinta.
Untuk pertama kalinya Setelah sekian lama
Air mata ini mengalir karenanya,
Karena gejolak dalam dada yang tak sanggup kubendung.
Entah rindu atau Sesal,
Keduanya Saling bertabrakan,
Membentuk Simfoni Yang rumit.
Kecamuk dalam benak dan gemertak hati hanya berkata: aku ingin kembali padanya,
Pertanyaannya: bisakah?
Jawabannya: bisa, asal aku bisa memperbaiki segalanya.