Asa Dua Suara, Satu Cermin

Matahari sudah meninggi, dengan kegagahan sinarnya, tak berkesudah mencecap berkali kulit ribuan manusia di kota ini. Riuh gumpalan awan berdesakan, bergerak serias seirama mengikuti gerak rotasi bumi. Hilir-mudik orang-orang di sepanjang jalan seolah menyatakan bahwa “ini kota padat”. Langkah seorang wanita paruh baya bergerak cepat. Dengan nafas memburu, terengah menuju rumah sakit demi memastikan bahwa… Lanjutkan membaca Asa Dua Suara, Satu Cermin

Si Tuna

Ini suatu tragedi yang buat aku nyaris gila, aku mutlak tak percaya. Kenapa orang itu? Aku menyapa, ia tak menjawab. Aku tersenyum, ia malah bergegas lari. Aku mendesah berharap beban di raga terlempar bersama segala serapah yang tertuju untuknya. Ini bukan yang pertama kali, orang yang sama dengan reaksi yang sama pula. Apa salah menyapa… Lanjutkan membaca Si Tuna

Sepucuk Surat dari Mama Tersayang

Aku tak pernah lupa siang itu lima belas tahun yang lalu, hujan turun deras mengguyur kota Palembang dan aku yang baru saja pulang dari sekolah bersikeras untuk menerobosnya. Di depan teras pertokoan, sekelompok anak laki-laki berlarian dan menabrakku. Aku jatuh tersungkur disana dengan lutut terluka. Sakit sekali. Lantas seseorang menyentuh bahuku dengan lembut. Aku mendongak.… Lanjutkan membaca Sepucuk Surat dari Mama Tersayang

Sinetron Stripping Terpopuler itu Berjudul “KORUPSI”

Korupsi, sepenggal kata yang begitu mudah dan gampang untuk diucapkan namun begitu sulit untuk mengatasinya. Realita bangsa kita, Bangsa Indonesia yang telah diwarnai dan dibumbui oleh korupsi ini bak sebuah sinetron stripping yang tiada henti. Bangsa ini telah terbelenggu dengan budaya korupsi. Budaya yang seharusnya musnah dari negeri ini malah mewabah dengan cepat di Indonesia.… Lanjutkan membaca Sinetron Stripping Terpopuler itu Berjudul “KORUPSI”

Disabilitas Tangguh

Jutaan detik lalu, aku masih melihat senyum manja itu. Masih ada tawa riang menggelitik yang membuat napas jadi lega berhembus. Kalian, empat bersaudara yang masih punya cinta layaknya manusia pada umumnya. Kalian yang sering ditertawakan, digerogoti hatinya oleh kata-kata kurang layak dari para tetangga. Dipasung hak dan harapannya oleh tatapan tajam, mata merah, mata iblis.… Lanjutkan membaca Disabilitas Tangguh

Bulir Berharga Sang Disabilitas

Malam menyejukkan dengan belaian lembut angin semilir. Begitu hening dan memanjakan. Penduduk kampung pasti sudah tertidur pulas, begitu juga semua makhluk alam raya. Di tengah keluwesan hati, sebuah keluarga kecil sedang menanti pemberian ilahi. Sampai akhirnya tangisan pemecah hening menyeruak menggelayuti gendang telinga. Memancing hati yang tadinya penuh kegalauan untuk segera mengucap syukur.   ”Selamat,… Lanjutkan membaca Bulir Berharga Sang Disabilitas

Hujan Tak Kunjung Reda

Sudah lima belas menit Aga berdiri di depan kelas, mengotak-ngatik soal trigonometri yang diberikan oleh Pak Anung─ Guru matematika yang selalu ditakuti siswa seperti Aga akan jurus matematikanya─ yang hanya berjumlah dua buah soal. Keringat yang membanjiri keningnya seakan-akan tak dapat surut.               “Aga, Aga” Nita berbisik, berusaha membantunya. Namun, Aga tetap tak bisa… Lanjutkan membaca Hujan Tak Kunjung Reda

Aku dan Cita-Citaku

“Jaka, maju ke depan!” Ibu Juni memanggil namaku. Beliau adalah guru konseling kelas VII di sekolahku, dan merupakan guru favoritku. Dengan agak buru-buru, aku menyambar tongkat yang membantuku untuk berjalan dan segera bangkit dengan hati-hati. Wanda—teman dudukku—seperti biasa membantuku untuk bangkit dari kursi.            Teman-teman sekelasku memperhatikan aku yang berjalan menuju depan kelas. Beberapa di… Lanjutkan membaca Aku dan Cita-Citaku

Sunshine dalam Kegelapan

Puing-puing kebahagian ini baru saja aku kumpulkan satu per satu. Aku berharap akan ada orang yang membantuku mengumpulkan serpihan-serpihan kecil kebahagianku yang telah hancur diguncang gempa bUmi 6 tahun lalu. Gempa Jogja 27 Mei 2006 adalah awal dari hancurnya hidupku. Masa depanku yang sudah kurencanakan rapi, hancur begitu saja bersama guncangan hebat gempa bUmi yang… Lanjutkan membaca Sunshine dalam Kegelapan

Asa dalam Gulita

Fajar telah tiba. Suara adzan berkumandang di sudut-sudut kota. Pagi ini aku kembali terjaga dari tidurku. Aku bergegas mengambil air wudhu dan menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim, shalat subuh.   Meski aku berbeda, meski duniaku gulita, meski aku tunanetra, tapi sejatinya aku tetaplah manusia biasa. Manusia yang punya kewajiban dan tanggung jawab. Tanggung jawab atas… Lanjutkan membaca Asa dalam Gulita