Sebatang Coklat Untuk Cinta

Siang hari di Jakarta, banyak polusi dan juga macet sana-sini. Namun, aku tidak bisa menghentikan langkahku. Aku harus mencari uang untuk adik kesayangku, Cinta. Perlu aku akui, semenjak Ibu dan ayah pergi meninggalkan kami, kehidupan kami berdua pun berubah 180 derajat. Tidak ada yang perhatian kepada kami dan aku pun terpaksa berhenti sekolah karena aku tidak punya cukup biaya.

 

Aku memiliki seorang adik kecil yang bernama Cinta, kini dia berusia 5 tahun. Sejak bayi dia tidak pernah bisa melihat sang Ibu yang telah melahirkannya. Karena saat itu, Ibu meninggal setelah melahirkan Cinta. Dan setelah kepergian Ibu, ayah menjadi stress dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara meminum racun.

 

“ Kakak, aku lapar, kakak, ayo kita makan.. perut aku sakit”

 

“ Cinta sayang… ini kakak bawa nasi. Kamu makan ini ya.. ”

 

“ Ini-kan punya kakak.. bukan punya aku..”

 

“ Bukan sayang, ini punya kamu.. tadi kakak udah makan kok.. udah sekarang kamu makan ya.. 

 

Cinta pun memakan nasi yang aku berikan tadi. Sebenarnya nasi itu adalah satu-satunya bekal kami untuk makan siang hari ini. Namun, aku tidak mungkin membuat Cinta kelaparan karena menungguku menjual koran dan majalah. Toh, nanti aku masih bisa membeli nasi tersebut.

 

Panas terik semakin melejit. Keringat membasahi wajahku. Aku mulai merasa lelah, namun aku tidak mau berhenti. Aku harus tetap berjalan, aku harus menjual koran-koran dan majalah ini untuk mendapatkan uang.

 

“Koran… Korannya Pak.. Bu… Majalah… Mohon Dibeli Pak… Bu…”

 

“ Kakak… dua minggu lagi aku ulang tahun”

 

“ Oh iya sayang.. dua minggu lagi yah?”

 

“ Iya kakak.. kakak, boleh aku minta sesuatu?”

 

“ Kamu mau minta apa Cintaku sayang?”

 

“ Aku mau minta coklat”

 

“Cinta sayang, sekarang kakak tidak punya banyak uang, tapi kakak janji saat ulang tahun kamu, kakak akan kasih kamu sebatang coklat”

 

“ Terima kasih kakak.. aku sayang kakak”

 

Benar sekali apa yang dibilang cinta. Dua minggu lagi Cinta akan berulang tahun. Usianya akan genap 6 tahun. Aku berpikir sejenak, kalau misalnya aku punya uang. Aku ingin membuat acara syukuran untuk adikku, Cinta. Tapi, aku tidak punya banyak uang. Untuk makan kami berdua pun pas-pasan. Oh Tuhan,.. bantu aku… Aku ingin memberikan kado untuk Cinta. Bantu aku Tuhan.

 

Dibalik rasa gundahku, aku berniat untuk menabung. Sedikit dari hasil menjual Koran dan majalah akan aku sisihkan setiap hari untuk membeli kado untuk Cinta.

 

Setiap hari, aku pun semakin dan semakin bersemangat untuk mencari uang. Aku lakukan semua ini untuk Cinta, adikku satu-satunya. Aku tidak mau mengecewakan Cinta, Aku ingin Cinta bahagia.

 

……

 

Satu minggu pun berlalu, hal itu berarti satu minggu lagi Cinta berulang tahun. Namun, ada satu hal yang terjadi. Tiba-tiba Cinta demam. Badannya panas sekali. Aku pun melarikan dia ke puskesmas terdekat. Dokter mengatakan kalau Cinta mengalami demam biasa, mungkin karena Cinta kecapaian.

 

Sesampainya di rumah, aku pun memberikan obat penurun panas kepada Cinta. Dan akhirnya dia tertidur. Beberapa menit kemudian, aku mendengar Cinta menggigau dan memanggil Ibu.

 

Mendengar suara itu, aku menangis. Tidak terasa air mata pun menetes. Aku tidak tahu, bahwa selama ini Cinta merindukan Ibu. Sebenarnya bukan hanya Cinta yang merindukan Ibu, Aku, kakaknya pun juga merindukan Ibu.

 

Aku berjalan menuju lemari, dan mengambil sebuah foto,

 

“ Ibu.. aku dan Cinta merindukan Ibu,.. Ibu aku ceroboh… sekarang Cinta sakit karena aku tidak bisa menjaga cinta.. maafkan aku Ibu” kataku sambil memeluk foto Ibu. Setelah memeluk foto Ibu, aku meletakkan foto Ibu di sebelah Cinta. Semoga foto ini bisa membuat Cinta tersenyum.

 

…… 

 

 Hari yang ditunggu tiba. Ya, hari ini adik kesayanganku, Cinta berulang tahun yang keenam. Aku pun tidak melupakan kado permintaan Cinta, yaitu sebatang coklat.

 

“ Cinta sayang. Selamat ulang tahun ya.. ini ada hadih untuk kamu”

 

“ Iya kakak.. hadiah coklat kah?”

 

“ Tentu adik manis. Ini sebatang coklat untukmu”

 

“ Terimakasih kakak..”

 

“ Iya sayang..”

 

“ Kakak, aku ingin ke makam Ibu.. aku kangen Ibu kakak”

 

“Iya Cinta sayang.. ayo kita ziarah ke makam Ibu”

 

Aku dan Cinta pergi ke makam Ibu. Ku lihat Cinta tersenyum dan begitu semangat. Dan akhirnya kami sampai di makam Ibu. Ada suatu hal yang aneh, apa yang dilakukan Cinta? Mengapa Cinta membelah sebatang coklat itu menjadi dua? Bukankah Cinta meminta sebatang coklat untuk kado di hari ulang tahunnya? Aku pun bertanya,

 

“Cinta sayang.. kenapa coklatnya kamu belah dua?”

 

Cinta pun tersenyum kepadaku dan berkata,

 

“ Aku mau coklat ini juga buat Ibu, Cinta sayang Ibu.. kalau Cinta punya coklat, Cinta mau bagi ke Ibu juga kakak”

…….

 

“Cinta adikku sayang, kamu tidak usah bersedih

Kakak berjanji, kakak akan menjaga kamu..

Kakak akan selalu disamping kamu..

Menjaga kamu,.. hingga nanti..

Percayalah Cinta… “

Editor: Putri Istiqomah Priyatna

Last Updated on 11 tahun by Redaksi

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *