SISWA SLB DAN GURU PENYANDANG DISABILITAS PALING TERHAMBAT DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR

SLB adalah salah satu bidang pendidikan yang mendidik peserta didik namun fokus terhadap anak berkebutuhan khusus.
jumlah peserta didiknya tidak sebanyak peserta didik di sekolah reguler karena disebabkan oleh beberapa faktor misalnya.
jumlah sekolah luarbiasa disuatu kota baik slb negeri dan suasta cukup banyak. Sementara para difabel jumlahnya tidak banyak di setiap daerah.
sehingga anak berkebutuhan khusus yang jumlahnya tidak banyak terbagi ke beberapa sekolah sehingga tidak bisa dipungkiri jumlah peserta didik di tiap2 slb tidak begitu banyak.
akan tetapi proses belajar tetap berjalan layaknya di sekolah reguler yang sekolah setiap hari selain hari libur.
proses pembelajarannya berbeda dengan sekolah reguler karena menangani anak-anak yang memiliki berbagai hambatan dalam proses pembelajaran yang disebut dengan disabilitas.
kemampuan literasi mereka pun kadang tidak merata meski berada di kelas yang sama.
Selain itu juga dalam mendidik anak diperlukan perhatian atau bimbingan dan pendekatan khusus karena peserta didik kadang susah berkonsentrasi dan kurang tenang saat proses pembelajaran.

para peserta didik yang kadang tidak mendapat tempat di hati masyarakat sekitarnya atau tidak memiliki teman bermain di tempat tinggalnya, ketika berkumpul disekolah, mereka sangat antosias bahkan saat mengikuti proses pembelajaran bersama teman-teman senasip-nya. Namun kondisi berubah seketika saat covid 19 melanda dunia termasuk negara tercinta, negara Indonesia.
tiba2 kegiatan belajar mengajar di stop untuk menghindari penyebaran covid 19 dan para siswa siswi SLB berdiam dirumah saja.
para guru termasuk guru di SLB tidak tahu banyak apa yang harus dilakukan selain menunggu intruksi pemerinta. Sampai pada ahirnya Menteri Pendidikan Nadiem Makarim mengumumkan tentang belajar dari rumah melalui daring.
disinilah mulai muncul permasalahannya.
mayoritas siswa SLB yang memang memiliki hambatan intelegensi tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Mereka tidak bisa menggunakan perangkat yang mendukung kegiatan belajar secara daring.
Selain itu juga dalam usia sekolah-nya beberapa dari mereka tidak sepatutnya diberi gadget karena akan kecanduan dan meninggalkan pelajarannya.
namun sebagai alternatif bahan ajar di kirim melalui wa orang tua siswa meskipun tidak bisa dipungkiri pembelajaran tidak berjalan dengan baik karena orangtua peserta didik punya kesibukan dalam pekerjaan di rumah atau tempat kerja.
sebagai dampak dari Covid 19 ini bisa dibilang sebagian besar siswa siswi disabilitas di slb tidak bisa belajar meskipun itu secara daring.

saat pemerintah mengumumkan keadaan new normal, para guru sudah bisa masuk kerja setiap hari.
juga pembelajaran sudah boleh dilakukan di sekolah namun hanya daerah yang masuk dalam kategori zona hijau dan kuning itupun jika orangtua peserta didik mengijinkan anaknya kesekolah.
ini artinya sebagian besar sekolah masih tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah terlebih SLB.
Sehingga salah satu pilihan alternatif pembelajaran yang di cetuskan beberapa guru di Bandung yang kemudian menjadi alternatif yang bisa di terapkan para guru di daerah-daerah lain.
Adalah pembelajaran guru kunjung, dimana guru datang kerumah siswa untuk mengajar. metode ini paling cocok diterapkan untuk siswa di SLB karena jumlah siswa yang memang sedikit bisa di kunjungi satu persatu dan guru dapat melakukan pembelajaran secara prifat yang lebih fokus terhadap seorang peserta didik tersebut.
namun kendala justeru melanda guru yang disabilitas yang tidak punya kendaraan atau tidak bisa menjalankan kendaraan untuk mengunjungi peserta didik satu persatu seperti penulis yang adalah seorang tunanetra total.
Jika harus menggunakan jaza ojek Ojol tentunya memerlukan anggaran yang tidak sedikit karena tempat tinggal peserta didik banyak yang jaraknya jauh. Dan masalah lainnya jika menggunakan Ojol adalah mencari alamat peserta didik yang bisa merepotkan tukang ojek tersebut.
ini artinya covid 19 tidak hanya terdampak pada siswa siswi slb tapi juga guru slb yang menyandang disabilitas.
Sumber:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan-se-tentang-pelaksanaan-pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19
https://republika.co.id/berita/qj9tf1335/mendikbud-zona-hijau-dan-kuning-bisa-belajar-tatap-muka
https://www.kompas.com/edu/read/2020/05/02/171539871/kisah-getir-dari-guru-kunjung-pada-hari-pendidikan-nasional-kita?page=all

Last Updated on 3 tahun by Redaksi

Oleh Dominggus Layuk

seorang tunanetra asal Kendari

2 komentar

  1. terimakasih masukannya, saya senang mengirim tulisan disini karena dapat masukan dari senior.

  2. hai, topik yang menarik dan jadi realitas sosial. terima kasih buat opininya. Namun dapat coba diperhatikan untuk penulisan “di” sebagai awalan atau kata depan ya. Tetap semangat menulis

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *