Puisi: Seutas Rindu

Untuk hati yang sepi,

Izinkan daku membelitkan seutas tali rindu.

Izinkan daku menggantungkan benang-benang harapan.

Pada hati yang ingin kuhalalkan.

Kujemput cinta, seperti janji untuk bersama.

Tetap kubawa seutas rindu dalam jemariku,

Kuketuk pintunya, membujuk mendayu

Dengan angan-angan pintu itu dapat terbuka.

Sayup kudengar langkahnya,

Dan aku berdiri,

Menunggu dengan tangan terbentang,

Bersiap menyambutmu dalam pelukan,

Dengan seutas tali rindu masih dalam genggaman.

Kasih, riak air seolah memantulkan wajahmu.

Jangan! Tolong jangan kaugoda aku lagi!

Aku bersumpah akan menarikmu dengan belenggu rindu,

Baca:  Dongeng Gemericik Suara Hati (48)

Dan kita akan merindu bersama.

Di antara utas rindu yang membelit dan merajut sendiri.

Setiap pagi kau dan aku terbangun,

Merasakan hangat yang sama

Dalam belenggu dari utas benang rindu

Yang telah kupintal namun tak menghasilkan apa-apa.

Tapi aku masih yakin

Bahwa utas rindu ini akan membawaku padamu.

Oh, ampunilah.

Berilah aku kesempatan itu.

Beri daku kesempatan tuk rasakan manisnya rindu.

Walau aku takut, rindu itu akan menjadi terlalu berat.

Ringan seperti benang,

Namun berat seperti kumpulan batu yang mengikatku erat.

Tapi seutas rindu akan mengikat kita berdua

Dalam ikatan suci di bawah naungan ridha Tuhan.

Bersama seutas tali rindu, kau dan aku bersatu

Menjadi sepasang buluh perindu yang terikat

Membentuk simpul baru yang tak akan pernah putus

Walau utas lain mencoba menarik rajutan kita.

Tapi aku percayakan takdir kita,

Pada seutas rindu yang menjadi pengikat kuat.

Bagikan artikel ini
Nurul Rahmah
Nurul Rahmah

Penulis asal Cihaurbeuti, Ciamis, kelahiran 2003, tinggal di Sukaraja, Sukabumi. Alumni SLB-A Budi Nurani, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Seseorang yang jatuh cinta habis dengan seni sunda dan sastra.
Follow Instagram: @nurul.rahmah14
Follow Twitter/X: @NRGaza
follow channel telegram: t.me/nrgaza

Articles: 19

Leave a Reply