Seru, Main Game Bareng Tunanetra

Jakarta, Kartunet.com – Mungkin tidak pernah terpikir oleh kita sebelumnya, bahwa tunanetra juga bisa bermain game dengan menggunakan komputer. Namun, nyatanya para tunanetra dari Kartunet Community membuktikannya. Dalam sebuah acara sharing dan diskusi tentang AIDS dan Disabilitas yang diselenggarakan oleh ASEAN Blogger Community (ABC), para pemuda tunanetra dari Kartunet memperkenalkan game-game yang akses dengan tunanetra, bahkan menantang para blogger yang hadir untuk memainkannya (01/12).

 

Dalam kegiatan yang berlangsung di gedung Pusdiklat Kementrian Luar Negeri tersebut, Kartunet menantang para blogger yang hadir dengan tiga macam game. Yang pertama, ada Blind Chess, yakni permainan catur yang akses bagi tunanetra. Selain itu, game yang menarik perhatian adalah Sonic Match dan Top Speed.

 

Sonic Match adalah permainan mencocokan suara. Pemain harus menekan panah atas, kanan atau kiri jika mendengar suara tertentu. Uniknya, tidak ada tampilan apapun pada layar komputer.  Jadi permainan ini benar-benar mengandalkan kepekaan pendengaran. Tentu saja hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang-orang nontunanetra.

 

“Susah, nggak bisa bedain kunci-kunci suaranya,” ungkap Sumiyati, salah satu peserta lomba game Sonic Match. Sumiyati yang berasal dari Komunitas Emak-emak Blogger tersebut mengaku baru pertama kali bermain game Sonic Match. Ia meraih poin 10 dalam permainan tersebut.

 

“Wah, kalau tunanetra sih bisa dapat poin sampai berpuluh-puluh, bahkan ratusan,” ujar Riqo, salah satu founder Kartunet yang pada hari itu menjadi moderator lomba game.

 

Bayangkan, bagaimana jika kita bermain balap mobil tanpa gambar, melainkan hanya mengandalkan suara saja? Nah, itulah tipe permainan yang ditawarkan oleh sebuah game online bernama Top Speed. Pada game tersebut, pemain hanya perlu mendengarkan suara mobil balap mereka. Jika suara ada di kiri, berarti mobil sedang berada di tepi kiri jalur sirquit, maka pemain harus menekan panah kanan agar mobil kembali ke tengah. Begitu pun sebaliknya.

 

“Mainnya harus konsentrasi karena kita hanya mengandalkan suara aja,” jelas Nuryadi yang sempat mencoba Top Speed. Menurut Nuryadi, Ia sudah pernah mendengar sebelumnya bahwa tunanetra bisa bermain game, tapi baru pertama kali memainkan game tersebut secara langsung.  Pengalamannya mencoba game aksesibel tersebut membuat anggota Blogger Reporter semakin yakin bahwa pada dasarnya tunanetra tidak berbeda dengan orang-orang nondisabilitas. Bukan hanya dalam segi kemajuan teknologi seperti blogging atau game, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya. (RR)

Last Updated on 10 tahun by Redaksi

Oleh Ramadhani Ray

Literature lover, disability issues campaigner, Interest to learn something new through reading, training, and traveling.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *