Remaja Jepang Ini Ciptakan Prototipe GPS Tunanetra


Jakarta, Kartunet – Seorang remaja usia 14 tahun dari Jepang, Kishimoto Takeshi, menciptakan alat semacam Global Positioning System (GPS) untuk tunanetra. Takeshi yang masih duduk di kelas IX ini membuat alat yang dapat membantu seorang tunanetra dalam bermobilitas.

Alat itu bernama “Talking Tactile Paving”. Mesin buatan siswa kelas 3 SMP- asal Jepang ini bertujuan sebagai alat navigasi bagi para tunanetra
untuk berjalan di jalanan kota yang terkenal sibuk, tanpa harus takut tersandung bahkan tersasar.

“Alat ini saya ciptakan untuk mereka yang memiliki masalah penglihatan. Karena suatu kali saya pernah mencoba berjalan dengan menutup mata seperti tunanetra
namun gagal dan saya pun terjatuh,” ujarnya dalam pameran International Exhibitions for Young Inventors (IEYI) 2014 di Gedung SMESCO, Jalan
Gatot Subroto, Pancoran, Jaksel (31-10)

Alat tersebut mirip sebuah remote control kecil yang dapat digenggam tangan. Apabila diperlukan, maka para tunanetra dapat memakai ear phone untuk
mendengarkan pesan navigasi yang keluar dari alat itu.

“Alat ini diharapkan berguna sebagai pemberi peringatan atau alat navigasi untuk berjalan di kota,” ungkap Takeshi.

Takeshi memamerkan prototipe alatnya di atas papan berukuran 30 x 30 cm. Di atas alat itu ada 4 blok persegi berwarna hijau terang yang diperagakan
sebagai jalan. Kemudian ada remote control yang bisa dimatikan dan dinyalakan, berisi 4 baterai AA yang disambungkan dengan kabel pada 3 PCB (Printed Circuit
Board/papan sirkuit cetak-red). 3 PCB ini dihubungkan lagi dengan kabel pada jalan juga 3 pengeras suara kecil yang bentuknya bundar. Ada alat sensor dan
kamera juga dalam alat buatannya.

Prinsipnya, ketika seorang tunanetra melewati sebuah jalan, untuk menghindari tabrakan dan tersesat, maka alat ini akan berbunyi dan memerintahkan orang
tersebut untuk berjalan lurus atau berbelok. Mirip GPS mobil yang bisa mengeluarkan suara petunjuk “100 meter di depan, belok kiri”. Atau bila di depan
ada batu, diharapkan alat ini bisa memberikan peringatan, “Ada batu di depan”.

Konsep yang ditawarkan alat ini berupa pesan berbicara bak alat navigasi yang akan bertujuan untuk menunjukkan arah jalan serta memberitahu para tunanetra
tentang apa yang ada di sekelilingnya. Menurutnya pesan suara yang diberikan oleh mesin tersebut dapat dilakukan tergantung situasi dan kondisi dimana
orang itu berada. Ke depan, Takeshi ingin menyempurnakan alat prototipe ini menjadi alat kompak yang bisa dibawa-bawa para penyandang tunanetra untuk berjalan-jalan.

“Aku percaya, apabila orang mengikuti instruksi, maka hidup akan berjalan dengan mudah,” tutupnya.

Ini penemuan yang sederhana tapi sangat berguna. Mirip dengan apps Google Maps atau Waze di smartphone. Tapi jika ada alat khusus yang memang dirancang untuk penggunaan praktis tunanetra, dengan tingkat keakuratan yang lebih baik, tentu akan sangat membantu dalam bermobilitas. Semoga kelak alat tersebut dapat dikembangkan lagi oleh para ahli dan diproduksi secara masal dan murah.(DPM)

sumber: LIPI

Last Updated on 9 tahun by Dimas Prasetyo Muharam

Oleh Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *