Refleksi bacaan: After tunangan (Agnes Jessica)

Novel romansa SMA? Baca novel remaja lagi?

Sudah lama genre ini hilang dari daftar bacaan saya.

Biasanya, saat memilih novel, jika menemukan kisah cinta anak SMA, saya langsung menutup buku dan mencari bacaan lain.

Namun kali ini, saya memutuskan untuk memberi kesempatan pada novel After Tunangan karya Agnes Jessica. Saya bertekad menyelesaikannya meski sejak awal kurang berminat. Saya percaya, setiap penulis memiliki sudut pandang (POV) yang unik serta pesan tersendiri untuk disampaikan. Begitu juga, setiap pembaca membawa kacamata pengalaman masing-masing dalam memahami sebuah kisah.

Baca:  Koyasan, Perjuangan Melawan Rasa Takut

Tema Besar dalam Novel After Tunangan

Melalui After Tunangan, Agnes Jessica menunjukkan betapa egoisme kerap menjadi faktor utama gagalnya hubungan.

Masing-masing pihak lebih fokus pada keinginannya sendiri, tanpa benar-benar melihat apa yang sudah dimiliki pasangannya—yang mungkin justru merupakan jawaban dari kebutuhannya sendiri.

Romansa itu personal.

Setiap orang punya gambaran sendiri tentang pangeran berkuda putih atau Cinderella.

Begitu pula dalam hubungan nyata—ekspektasi yang terlalu tinggi sering kali menjadi awal dari kekecewaan.

Saat pasangan tak mampu memenuhi fantasi pribadi tersebut, hubungan pun berakhir dengan alasan “tidak cocok,” “kurang serasi,” atau karena hadirnya sosok lain yang dianggap “lebih sempurna.”

Sayangnya, dalam mengejar imajinasi itu, banyak hal kecil tapi bermakna yang terabaikan:

makanan favorit, lagu kesukaan, minuman harian, atau perhatian kecil yang dulu membuat jatuh cinta.

Semua ini tenggelam dalam rutinitas, dan fokus kita terlalu sempit—hanya mengejar “pangeran” atau “Cinderella” impian, tanpa benar-benar melihat manusia nyata di hadapan kita.

Pelajaran Lain: Luka Jiwa dari Didikan Orang Tua

Selain tentang cinta, novel After Tunangan juga mengangkat tema berat: luka jiwa akibat pola asuh yang salah.

Salah satu tokohnya digambarkan mengalami trauma mendalam yang membuatnya tega melakukan kejahatan, bahkan menikmati kekerasan sebagai bentuk pelarian.

Novel ini membuka mata bahwa pendidikan emosional dalam keluarga sangat krusial.

Kasih sayang yang salah arah bisa meninggalkan luka yang mengubah hidup seseorang secara drastis.

Kesimpulan

Mungkin After Tunangan bukanlah novel romansa favorit semua orang, terutama bagi pembaca yang sudah beranjak jauh dari masa SMA.

Namun, tetap ada pelajaran penting yang bisa dipetik—tentang memahami pasangan, menerima kenyataan, dan menyadari betapa pentingnya perhatian terhadap hal-hal kecil dalam hubungan.

Baca:  Isyarat Mieko, Bicara Hidup Tanpa Suara

Bacaan ini menjadi pengingat bahwa dalam kehidupan nyata, cinta bukan tentang menemukan sosok sempurna, melainkan tentang menghargai kekurangan, dan menerima keunikan satu sama lain.

 

Bagikan artikel ini
Banyu Kanila
Banyu Kanila

Kerunutan berfikir adalah sebuah cita-cita dan pembelajaran seuur hidup. Menulis adalah cara menyampaikan cerita sebagai sejarah. Membaca adalah cara mengenali dunia jauh lebih dalam.

Articles: 16

Leave a Reply